visitaaponce.com

Indonesia Boikot Pameran Buku Frankfurt karena Memihak Zionis Israel

Indonesia Boikot Pameran Buku Frankfurt karena Memihak Zionis Israel
Pameran Buku Frankfurt 2023 berlangsung hingga 22 Oktober 2023.(AFP)

PEMBUKAAN Pameran Buku Frankfurt (FBF) pada Rabu, (18/10) dirundung gejolak. Penyebabnya adalah pidato filsfuf Slovenia, Slavoy Zizek, yang mengecam serangan Hamas di Israel.

Dia menegaskan pentingnya mendengarkan aspirasi warga Palestina untuk memahami konflik di Timur Tengah. Imbauan itu direspons secara negatif di negeri yang hingga kini masih bergulat dengan sejarah Holocaust.

Selama pidato Zizek, sejumlah tamu meninggalkan aula sebagai aksi protes. Utusan khusus negara bagian Hessen untuk urusan antisemitisme, Uwe Becker, secara terbuka mengritik sang filsuf dan menuduhnya telah menisbikan Hamas.

Baca juga : Iran Ajak Negara Muslim Boikot Produk Israel dan Setop Ekspor Minyak

Meski sarat polemik, Direktur FBF Juergen Boss, mengaku senang mendengar pidato Zizek hingga akhir. "Meski kita tidak menyukai atau bahkan mengecam isinya. Sangat penting untuk saling mendengar," ujarnya.

Kegaduhan di hari pertama FBF menandakan prahara yang lebih besar. Sebelumnya, seremoni penyerahan penghargaan LiBeraturpreis bagi penulis Palestina Adania Shibli juga dibatalkan.

Penghargaan itu khusus diberikan kepada penulis perempuan dari Asia, Afrika, Amerika Latin dan Arab. Panitia penghargaan, Litprom, mengakui pembatalan disebabkan oleh perang yang dikobarkan Hamas.

Baca juga : Puma Akhiri Kontrak dengan Tim Sepak Bola Nasional Israel

Buntutnya, sebuah surat terbuka yang ditandatangani 600 sastrawan, penerbit dan agen buku dari seluruh dunia mengecam Litprom, karena menutup ruang bagi suara Palestina. Termasuk dalam daftar pendukung petisi adalah dua pemenang Nobel Sastra, Abdulrazak Gurnah dan Olga Tokarczuk, serta Pankaj Mishra, William Dalrymple, Colm Toibin dan Naomi Klein.

Solidaritas dan Aksi Boikot

FBF tahun ini sejatinya menjadi forum internasional ini untuk menyuarakan solidaritas bagi Israel dan mengecam serangan Hamas, yang oleh utusan khusus kebudayaan Jerman Claudia Roth dianggap sebagai serangan terhadap kemanusiaan.

"Kami mengecam keras teror ini dan ikut berduka dengan warga Israel," ucapnya dalam pidato pembukaan.

Baca juga : Penyintas Genosida Nazi Menentang Pembantaian Israel di Gaza

FBF juga berjanji akan menampilkan Israel secara lebih mencolok untuk membantu mempopulerkan kesusasteraan Yahudi. "Kami berduka bersama keluarga korban tindak kekerasan ini dan semua warga di Israel dan Palestina yang menderita akibat perang," kata Boos.

Ungkapan solidaritas itu ditanggapi oleh penerbit di sejumlah negara muslim, dengan melakukan aksi boikot. Indonesia menyatakan menarik diri dari FBF 2023.

"Keputusan FBF untuk mendukung dan memberikan platform bagi Israel sembari melupakan penderitaan bangsa Palestina adalah ibarat membaca satu buku dan merasa memahami seisi dunia," tulis Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dalam surat pernyataannya.

Baca juga : Tentara Israel Telanjangi Puluhan Orang di Dalam RS Al Shifa Gaza, Interogasi Paramedis

Sikap FBF dinilai melanggar prinsip-prinsip dialog dan upaya membangun saling pemahaman. Pun, pemerintah Malaysia menolak mengirimkan penerbitnya lantaran sikap pro-Israel yang ditunjukkan FBF.

Keputusan serupa dibuat Otoritas Buku Sharjah dan sejumlah lembaga sastra lain di Uni Emirat Arab dan Mesir.

Ketika sastra berpolitik

Ketika ditanya soal aksi boikot, Juergen Boos mengaku sangat kecewa, oleh keputusan yang menurutnya disebabkan isu geopolitik, dan tidak berkaitan dengan kesastraan.

Baca juga : Israel Tertekan, Punya Tiga Pekan Hancurkan Gaza

"Hal ini menjadi bencana bagi kami, bagi saya sendiri. Saya ingin agar para pengunjung bisa menikmati diskursus yang jujur dan berdiskusi, bahkan jika isunya kontroversial," jelasnya.

Utusan antisemitismedi negara bagian Hessen, Becker, mengatakan hak dan penderitaan bangsa Palestina bisa dibahas, tapi tidak selayaknya demi membenarkan ketidakadilan, kekerasan dan terorisme.

"Bahasa kebebasan pun mengenal batas, di mana sebuah konteks menisbikan, meremehkan dan memukul rata sesuatu yang tidak sama," katanya.

Tahun ini, FBF juga menempatkan penulis buku Ayat-ayat Setan, Salman Rushdie, sebagai bintang tamu utama. Sastrawan berdarah India itu hidup dalam kemelut sejak divonis mati oleh Ayatollah Ali Khomeini pada 1989. Penampilan publik Rushdie yang langka dipastikan akan semakin meramaikan edisi ke75 Pameran buku Frankfurt tahun ini. (DW/Z-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat