visitaaponce.com

Bertemu Lailatul Qadar

Bertemu Lailatul Qadar
Ulama besar Quraish Shihab.(Dok. Pribadi)

LAILATUL qadar atau biasa disebut juga sebagai ‘Malam Seribu Bulan’ menjadi momen yang ditunggu-tunggu seluruh umat muslim di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.

Momen Lailatul Qadar, selain menyimpan segudang kemuliaan, ternyata juga menyimpan segudang misteri. Meski beberapa dalil menyatakan bahwa Lailatul Qadar jatuh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, tidak ada yang tahu persis kapan malam tersebut akan datang.

Maka dari itu, sepuluh hari jelang berakhirnya Bulan Suci, umat muslim dianjurkan memperbanyak amal ibadah. Ibadah yang dapat dilakukan ialah memperbanyak salat sunah dan zikir, begitu pula dengan sedekah dan ibadah lainnya seperti iktikaf atau berdiam diri di masjid.

Lantas bagaimana ciri seseorang bertemu dan mendapatkan kemuliaan di malam qadar? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sejumlah ulama berkaca pada tafsir ayat suci Al-Qur’an dan hadits yang menerangkan beberapa pertanda seseorang mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar.

Menurut ulama besar Quraish Shihab, untuk mengetahui ciri-ciri seseorang bertemu dengan Lailatul Qadar, kita harus memahami terlebih dulu makna dari Lailatul Qadar itu sendiri. Dari situ barulah kita bisa lebih memaknai dan merasakan tanda-tanda bertemunya seseorang dengan Lailatul Qadar.

Lailatul Qadar, secara bahasa terdiri dari kata laila yang berarti ‘malam’ dan qadar yang memiliki tiga makna, yakni (1) ‘penentuan’, (2) ‘mulia’, serta (3) ‘sempit’. Penentuan berarti momen Allah SWT menentukan banyak hal, salah satunya ialah turunnya Al-Qur’an. Kemudian yang kedua menandakan betapa mulianya malam tersebut sehingga tidak bisa digambarkan secara harfiah. Yang terakhir, malam Lailatul Qadar merupakan malam yang sempit karena para malaikat turun ke bumi.

Pengertian tersebut, menurut Quraish Shihab, menjadi bekal awal bagi kita untuk memahami ciri-ciri bertemunya seseorang dengan Lailatul Qadar karena seluruhnya dapat dimaknai secara harfiah.

“Kalau mau mencari Lailatul Qadar, kita tidak bisa menggunakan akal kita dalam menentukan ini atau tidak karena akal kita tidak mampu untuk menjangkau seluruh hakikatnya. Kalau mau bicara Lailatul Qadar, rujuk kepada Al-Qur’an atau penjelasan Nabi,” ujarnya.

Dijelaskan melalui surah Al-Qadr telah disebutkan dua ciri utama yang menandakan seseorang telah bertemu dengan Lailatul Qadar, yaitu semakin dekat seseorang dengan kebaikan dan kedamaian. Hal tersebut disebabkan banyaknya malaikat yang turun ke bumi untuk mendorong manusia mendekat pada kebaikan.

“Tanazzalul malaa-ikatu war ruuhu fiiha bi idzni rabbihim min kulli amr dan salaamun hiya hattaa mathla’ il fajr. Malaikat turun dan ada rasa damai. Yang kita bisa tahu bahwa salah satu fungsi malaikat itu menguatkan jiwa manusia untuk mendorong orang kepada kebaikan,” jelasnya.

Ciri kedua tentang rasa damai, perlu digarisbawahi bahwa harus ada dua aspek di dalamnya, yakni kedamaian untuk diri sendiri dan orang lain. Membawa kedamaian untuk orang lain cenderung dapat dipahami dengan mudah, yaitu dengan meminimalisasi konflik dan perseturuan. Namun, kedamaian batin untuk diri sendiri inilah yang perlu diperhatikan.

“Yang pertama dia harus damai dengan dirinya, tidak menggerutu. Misalnya, mempertanyakan, kok rezeki saya cuma sekian, ya? Diterima apa adanya, berusaha sekuat tenaga apa hasilnya diterima,” ujar Quraish.

Untuk itu, umat muslim harus peka terhadap dua hal tersebut, mendekat pada kebaikan dan rasa damai. Jika dirasa-rasa tidak ada peningkatan atau cenderung menjauh dari kedua hal tersebut, maka patut dicurigai bahwa seseorang tersebut tidak bertemu dengan Lailatul Qadar. (H-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat