visitaaponce.com

Jalan Mendaki bagi Jerman

Jalan Mendaki bagi Jerman
Suryopratomo Pemerhati sepak bola(Seno)

JERMAN telah kembali ke jalur prestasi. Setidaknya trauma kekalahan menyakitkan di dua ajang Piala Dunia, ketika Die Mannschaft harus tersingkir di babak pertama, bisa dilewati dengan baik. Pada Piala Eropa 2024, tim asuhan Julian Nagelsmann keluar sebagai juara grup.

Namun, hasil imbang 1-1 melawan Swiss di pertandingan terakhir menjadi alarm bahwa permainan terbaik mereka belum sepenuhnya kembali. Apalagi gol balasan Nuclas Fullkrug baru datang di detik-detik terakhir sebelum peluit panjang ditiup. Tumpulnya ujung tombak Jerman menyadarkan bahwa masih ada masalah yang belum bisa diselesaikan Nagelsmann. Kai Havertz yang menjadi andalan masih kalah kelas jika dibandingkan dengan Miroslav Klose, Juergen Klinsmann, ataupun Rudi Voeller.

Havertz bukanlah tipikal goal getter sekelas Gerd Mueller yang begitu tajam dan tidak pernah memberi ampun kepada penjaga gawang lawan. Penyerang Arsenal itu terlalu lembek dan cenderung lemah gemulai. Nyaris tidak ada kegarangan sebagai seorang ujung tombak karena selalu ingin dilihat sebagai pemain yang manis.

Baca juga : Momentum Kebangkitan Die Mannschaft

Menjelang pertandingan perdelapan final yang akan dilangsungkan Sabtu malam atau Minggu dini hari melawan Denmark, surat kabar Jerman, Bild, sampai harus membuat polling. “Siapa penyerang yang sebaiknya diturunkan Nagelsmann saat menghadapi Denmark nanti?”

Ada sekitar 160 ribu pembaca yang mengirimkan suara dan 90% dari mereka memilih penyerang asal Borrusia Dortmund, Fullkrug, sebaiknya dijadikan starter pada pertandingan besok malam. Fullkrug memang dinilai tidak aktif bergerak seperti Havertz, tetapi memiliki postur yang besar, kuat, dan bagus dalam bola-bola atas. Fullkrug mencetak gol setiap 58 menit saat membela Die Mannschaft, sedangkan Havertz memerlukan 182 menit untuk menyumbangkan gol bagi Jerman.

Dari tiga penampilan sebagai starter di Euro 2024, Havertz hanya mencetak satu gol dari 10 kesempatan emas yang diperolehnya. Adapun Fullkrug mencetak dua gol sebagai pemain pengganti.

Baca juga : Timnas Denmark Berjumpa Timnas Jerman di 16 Besar Euro 2024

Kendati demikian, Nagelsmann tidak mau mengikuti pendapat masyarakat Jerman. Menurut pelatih muda itu, baik Fullkrug maupun Havertz memiliki kelebihan. Ia sendiri baru akan memutuskan siapa yang akan diturunkan setelah melihat kekuatan lawan yang akan dihadapi.

“Fullkrug mempunyai kesempatan untuk tampil pertama, tetapi sama juga dengan Kai. Sayang memang saat menghadapi Swiss, Kai menyia-nyiakan tiga peluang yang ia miliki, sedangkan Fullkrug memainkan peran yang baik sebagai pemain pengganti,” ujar Nagelsmann.

Kalau saja Havertz yang sempat dijuluki 'Zidane Muda' bisa bermain seefisien seperti bintang Prancis pada Piala Dunia 1998 itu, Jerman pantas untuk berharap bisa meraih kembali masa kejayaan mereka. Apalagi Die Mannschaft memiliki dua pemain sayap muda yang bukan hanya memiliki kecepatan, melainkan juga ketajaman, yakni Florian Wirtz dan Jamal Musiala.

Baca juga : Nagelsmann Puas Jerman Belum Terkalahkan di Grup 1 Euro 2024

Wirtz terbukti menjadi kunci sukses Bayer Leverkusen untuk memenangi Bundesliga tanpa pernah kalah sekali pun sepanjang musim ini. Sementara itu, Musiala merupakan pemain muda masa depan Jerman yang bukan hanya lincah, melainkan juga tajam di depan gawang lawan.

Belum lagi ada Toni Kroos yang begitu terukur dalam membagi bola. Kehadiran pemain senior yang baru pensiun dari Real Madrid itu memungkinkan kapten kesebelasan Ilkay Gundogan menjadi second striker di belakang Havertz.

Satu pekerjaan rumah yang masih harus dibenahi Nagelsmann ialah dua pemain di jantung pertahanan. Baik Jonathan Tah maupun Antonio Ruediger harus lebih tenang dan tidak melakukan gerakan yang tidak perlu di lapangan.

Baca juga : Murat Yakin Puji Performa Timnas Swiss yang Lolos ke 16 Besar Euro 2024

Denmark yang harus dihadapi kali ini memang bukanlah Denmark 1992 yang bisa meledak seperti dinamit. Mereka lolos ke 16 besar tanpa sekali pun memenangi pertandingan. Seperti Slovenia, Denmark lolos karena tiga kali imbang dan menjadi runner-up Grup C hanya karena peringkat FIFA yang lebih tinggi dari Slovenia.

Meski begitu, Christian Eriksen dan kawan-kawan tidak bisa juga diremehkan. Mereka bisa membalikkan keadaan kalau dianggap enteng dan akan tampil lepas tanpa beban.

“Semua bisa terjadi,” kata bek Denmark Jannik Vestergaard. “Memang Jerman merupakan tim yang kuat. Kami harus tampil lebih kuat apabila ingin mengalahkan Jerman.”

Ujian untuk bisa melewati Denmark bukan hanya penting bagi Jerman untuk lolos ke perempat final, melainkan juga sebagai pemanasan menghadapi pertandingan yang lebih berat pada delapan besar. Besar kemungkinan Jerman harus berhadapan dengan favorit juara, Spanyol.

 

Calon juara

Di luar dugaan, Spanyol yang tampil dengan tim baru dan pemain muda mencatatkan prestasi sempurna pada babak pertama. Tim asuhan Luis de la Fuente itu tidak kehilangan satu poin pun dari tiga pertandingan grup.

Lamine Yamal merupakan pemain yang menarik perhatian. Meski baru berusia 16 tahun, penyerang sayap asal Barcelona itu tampil penuh percaya diri. Ia bisa mengobrak-abrik pertahanan sekelas Kroasia untuk memberi peluang kepada ujung tombak Alvaro Morata.

Spanyol pantas dijagokan untuk menjadi calon juara. De la Fuente memiliki empat pilar yang meyakinkan mulai Kiper Unai Simon di bawah mistar. Di barisan belakang ada Nacho yang menjadi komandan. Sementara itu, keseimbangan tim dikawal oleh gelandang Manchester City Rodri Hernandez. Dengan pasokan bola dari Yamal dan Nico Williams dari sayap, Morata menjadi algojo di depan gawang lawan.

Minggu malam atau Senin dini hari, La Furia Roja akan ditantang 'kuda hitam' Georgia. Di tangan pelatih asal Prancis Willy Sagnol, Georgia berubah menjadi tim yang menakutkan. Debutan turnamen besar itu mampu menaklukkan Portugal 2-0 pada pertandingan terakhir untuk bisa melaju sebagai peringkat ketiga terbaik ke 16 besar.

Kalau Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan bisa dibuat frustasi, Spanyol tentu tidak akan berani memandang sebelah mata lawannya. Nama seperti Khvicha Kvaratskhelia yang bermain untuk Napoli atau Georges Mikautadze yang bermain di Metz, Prancis, bisa menjadi mimpi buruk juga bagi Morata dan kawan-kawan.

Babak pertama Euro 2024 memberi banyak pelajaran bahwa kejutan selalu bisa terjadi. Belanda, misalnya, harus menelan pil pahit kalah 2-3 dari Austria. Kroasia harus tersingkir dari arena karena gol detik terakhir Italia yang dicetak Mattia Zaccagni. 

Jerman yang ingin berjaya di kandang sendiri harus melewati jalan yang terjal untuk mencapai puncak prestasi mereka. Sabtu malam ini ujian sesungguhnya harus bisa mereka lewati.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat