visitaaponce.com

Robot yang Berkeringat Berpotensi Membantu Manusia Memahami Dampak Panas yang Meningkat

Robot yang Berkeringat Berpotensi Membantu Manusia Memahami Dampak Panas yang Meningkat
Advanced Newton Dynamic Instrument (ANDI) memiliki jaringan sensor terhubung yang menilai panas yang dihasilkan oleh tubuh.(AFP)

APA yang terjadi pada tubuh saat seseorang mengalami heatstroke? Bagaimana cara melindungi diri di planet yang semakin hangat? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, para peneliti di Arizona telah menghadirkan robot yang dapat bernapas, menggigil, dan berkeringat.

Phoenix, ibukota negara bagian Arizona, saat ini tengah mengalami gelombang panas terpanjang dalam sejarahnya: pada Jumat (21/7), suhu mencapai lebih dari 110 derajat Fahrenheit (43 derajat Celsius) selama 22 hari berturut-turut, sebuah contoh yang mengkhawatirkan akan apa yang akan terjadi di dunia yang terkena dampak perubahan iklim.

Suhu sepanas ini merupakan ancaman yang berpotensi mematikan bagi manusia, namun masih belum sepenuhnya dipahami. Bagi ANDI -- sebuah robot humanoid unik di Universitas Negara Bagian Arizona -- cuaca panas tersebut merupakan hari yang menyenangkan.

Baca juga: AS, Tiongkok, Hingga Irak Rasakan Dampak Perubahan Iklim

"Anda akan menjadi manekin termal luar ruangan pertama di dunia yang dapat kami bawa ke luar... untuk mengukur seberapa besar panas yang diterima dari lingkungan," kata Konrad Rykaczewski, seorang profesor teknik mesin.

ANDI atau Advanced Newton Dynamic Instrument memiliki penampilan seperti boneka tabrak sederhana pada pandangan pertama. Di balik kulitnya yang terbuat dari epoxy/carbon fiber, terdapat teknologi canggih, termasuk jaringan sensor terhubung yang menilai panas yang dihasilkan oleh tubuh.

Baca juga: Tingkatkan Keamanan Berkendara, BEAM Gunakan Teknologi Geofence

Robot ini juga memiliki sistem pendinginan internal dan pori-pori yang memungkinkannya untuk bernapas dan berkeringat. Terdapat 35 zona termal independen dan, mirip seperti manusia, robot ini -- yang memakan biaya lebih dari setengah juta dolar untuk dibuat -- lebih banyak berkeringat di bagian belakangnya.

Sejauh ini, hanya ada sekitar selusin manekin semacam ini yang ada, dan tak satu pun dari mereka dapat beroperasi di luar ruangan.

Biasanya, manekin semacam itu digunakan oleh produsen peralatan olahraga untuk menguji pakaian teknis mereka di dalam ruang termal.

Hipertermia

Para peneliti berharap robot ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang hipertermia -- yaitu kondisi ketika tubuh mengalami pemanasan berlebih, sebuah kondisi yang semakin mengancam sebagian besar populasi dunia akibat pemanasan global.

Tentu saja, "tidak ada yang mengukur kenaikan suhu inti tubuh seseorang saat mengalami heatstroke," kata Rykaczewski karena alasan etika. Namun, dampak panas pada tubuh manusia masih belum sepenuhnya dipahami. ANDI memberikan kesempatan bagi para peneliti untuk memahaminya.

Ditemani MaRTy (Mean Radiant Temperature), sebuah stasiun cuaca bergerak yang mengukur panas yang dipantulkan bangunan di sekitarnya, robot ini sedang melakukan uji coba pertamanya di luar ruangan di Phoenix -- laboratorium ideal untuk mempersiapkan diri menghadapi iklim masa depan.

"Bagaimana kita dapat mengubah cara berpakaian? Bagaimana cara mengubah pola perilaku kita, dan menyesuaikannya dengan suhu yang sebesar ini?" kata Rykaczewski.

Andi juga dapat diprogram ulang tanpa batas. Tim peneliti dapat membuat "salinan digital manekin untuk melihat berbagai segmen populasi," kata Jennifer Vanos, klimatolog yang terlibat dalam proyek ini.

Misalnya, semakin tua seseorang, semakin sedikit mereka berkeringat. Orang muda akan memerlukan perlindungan yang berbeda dibandingkan atlet atau orang yang sedang sakit. Dengan ANDI, para ilmuwan dapat mensimulasikan mekanisme termoregulasi yang spesifik untuk setiap individu.

Phoenix

Mereka juga dapat menguji robot ini dalam berbagai situasi. Misalnya, Phoenix merupakan daerah yang kering. Hasil penelitian mereka akan berguna dalam merancang pakaian tahan panas, merancang ulang perencanaan perkotaan, dan melindungi yang paling rentan.

Di Phoenix, yang membuka puluhan pusat pendinginan untuk tunawisma setiap musim panas, temuan mereka dapat membimbing tindakan pekerja sosial.

"Dalam berapa lama seseorang harus tinggal di pusat pendinginan untuk mendinginkan diri, sehingga suhu inti tubuhnya turun ke tingkat yang aman? Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan ANDI," kata Vanos.

Tim peneliti juga bermimpi untuk mengembangkan sensor murah yang dapat digunakan di lokasi proyek konstruksi untuk menyesuaikan jam kerja berdasarkan suhu yang dirasakan pekerja dan kondisi kesehatan mereka -- bukan hanya berdasarkan kondisi cuaca umum.

Solusi yang khusus dan tepat dapat memiliki dampak global, mengubah tata ruang kota secara keseluruhan.

"Jika masa depan Paris tampak seperti Phoenix saat ini, kita dapat belajar banyak tentang bagaimana merancang bangunan," kata Rykaczewski. (AFP/Z-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat