Ganti Pagar Rumah Anda dengan Tanaman untuk Atasi Krisis Iklim dan Polusi
![Ganti Pagar Rumah Anda dengan Tanaman untuk Atasi Krisis Iklim dan Polusi](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2022/03/5b11be4de9d18b028bef7a42f36e3c72.jpg)
Para tukang kebun dan pemilik rumah disarankan mengganti pagar mereka dengan tanaman. Hal itu disampaikan Lembaga Amal Berkebun terkemuka di Inggris, Royal Horticultural Society saat memulai studi spesies mana yang terbaik untuk mengatasi krisis iklim dan polusi.
Para ilmuwan di badan amal tersebut sedang mencari infrastruktur hijau, terutama di daerah perkotaan. Salah satu contoh infrastruktur tersebut adalah menggunakan pagar tanaman untuk menandai batas antara properti dan kebun.
Sebuah tim yang dipimpin oleh ilmuwan hortikultura utama RHS, Dr Tijana Blanusa, akan menyelidiki sifat-sifat berbagai jenis tanaman pelindung dan melihat bagaimana mereka dapat melindungi ekosistem.
Pagar dari tanaman dapat mengurangi polusi dan meningkatkan kualitas udara, memperlambat aliran air hujan yang dapat membantu pengelolaan banjir, menyediakan perlindungan bagi satwa liar, dan membantu mengatur suhu melalui naungan dan pendinginan.
Blanusa berkata: “Pagar tanaman yang sederhana sering kali dapat menjadi layar alami, mereka tidak hanya menyediakan jasa lingkungan yang penting tetapi juga relatif murah, tahan lama dan hanya butuh luas tanah yang kecil.
“Mengetahui kombinasi penanaman mana yang harus dipilih untuk mendapatkan manfaat lingkungan paling banyak, dan bagaimana merawatnya secara efektif, dapat memungkinkan penyerapan yang lebih luas saat kami berusaha untuk membuktikan masa depan kota-kota kami,” kata Blanusa, seperti dilansir The Guardian, Rabu (23/3).
Badan amal tersebut akan mempelajari bagaimana spesies yang berbeda memberikan manfaat bagi lingkungan. Mereka akan melihat faktor-faktor termasuk bentuk daun, tekstur, dan struktur cabang jenis tanaman yang sebaiknya digunakan.
Menurut lembaga itu, banyak daerah memiliki pagar tanaman monokultur, artinya hanya satu spesies yang ditanam, mungkin untuk tujuan estetika. Meskipun ini adalah cara tradisional untuk menanam di taman atau daerah perkotaan, para ilmuwan khawatir hal itu dapat membuat tanaman rentan terhadap penyakit dan membatasi keanekaragaman hayati. (M-4)
Terkini Lainnya
Hakim MA dan Masyarakat Peradilan Bantu Korban Banjir Bandang Sumbar
Tanggul Sungai Jebol, 9 Desa di Cirebon Terdampak Banjir
Fenomena Bulan Baru, Waspadai Banjir Rob di Pesisir Jakarta sampai 9 Juli 2024
673 Keluarga Terdampak Banjir di Tangerang Selatan
Prakiraan Cuaca Minggu 7 Juli 2024, Apakah Hujan Sepanjang Hari?
Hujan Sepanjang Hari, Update Titik Banjir dan Longsor diTangsel
Pengembangan SDM untuk Profesi Pemulia Tanaman Menjadi Sangat Dibutuhkan
Waduk di Pantura Mengering, Ratusan Hektare Tanaman Pangan Terancam Gagal Panen
Kratom Semakin Beredar di Masyarakat, Pemerintah Kebingungan Atur Legalitas
Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Tanaman Kratom yang Disebut Punya Kandungan Narkotika
Peduli Lingkungan dengan Membagikan Tanaman
Ekspor Perdana UMKM ke Jepang Senilai Rp550 Juta, Bea Cukai Bogor Berikan Asistensi
Grand Sheikh Al Azhar: Historis dan Misi Perdamaian Dunia
Kiprah Politik Perempuan dalam Pusaran Badai
Manajemen Sekolah Penghalau Ekstremisme Kekerasan
Program Dokter Asing: Kebutuhan atau Kebingungan?
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap