visitaaponce.com

5 Alasan untuk Menghindari Bekerja di Tempat Tidur

5 Alasan untuk Menghindari Bekerja di Tempat Tidur
Ilustrasi(123RF)

Pandemi global covid-19 yang berjalan beberapa waktu belakangan ini telah membuat instansi pemerintah maupun swasta di berbagai negara, termasuk Indonesia, mengeluarkan sejumlah kebijakan. Salah satunya, ialah memberi kelonggaran pada pegawai untuk menyelesaikan tugasnya dari rumah (work from home), sekaligus dengan harapan dapat turut membantu menghambat laju penularan virus.  

Namun begitu, pakar tidur, Sophie Bostock sebagaimana dilansir dari Dailymail, rupanya punya catatan khusus. Ia menyarankan agar para pekerja tidak menyelesaikan tugas di atas tempat tidur, apalagi sampai mengubah ruang hibernasi itu menjadi 'kantor darurat'.

Lebih lanjut, Sophie menjabarkan alasannya sebagai berikut:

1. Buruk untuk Kinerja Otak

Menurut Sophie, setiap orang pada dasarnya memiliki otak yang mengasosiasikan tempat tidur sebagai ruang istirahat intim tanpa terkecuali.

Maka dari itu, akan sangat buruk jika seseorang sudah mulai menggabungkan batas antara pekerjaan dan istirahat tersebut karena terjadi distorsi atau perubahan pada proses asosiasi.

Lebih dari itu, 'pelanggaran batas' seperti itu juga akan mengakibatkan perubahan mental. Sebab, seseorang pasti mengenal 'mode kerja', bersama semua ganggunan maupun rutinitasnya, dan 'mode tidur' bersama seluruh kenyamanan serta mimpi indahnya.

2. Kontraproduktif

Sophie juga menjelaskan bahwa bekerja di atas tempat tidur pada dasarnya kontraproduktif. Sebab, selama ini otak manusia sudah mengasosiasikan kasur adalah tempat istirahat, maka dari itu ketika ia berada di sana, sekalipun membawa laptop, kecenderungan yang muncul ialah tidur atau bukan bekerja.

3. Punggung Melengkung

Posisi duduk di atas tempat tidur biasanya akan menghasilkan bentuk punggung yang melengkung. Hal ini dapat menyebabkan sakit jika dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama, dan akan mengganggu tidur di malam hari jika rasa sakit tak kunjung berhenti.

Namun, pertanyaannya, bagaimana jika memang ruangan yang anda miliki tidak memungkinkan untuk membuat ruang kerja dan ruang tidur? Sophie mengatakan, paling tidak buatlah pemisah di antara hal itu. Kasur, seprai, bantal, dan lain sebagainya di satu sisi, kemudian laptop, meja dan kursi di sisi lain.

4. Tidak Higienis

Dampak mental bukan lah satu-satunya konsekuensi yang harus diterima para pekerja ketika menyelesaikan tugasnya di atas tempat tidur. Lebih dari itu, ia juga harus menanggung sesuatu yang tidak higienis.

Berlama-lama di atas tempat tidur, berarti semakin lama pula seseorang bersinggungan dengan bakteri. Sebab, ketika tidur di malam hari, seseorang biasanya akan menumpahkan sekitar 15 juta sel kulit mati. Artinya seprai seseorang kemungkinan besar menampung lebih dari lima juta jenis bakteri, jika ia tidak mengganti atau mencucinya secara rutin, setidaknya seminggu sekali.

5. Cahaya tidak kondusif

Lingkungan kerja terbaik pada dasarnya tidak boleh minim cahaya matahari. Sinar matahari adalah penambah (booster) alami untuk suasana hati, sehingga seseorang memiliki kemampuan untuk menjaga energi.

Sebaliknya, orang tidur harus terhindar dari Sinar Ultraviolet (UV) karena kulit di seluruh tubuh yang merespon sinar biru ini tidak akan dapat istirahat, sekalipun paparan yang diterima berlangsung pada malam hari. Sinar biru juga dapat muncul dari layar komputer atau gawai. Itulah sebabnya, mengapa menggabungkan ruang kerja dan ruang tidur patut untuk dihindari. (M-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat