visitaaponce.com

Monitoring eDNA untuk Jaga Ekosistem Ikan Sidat di Indonesia

Monitoring eDNA untuk Jaga Ekosistem Ikan Sidat di Indonesia
Ekosistem ikan sidat(Ilustrasi)

SAAT ini terdapat 50% spesies sidat di dunia terdapat di Indonesia. Potensi besar tersebut bisa dilestarikan dan dimanfaatkan. Sidat adalah salah satu jenis ikan di Indonesia yang berbentuk seperti belut, sayangnya ikan sidat tidak populer di Indonesia, tetapi lebih populer di negara-negara Eropa karena ikan tersebut memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi.

Pemanasan global, penangkapan ikan berlebihan, hingga beberapa gangguan lingkungan lain mengancam keberadaan sidat. Terdapat metode konservasi menjaga keberlanjutan hidup sidat dengan teknologi monitoring environmental DNA (eDNA) untuk mendeteksi salah satu jenis sidat di perairan darat.

Peneliti Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air (PRLSDA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sekar Larashati menjelaskan monitoring menggunakan eDNA merupakan metode dengan memanfaatkan DNA yang dilepaskan oleh organisme ke lingkungan, seperti kulit, sisik, rambut, telur, sperma dan bentuk lainnya.

Baca juga : Startup JALA Raih Pendanaan Seri A USD 13,1 Juta untuk Perkuat Budi Daya Udang

"Metode ini juga bersifat non-invasif, tidak menimbulkan kerusakan pada spesies atau habitat yang diteliti. Bahkan, selama pengambilan sampel metode membahayakan ekosistem atau spesies terancam. Tentunya studi ini sangat mendukung penelitian keanekaragaman hayati dan konservasi ekosistem perairan," kata Larashati, Kamis (8/2).

"Melalui analisis eDNA, kita dapat mendeteksi spesies yang populasinya sudah sangat sendikit, spesies invasif, peta migrasi dan kajian biodiversitas ikan. Metode ini juga membantu meningkatkan deteksi ikan, meminimalisir kesalahan identifikasi, dan melibatkan citizen sciencel, dan non invasif," tambahnya.

Setelah ekstraksi DNA analisis eDNA dapat dilakukan dalam dua pendekatan. Pertama pendekatan metabarcoding yang bertujuan untuk mendeteksi beragam spesies dengan satu set primer. Pendekatan ini menghasilkan urutan sekuen DNA yang akan dibandingkan dengan database referensi, sehingga menghasilkan banyak data. Kendalanya, pendekatan ini masih relatif mahal dan memakan banyak waktu.

Baca juga : YABB dan Changemakers Tangani Masalah Sampah Lewat Ekosistem dan Teknologi

Pendekatan kedua yaitu spesifik spesies dikatakan Asti lebih simpel dan murah. Pendekatan ini digunakan untuk mendeteksi satu jenis tertentu dengan kuantitas kehadiran target menggunakan metode PCR. Misal, jika ingin mendeteksi sidat jenis Anguilla bicolor dalam suatu area. Jadi tergantung dari jenis targetnya. Pengujian spesifik spesies dapat dilakukan secara in silico, in vitro, dan in situ/aquarium.

"Riset eDNA spesies spesifik untuk deteksi A. bicolor telah kami lakukan sebagai upaya konservasi di perairan Segara Anakan. Namun penelitian lebih lanjut untuk validasi spesifisitas dari sampel lapangan masih perlu dilakukan. Harapannya, nanti dapat diaplikasikan untuk deteksi, perlindungan, dan pelestarian jenis sidat yang beresiko terancam punah juga untuk monitoring dampak antropogeniknya," ungkap Larashati.

Selain itu, pengelolaan perikanan sidat juga diperlukan karena adanya tekanan dan penurunan populasi yang sudah terjadi di beberapa negara yang memiliki sumberdaya sidat, seperti Jepang dan negara negara di Eropa.

Baca juga : Teknologi Delos di Tambak Udang Mampu Panen Lebih 40 Ton/Ha

Pengelolaan sumber daya sidat yang baik sangat diperlukan karena hingga saat ini permintaan glass eel untuk kegiatan budidaya sidat semakin meningkat termasuk di wilayah Asia.

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat