visitaaponce.com

Ini yang Menyebabkan Kebakaran Hutan Percepat Mencairnya Es Kutub Utara

Ini yang Menyebabkan Kebakaran Hutan Percepat Mencairnya Es Kutub Utara
Kebakaran hutan di wilayah hutan Siberia, Juli 2021.(AFP/DIMITAR DILKOFF)

Tahun lalu merupakan tahun rekor kebakaran hutan, dengan kobaran api yang dahsyat mendatangkan malapetaka di California, Australia, dan Siberia.

Di samping menghancurkan rumah, kehidupan tumbuhan dan hewan, kebakaran hutan juga berkontribusi terhadap pemanasan global, menurut sebuah studi baru yang dikutip oleh Daily Mail, baru-baru ini.

Para peneliti dari Universitas Tianjin mengungkapkan, 'karbon coklat' (brown carbon) yang dilepaskan selama kebakaran hutan di belahan bumi utara mempercepat pemanasan global di Kutub Utara atau Antartika.

Studi mereka menunjukkan, karbon coklat dari pembakaran biomassa – termasuk dari kebakaran hutan – bertanggung jawab atas setidaknya dua kali lebih banyak pemanasan daripada karbon hitam yang dimunculkan pembakaran bahan bakar fosil.

Mengkhawatirkan, mereka mengatakan ini bisa memicu lingkaran setan, yang mengarah ke lebih banyak kebakaran hutan dalam waktu dekat.

'Peningkatan aerosol karbon coklat akan menyebabkan pemanasan global atau regional, yang meningkatkan kemungkinan dan frekuensi kebakaran hutan,' kata Profesor Pingging Fu, penulis senior studi tersebut.

'Meningkatnya peristiwa kebakaran hutan akan mengeluarkan lebih banyak aerosol karbon coklat, lebih lanjut memanaskan bumi, sehingga membuat kebakaran hutan lebih sering terjadi.'

Karbon coklat adalah produk utama dari kebakaran hutan, dan tercipta saat rerumputan, kayu, dan bahan biologis lainnya terbakar. Ini menimbulkan bahaya kesehatan yang parah dan bahkan dapat menghalangi sinar matahari sehingga menyebabkan perbedaan suhu yang terukur di permukaan - bahkan setelah nyala api padam.

Sebaliknya, karbon hitam, juga dikenal sebagai jelaga, dilepaskan dari pembakaran bahan bakar fosil bersuhu tinggi.

BACA JUGA: Luas Wilayah Laut Es di Antartika Mencapai Rekor Terendah

Untuk memahami bagaimana karbon coklat memengaruhi Kutub Utara, tim melakukan perjalanan ke sana pada tahun 2017 di atas kapal pemecah es China Xue Long.

Di sana, mereka menyelesaikan analisis pengamatan dan simulasi numerik untuk memahami faktor-faktor yang berkontribusi di balik pencairan es di Kutub Utara.

Analisis mereka mengungkapkan bahwa karbon coklat berkontribusi terhadap pemanasan di Kutub Utara lebih dari yang diperkirakan sebelumnya.

'Yang mengejutkan kami, analisis observasional dan simulasi numerik menunjukkan bahwa efek pemanasan aerosol karbon coklat di atas Kutub Utara mencapai sekitar 30 persen dari karbon hitam,' kata Profesor Fu.

Para peneliti menyatakan bahwa dalam 50 tahun terakhir, Kutub Utara telah memanas pada tingkat tiga kali lipat dari bagian planet lainnya – dan mengatakan bahwa kemungkinan besar kebakaran hutan adalah salah satu pemicu utamanya. (M-2)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat