visitaaponce.com

Kampung Tua Tunu dan Keislaman di Bangka

Kampung Tua Tunu dan Keislaman di Bangka
Masjid Kayu Tua Tunu, Pangkalpinang, Bangka Belitung.(Dok. pangkalpinangkota.go.id)

KATA 'Tua Tunu' berasal dari kata 'rumah tua atau tua' dan 'tunu' artinya rumah tua atau kampung yang dibakar. Rumah tua atau kampung tua tersebut dibakar kompeni Belanda karena dianggap sebagai markas/ tempat tinggal para pejuang.

Sejarah mencatat pada 1851, pembentukan kampung di sepanjang jalan baru dan Desa Tua Tunu hanya terdiri atas 10 hingga 40 atap rumah.

Tua Tunu merupakan salah satu kampung tua di pulau Bangka yang berdiri sebelum masa kemerdekaan dan memiliki jejak sejarah dengan peninggalannya, seperti masjid Al Mukarom.

"Kampungnya itu kan terdiri atas kampung dalam, kampung tengah, kampung ujung. Mereka ada yang sebagian pindah ke Pangkal Pinang di awal sekitar 1926," ucap Akhmad Levan, Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung.

Tua Tunu menyimpan bukti sejarah pembangunan dan perkembangan Islam seperti Masjid Al Mukarom yang dibangun pada 1926 merupakan masjid pertama yang menyelenggarakan salat Jumat di Kota Pangkal Pinang.

Masjid Al Mukarom telah mengalami tiga kali pemugaran, tetapi tidak mengubah bentuk ataupun ornamennya.

"Mereka itu semangat bergotong royong bersama masyarakat tokoh agama dan tokoh masyarakat. Mereka bersatu bahu-membahu untuk membangun masjid terbesar di sini," ungkap Pengurus Masjid Al Mukarom, Arsad Umar.

Selain masjid, bukti sejarah lain yang terkait dengan Tua Tunu ialah Kuburan Akek Bandeng, makam ulama yang dipercaya masyarakat sebagai orang yang memiliki karamah atau keistimewaan di luar kemampuan manusia awam.

Ulama yang memiliki nama Akek Malik wafat pada 1920, sementara makamnya telah menjadi destinasi wisata religi di Kepulauan Bangka Belitung.

Selain itu, terdapat Perigi Pakasem atau Sumur Pekasem. Sumur ini dulunya milik salah satu warga yang dijadikan tempat untuk membuang mayat orang-orang yang dibunuh Tentara Rakyat Indonesia karena dianggap musuh atau mata-mata para penjajah.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat