visitaaponce.com

Sajak-sajak Maria Regine

Sajak-sajak Maria Regine 
(Ilustrasi: Pingkan Patricia)

Metamorfosis 


Tujuan kadang dilupai 
khilaf entah berapa kali 
sulit hindari godaan nafsu 
tenggelam di tapal euforia palsu 
 
II 
Kepala berat 
tak ada akal sehat 
satu panggilan tak terjawab 
memang suaramu satu-satu obat 

III 
Ibunda tak perlu cemas hati 
kita sudah punya janji 
jadi motivasi 
jaga diri 

Maret 2021 


Musim Salju Ketiga 

Berangkat berbekal kata-kata
​tak ada duka di hati 
​meninggalkan Ibu Pertiwi 
​hanya suka berlimpah 
​merantau ke Negeri Tsar  

​Salju perdana, cinta pertama 
rindu terlupakan begitu saja 
​sibuk jadi alasan tak berkabar 
​menyisakan Tuhan dan jagat raya 
​saksi bisu segala khilaf dan dosa 

​Salju kedua, letih terasa
​rindu jadi tak tertampung 
​cemas tak izinkan tidur lelap 
​apa boleh berhenti sebentar? 
​Selamanya juga tak apa… 

​Salju ketiga, aku mati rasa 
ibunda hanya perlu lihat senyumku 
ayah takkan kuasa dengar tangisku 
​lebih baik tak ada nestapa 
​biar aku papah segala beban di dada 

Maret 2021 


Kebiasaan 

Aduh! Susahnya berjalan, 
sepatu tertimbun salju bocor. 
sandal jepit di jalanan, 
becek tak bercor. 

Teng! Teng! 
Bukan, bukan, bukan suara abang sekoteng 
pop rock mengalun sepanjang koridor asrama 
diikuti tawa keras segerombol siswa asing 

Ramalan cuaca -25 
tanda minus kerap melata 
rasa hangat serupa rengat 
matahari belum ingin berjumpa mata. 

Kadang ketakutan datang 
lidah terbiasa mengecap borsch 
sebelum menikmati rendang 
waktu kan tiba, entah! 

Maret 2021

 

Ibunda tak perlu cemas hati, kita sudah punya janji. 

 

Pejuang 

Aku tahu kau seorang pejuang
menjatuhkan kau siapa bisa? 
Banjir tak henti-hentinya erang 
tanah longsor, tsunami gempa 
tak pernah bosan bergelombang. 
 
Ibu Pertiwi,
kita sama-sama pejuang. 
Hanya beda rintangan 
jika kau bisa tegar melewati semua 
kenapa aku tidak? 

Maret 2021 


Surat untuk Ibu Pertiwi 

Bersabarlah, 
dua tahun tak lama. 
Biar aku merapal gemah 
agar bisa mendekap matamu. 
 
Tenanglah, 
sepenggal musim berlalu, 
takkan terasa, ilmu-ilmu diasah 
sebilah prestasi kelak buatmu bangga 

Tunggulah, 
tak sebatas kata 
23 tahun umurku nanti 
mendengar kisah-kisah nyata. 

Maret 2021 


Empat Musim 

Selurus mata memandang 
cabang kering bergoyang-goyang, 
berdansa diempas angin malam 
langit kian muram. 

Ada tumpukkan es di jalan 
lama kelamaan, aku rindu mentari pagi 
menatap bola-bola putih 
sudah tak kuat lagi. 

Hari-hari enggan ke luar 
hujan rinai buat betah di kamar 
cakrawala tak lagi kelabu 
dari balik jendela, ada titik-titik hijau. 

Bulan-bulan penantian akan diakhiri 
bola api jingga menemani 17 jam sehari, 
walau tak seterik khatulistiwa 
kita menatap dua mata hari. 

Maret 2021 


Panca Indera 

Melepas kebiasaan 
mencoba rutinitas berbeda 
entah sejak kapan satu persatu roh 
mencari kembali jejak belasan tahun silam. 

Sensasi tahu isi, tumis  
bunyi ronda kentongan sejam sekali 
sedapnya osengan terasi, asinan buah tropis 
tukang sayur nongkrong di pekat pagi yang baru bermekar 
pelukan, dekapan, kecupan ibunda, begitu mahal dari negeri seberang. 
 
Maret 2021 

 

 

 

 


Maria Regine Levanty Afielda, lahir di Jakarta, pada 5 Juli 2000. Menyukai tulis menulis, traveling, dan mengunjungi museum. Ia sering terlibat pada berbagai festival pelajar dan seminar ilmiah di Moskwa dan kota-kota lainnya di Rusia. Ia pernah meraih juara I Olimpiade Bahasa Rusia 2019 untuk Pelajar Asing di kampus pusat MEPhI, Moskwa. Sajak-sajak di sini menjadi bagian dalam buku antologi puisi Doa Tanah Air: suara pelajar dari negeri Pushkin yang akan segera diterbitkan. Kini, sedang menempuh program studi S1 Energi Nuklir dan Termofisika, National Research Nuclear University MEPhI. Ilustrasi: Pingkan Patricia. (SK-1) 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat