visitaaponce.com

Siapa Bisa Menyusul Chat GPT

PROGRAM percakapan atau chatbot berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), Chat GPT, saat ini ramai diperbincangkan. Chat GPT dikembangkan Open AI, sebuah laboratorium riset kecerdasan buatan yang didirikan Elon Musk, Sam Altman, dan Greg Brockman pada Desember 2015.

Chat GPT menjadi buah bibir karena dapat mengerjakan berbagai tugas dari pengguna, seperti menerjemahkan teks, membuat rangkuman teks, membuat kode pemrograman, membuat kerangka tulisan, dan menjawab aneka pertanyaan nyaris sedinamis manusia. Tidak aneh jika banyak yang menganggap Chat GPT akan menjadi teman mengobrol, bahkan bisa menggantikan beberapa profesi manusia.

Kehebohan Chat GPT itu membuat banyak perusahaan teknologi raksasa dunia, seperti Microsoft dan Google, tak ingin ketinggalan kereta dan berlomba-lomba membuat chatbot berbasis kecerdasan buatan yang lebih mudah diakses dan menarik bagi pengguna.

Di sisi lain, pakar astrofisika Grant Tremblay, yang menemukan kesalahan fakta pada chatbot milik Google, mengemukakan kendati inovasi-inovasi chatbot dewasa ini amat impresif, tidak jarang mereka memberikan jawaban yang salah dengan amat meyakinkan. Sistem sering kali berhalusinasi—yaitu mengarang informasi—karena pada dasarnya mereka ialah sistem pelengkapan otomatis.

Alih-alih menanyakan database fakta yang terbukti untuk menjawab pertanyaan, mereka dilatih tentang kumpulan teks yang sangat besar dan menganalisis pola untuk menentukan kata mana yang mengikuti kata berikutnya dalam kalimat tertentu. Dengan kata lain, mereka probabilistik, bukan deterministik. Dengan begitu, pengguna sebaiknya tidak meyakini 100% jawaban-jawaban yang diberikan chatbot sekalipun ia telah didayai AI nan canggih.

 

Microsoft

Dok. 123RF.com

Pesaing pertama dari Chat GPT ialah Microsoft. Perusahaan yang didirikan Bill Gates dan Paul Allen pada 4 April 1975 itu bulan lalu meluncurkan chatbot tandingan melalui Bing versi baru.

Microsoft yang juga investor di Open AI itu ingin memanfaatkan teknologi di balik Chat GPT untuk membuat chatbot cerdas yang lebih canggih dan bisa memberikan jawaban dan informasi secara rinci. Bing, yang awal mulanya diluncurkan pada 2009 sebagai mesin penerjemah, kini direjuvenasi dengan tenaga kecerdasan buatan. Disitat dari blog resmi Microsoft, Bing berotak AI itu akan membantu hasil pencarian lebih baik, jawaban yang lengkap, pengalaman percakapan, dan kemampuan untuk menghasilkan konten.

"Kami meluncurkan Bing dan Edge yang didukung percakapan dan kopilot yang memiliki kecerdasan buatan untuk membantu orang mendapatkan lebih banyak dari hasil pencarian di web," kata CEO Microsoft Satya Nadella.

Bing versi baru dilengkapi dengan chatbot cerdas yang digunakan dalam dua konfigurasi. Pertama, chatbot Bing akan hadir di sebelah kanan dalam hasil pencarian. Chatbot akan membantu pengguna untuk menelusuri informasi lebih lanjut terkait dengan apa yang sedang dicari.

Lalu, konfigurasi kedua ialah chatbot Bing yang menyerupai Chat GPT dan tidak dilengkapi dengan laman hasil pencarian. Pengguna bisa memasukkan pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.

Berdasarkan situs resmi Bing.com, untuk mengakses Bing versi baru itu pengguna bisa meminta akses dengan memilih bergabung dengan daftar tunggu. Setelah melewati daftar tunggu, pengguna akan mendapatkan e-mail konfirmasi untuk mengakses.

Setelah itu, pengguna harus menggunakan peramban Microsoft Edge dan masuk menggunakan akun Microsoft. Kemudian, pengguna sudah bisa melakukan pencarian di sidebar dan melakukan percakapan dengan Bing versi baru.

“Bing terbaru ini akan dijalankan pemrograman large language model (LLM) Open AI generasi terkini yang lebih canggih daripada Chat GPT dan dirancang spesifik untuk pencarian,” klaim pihak Microsoft lebih lanjut.

 

 

Google

Dok. 123RF.com

Pesaing Chat GPT berikutnya ialah Google. Google tentu saja tidak tinggal diam setelah Microsoft meluncurkan chatbot cerdas. Google kemudian meluncurkan Bard pada awal Februari lalu.

Menurut CEO Google Sundar Pichai, Bard menggunakan model pemrograman bahasa LaMDA yang diinisiasi Google sejak 2017. Salah satu perbedaan LaMDA dengan model pemrograman bahasa lain, sebut Google, LaMDA ‘dilatih’ untuk interaksi yang bersifat dialog atau percakapan. LaMDA akan mengambil informasi dari website untuk menyediakan respons yang cepat dan berkualitas.

Google mengatakan pengguna dapat menggunakan chatbot miliknya untuk berbagai tugas, seperti membandingkan dua film dan ide resep masakan. Meski begitu, sebagian pihak, termasuk internal Google, menilai peluncuran Bard terlalu prematur. Apalagi, terdapat kesalahan fakta dalam jawaban Bard pada demo pertamanya.

Dilansir dari The Verge, Bard saat ini baru tersedia untuk kalangan terbatas. Untuk pengguna yang lebih luas, diperkirakan akan tersedia dalam beberapa waktu ke depan.

 

 

Meta

AFP/ROBYN BECK

Kompetitor berikutnya dalam chatbot cerdas ialah Meta. Perusahaan yang memiliki Facebook, Instagram, dan Whatsapp itu juga mengembangkan chatbot cerdas bernama Galactica.

Galactica merupakan model bahasa yang dirancang untuk membantu ilmuwan dan peneliti dengan ringkasan artikel akademik, solusi dari matematik, dan lainnya. Meta mengeklaim chatbot itu telah menyimpan 48 juta makalah, buku, dan sumber ilmiah lainnya.

Namun, chatbot tersebut memberikan hasil yang mengecewakan ketika Meta membuat versi beta untuk publik pada November lalu. Komunitas ilmiah mengkritik chatbot tersebut karena jawaban yang salah atau bias. Meta lalu menghentikan chatbot tersebut beberapa hari setelahnya.

Galactica bukanlah chatbot AI satu-satunya. Meta juga menciptakan Blenderbot 3, program percakapan seperti asisten digital.

Meta meluncurkan Blenderbot 3 untuk publik pada Agustus 2022. Namun, hasilnya tidak terlalu mengesankan. Sejumlah pengguna meyakini Chat GPT masih lebih baik dari Blenderbot 3.

Meski demikian, Meta tak menyerah. CEO Meta Mark Zuckerberg mengaku pihaknya telah membentuk tim khusus menciptakan kecerdasan buatan yang dirancang membantu pengguna dan kecerdasan buatan berbasis teks dan gambar untuk Whatsapp, Instagram, dan Facebook. Patut ditunggu.

 

Alibaba

AFP/GREG BAKER

Alibaba ialah pesaing selanjutnya untuk Chat GPT. Raksasa niaga-el dari Tiongkok itu telah melakukan percobaan chatbot secara internal pada Februari lalu.

Alibaba dilaporkan telah melakukan percobaan dengan menciptakan kecerdasan buatan sejak 2017, tetapi perusahaan belum memberikan penjelasan kapan akan diumumkan dan seperti apa kemampuan chatbot mereka.

Rencana Alibaba untuk meluncurkan Chat GPT versi mereka tampaknya melalui rintangan. Laporan dari Nikkei Asia menyatakan Alibaba harus membatasi akses ke Chat GPT karena khawatir bot mendukung konten yang tidak disensor. Selain itu, perusahaan harus bernegosiasi dengan pemerintah Tiongkok sebelum membuat bot untuk publik.

 

Anthropic

Dok. ANTHROPIC.COM

Pesaing selanjutnya datang dari Anthropic. Perusahaan riset kecerdasan buatan itu didirikan mantan karyawan Open AI pada 2021. Anthropic sedang mengerjakan program percakapan pesaing Chat GPT yang dinamakan Claude. Google telah berinvestasi di Anthropic dengan nilai Rp4,6 triliun.

Namun, Claude belum dirilis untuk publik dan masih tersedia untuk internal perusahaan.

Scale, sebuah platform data AI, diberi akses ke Claude dan menguraikan beberapa perbedaan antara bot Anthropic dan Chat GPT. Scale menyebut Claude sebagai pesaing ‘serius’ untuk Chat GPT. Claude bisa menolak permintaan yang tidak etis dari pengguna, ‘lebih cenderung menolak permintaan yang tidak pantas’. Namun, catatannya, Claude masih membuat kesalahan faktual dan kesalahan matematis.

 

You.com

Dok. YOU.COM

Pesaing terakhir ialah You.com yang merupakan perusahaan penyedia mesin pencari. Sekilas tampilannya seperti mesin pencari kebanyakan, tetapi saat mencoba percakapan dengan chatbot, akan tampak seperti Bing yang diciptakan Microsoft.

Untuk menggunakan You.com, pengguna bisa masuk melalui akun Apple atau Google. Setelah itu, pengguna bisa menulis pertanyaan kepada chatbot atau meminta rangkuman dari artikel, menulis esai, dan lainnya. Saat Media Indonesia mencoba memberikan pertanyaan, chatbot tersebut tidak bisa memberikan jawaban karena tengah sibuk melayani pengguna.

You.com baru-baru ini menambahkan model generator gambar dengan kecerdasan buatan yang bisa membuat pengguna mendapatkan gambar berdasarkan tulisan atau deskripsi.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat