visitaaponce.com

Platform Bisnis dan Usaha Sosial Terus Tumbuh di Tengah Pandemi

Platform Bisnis dan Usaha Sosial Terus Tumbuh di Tengah Pandemi
Perajin melihat stok kerajinan aksesori koginsashi miliknya pada aplikasi jual beli di Asriku Kreasi, Depok, Jawa Barat, Minggu (1/8/2021)(ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha)

DI masa pandemi, dunia usaha ikut terpuruk karena adanya pengetatan mobilitas masyarakat. Produksi barang dan distribusi barang dan jasa ikut terhambat. Sementara biaya justru meningkat.

Hasil survei Bank Indonesia Maret 2021) menyebutkan sebanyak 87,5 persen UMKM terdampak pandemi Covid-19. Dari jumlah ini, sekitar 93,2 persen di antaranya terdampak negatif di sisi penjualan. Pandemi memberi tekanan pada pendapatan, laba, dan arus kas hingga para pemilik usaha memilih untuk wait and see. Namun demikian, masih terdapat sisi positif. Yakni 12,5 persen usaha tidak terkena dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Hammam Riza dalam Webinar bertema Pengembangan Startup dan Social Entrepreneurship di Indonesia menyampaikan bahkan 27,6 persen di antaranya menunjukkan peningkatan penjualan. "Usaha ini khususnya menggunakan media online dan menambah variasi produk," ujarnya, Rabu (4/8).

Lebih lanjut, Hammam menyebutkan dari data BPS menyebutkan bahwa terdapat sektor yang tidak hanya tumbuh di masa pandemi, tetapi pertumbuhannya lebih tinggi daripada sebelum pandemi. "Sektor tersebut adalah jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang tumbuh 11.6% dari sebelumnya 8.7%) dan informasi dan komunikasi yang tumbuh 10.6% dari sebelumnya 9.4%," terangnya.

Contoh bidang usaha yang mengalami pertumbuhan antara lain  marketplace seperti tokopedia, shopee, bukalapak, groceries yakni sayurbox, tanihub, brambang, bidang retail klikindomaret, alfacart, healthtech halodoc, edutech ruang-guru, zenius, collaboration tools zoom, dan logistik.

"Salah satu simpul terpenting untuk mengurai kompleksitas permasalahan terkait pandemi adalah kemampuan beradaptasi, berkolaborasi dan mengedepankan solusi berbasis inovasi dan teknologi," terang Hammam.

Sektor teknologi informasi sudah direspons oleh BPPT dengan sejumlah hasil alat kesehatan untuk Covid-19 merupakan inovasi dari Task Force Riset Inovasi Covid-19 (TRFIC-19), dan sudah diproduksi oleh industri serta digunakan di rumah sakit maupun layanan kesehatan lainnya.

Bisnis baru atau startup teknologi memiliki keunggulan dalam hal inovasi, agility, dan ekperimentasidibandingkan dengan bisnis konvensional yang sudah besar.

"Oleh karena itu BPPT melalui Balai Inkubator Teknologi (BIT) mendorong tumbuhnya startup-startup baru yang mampu memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi masyarakat," ujar Hammam.

Diakuinya selain bisnis, sektor usaha sosial juga tumbuh positif di Indonesia. Dalam webinar tersebut pembicara lainnya Dihqon Naadamist, CEO Cleansheet mengatakan bahwa selama pandemi terjadi peningkatan panggilan jasa membersihkan perabotan rumah tangga melalui platform yang ia bangun.

Dihqon mendirikan Cleansheet berawal dari pengalamannya saat mejadi mahasiswa Bidikmisi di IPB ingin mencari penghasilan tambahan di sela-sela kuliah, karena kesulitan keuangan. Ia juga berkeinginan membantu sesama mahasiswa Bidikmisi yang mengalami persoalan serupa. Maka lahirlah usaha Cleansheet.

baca juga: Teknologi Digital

Kini usahanya melalui platform sudah merambah wilayah Jabodetabek dengan mempekerjakan anak-anak putus sekolah. Mereka nantinya didorong untuk menuntaskan pendidikan dasar. Teknologi digital diakui telah mengubah jalan bisnisnya menjadi lebih luas jangkauannya.

Sedangkan Dessy Alliandrina dari Sociopreneur Indonesia menjelaskan bahwa awal didirikan Sociopreneur Indonesia berawal dari klub pemuda Technopreneurship for Youth (TFY). Programnya mempromosikan kewirausahaan sosial ke segala usia dari anak, remaja, dan dewasa lewat penelitian dan pengembangan program-program yang dibentuk. Seperti mengedukasi anak-anak sejak dini menjadi inovator, kreator, teknopreneur. Sektor usaha sosial ini mendapat respons positif di kalangan anak muda, yang dibuktikan semakin banyak yang terlibat di program  Sociopreneur Indonesia. (N-1)

 

 

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat