visitaaponce.com

Puisi-puisi Iwan Jaconiah

Puisi-puisi Iwan Jaconiah
(Ilustrasi: Denisa Tudorica)

Ini Pulauku 

Di antara gemerisik sasando 
yang mengalun di bawah enau, 
kita membersihkan jeruk keprok 
dan mengeluarkan buku dari rak, 

Menggali makna misterius 
hingga petang tiba kembali, 
kita melepas jaket dari pundak 
menemui Nuaf Nefomasi yang abadi 

Dan, setelah memisahkan 
wajah dari membaca sejenak, 
kita akhiri pertemuan singkat; 
ada kedamaian, ada pencerahan 

Cult, 2022 

 


Ini Tubuhku 

Mencintaimu ialah gula sabu 
korban penyaliban golgota 
menuju patal tak bersumbu 
sebagai pendoa; pendosa, 

Mencintaimu ialah air tebu 
menghitami kertas ivory putih, 
bersih dan rapih tanpa debu 
sebelum akhirnya sampah 

Mencintaimu 
ialah pengorbanan; 
dalam ketiadaan dan apapun 
           keadaan 

Cult, 2022 

 


Ini Bahuku 

Sebelum tiba mengetuk pintu, lihatlah di sekeliling dulu; apakah rusa-rusa masih tertidur, atau sudah terbangun dari mimpi subuh yang kenes. Masuk saja; ambil apa yang diinginkan, tak perlu malu-malu membuka tudung saji di atas meja makan, semua telah kusediakan bagimu 

Duduk di sampingku; ceritakanlah tentang hari-hari yang sudah terlewati begitu saja, tuang anggur dan belah roti, lalu makan dan minum sebagai obat pembunuh sepi. Setelah semua kaudapati; pulanglah dan ceritakan kepada rusa-rusa yang kesepian di ladang, tak perlu cemas dan lemas sebab jiwamu telah membawa pesan akan penebus 

Cult, 2022 


Kehidupan serupa musik, terdengar namun tidak terlihat. Sama seperti dosa-dosa kita yang ditebus setelah kematian dan kebangkitan. 

 


Ini Dombaku 

Bola-bola bintang berkedap-kedip, 
sekawanan hitam mengalir turun 
dari gunung ke lembah subur, 

Dan seorang pengembala 
mencambuk domba-domba 
yang malas dengan pelepah kelapa 

Di panggung, layar membentang; 
suara-suara memekak telinga, 
di mana kamu dapat melihat 
penjual cuka dan pengiris pinang 

Ada seekor domba, 
        lupa arah 
                pulang 

Cult, 2022 

 


Ini Kekasihku 

Aku merindukanmu 
saat dompet kosong 
sebab kutahu; 
kamu, maha 
       penyayang 

Cult, 2022 

 


Ini Permulaanku 

Di ujung embusan angin, 
ada gelombang bersapuan 

Kehidupan serupa musik, 
terdengar namun tidak terlihat; 

Sama seperti dosa-dosa kita, 
yang ditebus setelah kematian 
dan kebangkitan 

Cult, 2022 


Baca juga: Sajak-sajak WS Rendra  
Baca juga: Sajak-sajak Vladimir Mayakovsky 
Baca juga: Sajak-sajak Sutardji Calzoum Bachri 

 

 

 


Iwan Jaconiah, penyair, kulturolog, dan editor puisi Media Indonesia. Ia adalah kurator antologi puisi Doa Tanah Air: suara pelajar dari negeri Pushkin (Pentas Grafika, Jakarta, 2022). (SK-1)
 

 

 

 

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat