visitaaponce.com

Puisi-puisi Dana Sideros

Puisi-puisi Dana Sideros
(Ilustrasi: Yekaterina Mineyeva)

Metamorfosis

Apa yang sudah dimulai
sekiranya akan kau ketahui;
garis-garis retak dan putus,
kata menjadi bubuk pahit,
semua berlari ke segala arah,
seolah-olah menghindari infeksi.

Kau pun ikut pergi berlari 
dan berlari. Tak perlu berlari,
jangan sampai bajumu sobek,
tak perlu munafik dengan gayamu.
Ketika dimulai, semua mengerikan –
siapa pun akan merasa ketakutan.

Aku melihat kau pergi
apa jadinya aku tanpamu: 
hanya ruangan berjelaga
dengan garis-garis cahaya.
Wajah-wajah baru tersebar
waktu pembuangan tak akurat –
berlari, kau pasti melewatinya.

Hutan pipa seakan berbicara,
suara-suara terdengar dari kota,
semua meninggalkan atau membiarkan.
Apa yang terjadi saat kau mengalami koma?
Sudah sekarat dan kita harus meredam dan melewati duka.

2024

 

 

Sabtu

"Mata kita terpejam separuh hari, namun
kaki ini bisa saja melangkah ke suatu tempat.
Ya, setidaknya masih di sekitar pekarangan."
Dia sangat bahagia di tahun itu;
cuma butuh kekasih, tidak yang lain.
Dia giat membaca berita dan menyeruput
kuah hangat dari sejumlah makhluk hidup.

"Apakah kau melihatnya?"
Dia menulis bagaimana cara kau dibunuh.
Ini hari mereka menyangkal dan menulis tentangnya.
Semua mungkin terjadi, tetapi caranya agak rumit –
aku merasakan hal ini selama berbulan-bulan,
memasak dan memikirkan hal yang aneh, bukan?

"Jika kebenaran lebih baik; itu bukanlah niat
jahat seseorang, melainkan keinginannya sendiri."
Dia meregangkan tubuhnya secara gemulai,
bahkan dalam situasi yang genting sekalipun.
Dia menggaruk perutnya dengan sikat lembut,
dan meliliti lehernya dengan syal –
membinasakan sejumlah makhluk hidup.

Dia terus mengoceh, menggumamkan 
sesuatu hal yang tidak penting dan 
mengatakan untuk hendak pergi ke pasar –
"Tapi kupikir-pikir lebih baik terbunuh 
sebab kau tidak akan sendirian."

Lalu dia membuang sebotol bir,
entah sudah tersimpan selama satu 
atau mungkin saja dua bulan;
sejumlah makhluk hidup telah kering,
ada kebanggaan, dan mau tidak mau
kita harus tetap bertahan hidup.

Desember 2023

 

 

Jengah

Di sini aku jengah, dihukum, dan disudutkan
sedang kau masih berpikir dari sudut kamarmu:
jika Tuhan dan dewi kabut ada bersama kita,
maka ibu tidak 'kan melahirkan,
namun dia pasti membesarkan kita.
Apa yang telah dia tanam, dia makan
apa yang bisa dia lakukan, dia berikan.
Menyalahkan ibu karena memiliki banyak 
anak adalah suatu akhir dari kemuraman.

Di sini aku petik seratus buah matang,
dan bergegas pergi ke dalam kegelapan.
Domba, peri, anjing, dan merpati
membungkuk perlahan dalam buaian.
Emosiku bergumam, bersayap, dan bercakar
semua orang menginginkan keturunan,
kekayaan, dan manfaat dalam hidup.
Tak seorang pun ingin menjadi pembunuh.

Isi kepalaku memerah penuh amarah,
seperti seorang pegulat sumo.
Bola dari tanah liat Vyatka bergelinding
menuruni bukit dengan suara desing.
Kita akan menyangkal nanti:
namun lakukanlah sendirian!
Kita tidak memanggang dan menanam
hanya menunggu saja sebab bunga tulip
atau anemon kelak mekar sebelum gugur,
lalu polisi anti huru hara segera tiba.
Di taman Eden milik kita ini, ada bunga-bunga 
berserat halus, berwarna merah mudah, dan keemasan.

Kita menunggu suguhan kue:
adonan membengkak, memiringkan pelatuk,
aku menjelaskan konsep dan harga
sedang kau melompat dari ambang jendela
dan melangkah pergi tuk menagih uang sewa.
Sedikit lelucon kau kisahkan
saat ragi matang di tungku pembakaran.
Kelinci abu-abu, serigala, dan beruang memiliki tenggat waktu.
Sisanya, bersabarlah dengan apa yang sudah terjadi,
sebab kau akan terengah-engah seperti perawan.

Disintegrasi yang tak terhindarkan 
adalah satu-satunya dokter setia kita.
Si Scraper yang jahat membusuk bersama
orang-orang, di setiap bidang yang sama.
Selamatkanlah dirimu! Pilihlah tuk pergi!
Pegang sumpahmu sampai percikan darah terakhir.
Kengerian dan permainan harus dipanggang semuanya,
namun yang pasti jangan sampai menjadi roti tawar, roti jahe, dan roti gulung.
Aku ingin berubah menjadi sebuah batu bata;
diam, teguh, berguna, dan bebas rasa sakit.

Warsawa, 15 Juli 2023

 

 

Kesembilan

Bukan oleh kesengajaan seorang bocah mendengarkan suara televisi, 
hanya saja mereka tidak mematikannya di rumah, baik siang maupun malam.
Apa yang harus dia petik; siapa pun bisa saja hipertensi dan neurotik 
seperti ombak atau serupa jangkrik di balik kompor.

Bagi bocah, derak berita seperti bahasa Comanche:
sandi langka melalui campur tangan kebohongan di saluran apa pun.
Agustus semakin dingin. Abad ini berakhir.
Dia memukul perutnya sendiri –
memberi sinyal tuk keluar dari kolam air yang sesak dan gelap.
Dia menyadari bahwa tidak ada kesempatan,
menendang sisi kosong dengan kakinya. 
Kita semua di sini berada di ruang sempit dan gelap:
yang muda bersama yang tua,
rumah di utara, dipan di kamar,
bocah dalam pelukan ibunya. –
Kita akan menyelamatkanmu, sayang.
Kita akan segera menjemputmu.

Kau telah menjadi raja dan Marshmallow,
sentuhlah laut, cobalah kekuatanmu,
dan makanlah es yang luruh dari langit.
Tak perlu takut mengusir hama
dan mendekati seekor sapi.
Kau lalui kelas satu sampai tujuh
dan akan lulus dari sekolah menengah
pada tahun kedelapan belas.
Katakanlah bahwa kau mampu meraih
gelar sarjana selama 20 detik.

Jangan berbaring di tepi sofa, 
bergulinglah kembali sehingga kau dapat terjaga.
Pilih sebidang tanah di musim panas,
dengarkan jeritan anak-anak kecil, 
lihat sinar yang menerobos dedaunan
dan tengok bahu dengan dahimu.
Semua terjadi begitu indah.
Jalan terjal menuju tujuan;
sepak bola, buku, lagu, dan cinta.
Bernyanyi dan minumlah pepsicola milikmu
apakah bintang rock and roll juga butuh minum?

Kancing bajumu lepas dan terguling jauh ke lantai
sayang, aku tidak bisa membungkuk dan mengambilnya.
Nah, jangan panggil orang lain untuk membantumu. –

Aneh, bocah itu pendiam. Udara Agustus 
mengerikan dari tanah datar sampai ke puncak
Ah! Ini perut lapar diselimuti kegelapan di malam buta.

Juni 2023


Baca juga: Puisi-puisi Saras Dewi
Baca juga: Puisi-puisi Marina Tsvetaeva
Baca juga: Puisi-puisi Inggit Putria Marga

 

 

 

 


Dana Sideros, penyair dan dramawan, lahir di Kazan, Rusia, 22 Desember 1985. Pemenang Nova Award di Festival Perm SlovoNova (2013) dan penulis dua kumpulan puisi berjudul Jokes Are Over (2011) dan The Fool's Disciple (2015). Dari 2005 hingga 2011, ia menerbitkan puisi-puisinya di internet dengan nama samaran, tanpa mengungkapkan nama aslinya, dan tidak tampil di depan umum. Karya dramanya Wall of the Living meraih juara dalam Kompetisi Drama Baru Remarque dan terpilih untuk Kompetisi Drama Internasional Eurasia pada 2014. Pada 29 November 2023, ia diundang membacakan puisi-puisinya di Warsawa, Polandia. Sehari-hari berkarya di Moskwa. (SK-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iwan Jaconiah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat