visitaaponce.com

Kesenjangan Teknologi masih Hantui Akselerasi 5G di Asia Pasifik

Kesenjangan Teknologi masih Hantui Akselerasi 5G di Asia Pasifik
Infografis perkembangan jaringan mobile nirkabel dari era 1980-an hingga pengenalan generasi kelima (5G) pada 2020.(AFP)

LAPORAN dari Asosiasi Sistem Komunikasi Mobile Global (GSMA) menyebutkan bahwa cakupan jaringan 5G diatur untuk dipercepat di seluruh kawasan Asia Pasifik, namun kesenjangan penggunaan akan tetap signifikan.

Dikutip dari Indian Express pada Minggu (10/7), jaringan broadband mencakup sekitar 96% populasi di wilayah tersebut. Namun, hanya 44% dari populasi (1,23 miliar pengguna) yang menggunakan layanan internet seluler.

Menurut laporan GSMA, alasan perbedaan ini termasuk kurangnya keterampilan digital, keterjangkauan, dan masalah keamanan berselancar di dunia maya.

"Mengatasi kesenjangan penggunaan dan memperluas manfaat internet ke lebih banyak orang di masyarakat sangat penting," kata Kepala GSMA Asia Pasifik Julian Gorman.

"Namun, itu akan membutuhkan upaya bersama oleh berbagai pemangku kepentingan, bekerja sama dengan operator seluler dan pemain ekosistem lainnya seperti produsen perangkat dan pembuat konten digital, untuk mendorong adopsi dan mengatasi hambatan yang kita lihat hari ini," imbuh dia.


Baca juga: Jaringan Rogers Terganggu, Layanan Internet dan Ponsel di Kanada Terdampak


Lebih lanjut, 5G tersedia secara komersial di 14 pasar, termasuk India dan Vietnam, akan diluncurkan dalam beberapa bulan mendatang. Teknologi dan layanan seluler pun terus memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Asia Pasifik, menghasilkan 5% dari PDB di kawasan ini pada 2021, yang setara dengan nilai ekonomi sekitar US$770 miliar.

Laporan itu mengungkapkan bahwa internet seluler termasuk layanan 3G dan 4G meningkatkan sekitar 8,8 juta pekerjaan pada 2021 dan memberikan kontribusi besar terhadap pendanaan sektor publik, dengan sekitar US$80 miliar dikumpulkan melalui perpajakan.

Menurut laporan GSMA, pada 2025, akan ada lebih dari 400 juta koneksi 5G, setara dengan lebih dari 14% dari total koneksi seluler.

"Kemajuan lebih maju di negara-negara seperti Australia, Jepang dan Korea Selatan dan di Singapura 5G diperkirakan akan mencapai 55% koneksi negara itu pada 2025," kata perusahaan itu dalam laporannya.

Lebih lanjut, laporan tersebut juga menyoroti berbagai kasus penggunaan 5G dan aktivitas terkait lainnya di wilayah tersebut.

Korsel memiliki rencana untuk menghabiskan US$186,7 juta untuk menciptakan ekosistem metaverse-nya, dan Otoritas Pariwisata Thailand memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pariwisata di negara itu, dan menempatkan taruhannya pada layanan 5G. (Ant/S-2)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat