visitaaponce.com

Studi Terbaru Temukan 37 Kematian Disebabkan Cuaca Ekstrem

Studi Terbaru Temukan 37% Kematian Disebabkan Cuaca Ekstrem
ilustrasi: Kekeringan akibat cuaca ekstrem(unsplash.com/Mike Erskine)

Studi terbaru menemukan terhitung lebih banyak kasus kematian akibat cuaca ekstrem yang diperparah oleh pemanasan global seperti badai, banjir, dan kekeringan.

Menurut studi terbaru dalam menghitung biaya yang dikeluarkan akibat perubahan iklim, lebih dari sepertiga kematian akibat kondisi panas dunia setiap tahun disebabkan langsung oleh pemanasan global.

Tetapi para ilmuwan mengatakan itu hanya sebagian kecil dari keseluruhan korban akibat iklim, bahkan lebih banyak orang meninggal karena cuaca ekstrem lainnya yang diperkuat oleh pemanasan global seperti badai, banjir, dan kekeringan, serta jumlah kematian akibat panas akan tumbuh secara eksponensial dengan meningkatnya suhu.

Dilansir dari huffpost.com, awal Juni lalu, sekitar lusinan peneliti yang mengamati kematian akibat panas di 732 kota di seluruh dunia dari 1991 hingga 2018 menghitung bahwa 37% disebabkan oleh suhu yang lebih tinggi dari pemanasan yang disebabkan manusia, menurut studi yang dimuat di jurnal Nature Climate Change.

Penulis utama studi mengungkapkan bahwa itu berjumlah sekitar 9.700 orang per tahun hanya dari kota-kota tersebut, tetapi jauh lebih banyak di seluruh dunia.

"Ini kematian terkait panas yang sebenarnya bisa dicegah. Itu adalah sesuatu yang kita sebabkan secara langsung," kata Ana Vicedo-Cabrera, ahli epidemiologi di Institut Pengobatan Sosial dan Pencegahan di Universitas Bern di Swiss.

Persentase kematian akibat panas tertinggi yang disebabkan oleh perubahan iklim terjadi di kota-kota di Amerika Selatan. Vicedo-Cabrera menunjuk ke Eropa selatan dan Asia selatan sebagai titik panas lainnya untuk kematian akibat panas terkait perubahan iklim.

Para peneliti menemukan Sao Paulo, Brasil, memiliki kematian akibat panas terkait iklim paling banyak, rata-rata 239 kasus per tahun.

Berdasarkan temuan studi tersebut, sekitar 35% kematian akibat panas di Amerika Serikat dapat disebabkan oleh perubahan iklim. Itu total lebih dari 1.100 kematian per tahun di sekitar 200 kota di AS, di atas 141 di New York. Honolulu memiliki porsi kematian akibat panas tertinggi yang disebabkan oleh perubahan iklim, 82%.

Para ilmuwan menggunakan data kematian selama beberapa dekade di 732 kota untuk memplot kurva yang merinci bagaimana tingkat kematian setiap kota berubah dengan suhu dan bagaimana kurva panas yang menyebabkan kematian bervariasi dari kota ke kota.

Vicedo-Cabrera mengatakan bahwa beberapa kota beradaptasi dengan panas lebih baik daripada yang lain karena AC, faktor budaya dan kondisi lingkungan.

Kemudian peneliti mengambil suhu yang diamati dan membandingkannya dengan 10 model komputer yang mensimulasikan dunia tanpa perubahan iklim. Perbedaannya adalah pemanasan yang disebabkan oleh manusia.

Dengan menerapkan teknik yang diterima secara ilmiah pada kurva kematian akibat panas, individual untuk 732 kota, para ilmuwan menghitung kematian akibat panas ekstra dari perubahan iklim.

"Orang-orang terus meminta bukti bahwa perubahan iklim sudah mempengaruhi kesehatan kita. Studi atribusi ini secara langsung menjawab pertanyaan itu menggunakan metode epidemiologi mutakhir dan jumlah data yang dikumpulkan penulis untuk analisis sangat mengesankan," ujar Dr. Jonathan Patz, direktur Institut Kesehatan Global di University of Wisconsin .

Patz, yang bukan bagian dari penelitian ini, mengatakan bahwa itu adalah salah satu yang pertama merinci kematian akibat panas terkait perubahan iklim sekarang, bukan di masa depan. (M-4)

 

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat