visitaaponce.com

Kabah Bentuk Simbolis dari Tuhan

Kabah Bentuk Simbolis dari Tuhan
Habib Husein Ja'far Al Hadar.(MI/M IRFAN)

KABAH yang berada di tengah Masjidilharam di Kota Mekah sebagai kiblat bagi umat muslim sering kali disalahartikan sebagian orang. Hal itu berkaitan dengan arah salat atau beribadah umat muslim yang dianggap sama saja dengan menyembah Kabah layaknya menyembah berhala di zaman nabi. Guna meluruskan argumentasi tersebut, Habib Husein Ja'far Al Hadar menjelaskan Kabah sebetulnya merupakan sebuah perlawanan terhadap berhala.

"Secara filosofis, Kabah artinya persegi. Terbuat dari batu disusun membentuk persegi empat. Warnanya enggak ada yang berarti. Sentuhan visualisasinya juga enggak ada, cuma bentuk kotak. Sangat biasa saja. Tapi ini untuk menunjukkan bahwa Tuhan itu enggak bisa divisualisasikan. Dia maha tak terbatas sehingga tidak bisa divisualisasikan. Kabah menjadi bentuk kritik terhadap berhala yang pada saat itu dibentuk dengan visualisasi warna dan bahan yang begitu keren," ungkapnya dalam Podcast LoginDiCloseTheDor, Sabtu (25/3) malam.

Lebih lanjut, Habib Ja'far mencontohkan pada zaman Nabi Musa, umatnya yang berkhianat telah membangun berhala yang bernama Samiri.

Samiri merupakan sapi besar yang terbuat dari emas dan memiliki lubang di bagian belakangnya untuk mengelabui orang-orang agar memercayai bahwa patung tersebut dapat berbicara dan menjadi sebuah visualisasi dari bentuk Tuhan.

Berkaca pada hal tersebut, Kabah dikatakan sengaja dibuat secara sederhana untuk menyadarkan umat Islam bahwa Tuhan tidak dapat divisualisasikan melalui bentuk apa pun.

"Kabah dibuat sesederhana itu menggambarkan bahwa kalau kita pengin lihat Tuhan pakai mata kepala tidak akan pernah bisa kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Kita kalau lihat Kabah pakai mata kepala biasa saja," kata Habib Ja'far.

 

Istimewa

Dalam kesempatan itu, dia juga membagikan kisahnya ketika melakukan ibadah umrah. Saat itu dia merasa bahwa Kabah sangat biasa saja dan dia lebih tertarik melihat tower yang begitu besar dan indah.

"Kenapa demikian? Karena saya lihat pakai mata kepala, sedangkan mata hati saya sedang buta hari itu karena saya ego dan berpikir bahwa ketika saya melihat Kabah gue harus nangis karena ini tempat saya bersujud dan sebagainya. Tapi ketika keesokan harinya ketika ego itu hilang, karena ego itu musuh utama dalam Islam, justru akhirnya saya bisa merasakan kekuatan spiritual Kabah," tegasnya.

Menurut Habib Ja'far, Kabah akan menjadi istimewa ketika dilihat mata batin umat Islam sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an yakni falya'buduu robba haadzal baiti.

"Dia itu rumah Allah, tentu ini dalam pengertian yang simbolis, jadi bukan dia adalah Allah, bukan berarti Allah juga tinggal di sana, tapi itu adalah arah yang Allah tunjuk untuk penunjuk arah kita ketika salat atau kiblat. Jadi bukan kita menyembah Kabah. Kabah itu menjadi mulia karena yang mahamulia menunjuk dia sebagai kiblat," tandas Habib Ja'far.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat