visitaaponce.com

Menjaga Muruah Muslimat di Era 4.0

Menjaga Muruah Muslimat di Era 4.0
Ustazah Aini Aryani.(Dok. Youtube)

DI zaman yang semakin maju, pergaulan antara perempuan dan laki-laki semakin tidak terlihat batasannya. Namun, Islam telah memberikan pedoman dan batasan yang jelas untuk diikuti.

Alumnus Universitas Islam Internasional Islamabad (IIUI) Pakistan, Ustazah Aini Aryani, menyampaikan kaum muslimat telah dituntun atau diarahkan dalam syariat untuk menjaga muruahnya atau dalam bahasa Arab-nya disebut ‘al-muruah' atau muruah.

Di antara ciri-ciri wanita yang menjaga muruahnya atau terhindar dari muruah yang buruk ialah ketika dia menjaga perilaku supaya berada dalam situasi yang terhormat. Dia tidak menjatuhkan kehormatan dirinya, tidak bersikap yang membuat citra dirinya menjadi rusak.

Muruah merupakan perilaku menjaga kehormatan diri dari perilaku kita sendiri atau menjaga kehormatan kita sebagai muslimat. "Muruah ialah penghormatan diri dan perilaku untuk menjaga diri," ucapnya dalam kajian Akhwat Ramadan 1443 H di Masjid Nursiah Daud Paloh Jakarta Barat, Selasa (19/4).

Muruah juga bisa berarti menghindar dari keburukan akhlak yang bisa menimbulkan celaan dari orang lain, bisa menimbulkan suuzan kepada orang lain. Walaupun mungkin kita berbuat salah, kita melakukan perbuatan yang memancing orang lain untuk mencela.

Sebagai contoh, muslimat harus menjaga muruahnya dalam menjaga batasan pergaulan dengan lawan jenis dengan cara tidak menongkrong di kafe dengan lawan jenis sampai malam hari, menjaga tutur kata, dan lain sebagainya. Muslimat juga harus menghindari tempat maksiat seperti kelab malam.

"Mohon maaf, walaupun kita di sana (diskotik) punya teman dan kita tidak melakukan hal buruk, tapi bisa memancing orang lain untuk suuzan dan menghindari perilaku yang berpotensi menimbulkan suuzan, misalnya, tiap malam diantar oleh laki-laki, tetangga jadi suuzan kepada kita," ujarnya.

Jika ada orang yang bersikap demikian, imbuh Ustazah Aini, kita juga jangan gampang bersuuzan kepadanya. Untuk menjaga muruahnya, ia mengingatkan para muslimat untuk pintar-pintar memilih kawan sebab dari lingkungan pertemanan itu sesungguhnya mencerminkan seperti apa orang tersebut.

"Rasulullah SAW mengatakan ketika kita ingin menilai seseorang, salah satunya dengan siapa mereka berkawan. Jika mereka berkawan dengan orang baik, insya Allah dia akan menjadi orang baik," ujarnya.

Selain muruah, ada juga izah yang berarti kesucian atau kemuliaan dan ifah atau bukti nyata untuk mendapatkan izah, seperti menahan hawa nafsu, tidak melakukan hal-hal yang diharamkan, dan menjaga rasa malu.

Dengan izah, seorang muslimat menjaga kemuliaannya dengan tidak melakukan hal-hal yang buruk, tidak berzina, tidak minum khamar (minuman keras), tidak melakukan perbuatan maksiat, menghindari zina, atau perbuatan yang bisa menjurus kepada perzinaan.

"Tindakan seorang muslimat haruslah senantiasa dihiasi rasa malu untuk menjaga muruah dan izahnya. Misalnya, malu ketika ingin mengunggah foto, video, atau curhat di media sosial," katanya.

 

Batasannya

Islam memang membatasi, tetapi tidak melarang pergaulan muslimat dengan lawan jenisnya. Apakah itu berbisnis, bersahabat, atau berteman. Jika muslimat ingin bergaul dengan laki-laki bukan mahram, ada batasan dan kebolehannya sampai mana.

"Bukan berarti kita harus judes dengan lawan jenis, tentu tidak. Kita tetap boleh ramah," sahutnya.

Jumhur ulama mengatakan bahwa untuk tujuan bermuamalah, dibolehkan memandang lawan jenis untuk keperluan komunikasi atau berbicara satu sama lainnya dan diperlukan karena ada hajatnya. Syarat lainnya ialah tidak berkhalwat atau berdua dengan selain mahram di tempat yang sepi.

"Selama bukan di area yang terlarang untuk dilihat atau memandang karena naksir dan saling mengoda, tentu ini tidak diperbolehkan," pungkasnya. (H-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat