visitaaponce.com

Ini Penyebab Mengapa Air Laut Rasanya Asin

Ini Penyebab Mengapa Air Laut Rasanya Asin
Ilustrasi: Hujan di Lautan( Unsplash.com/Matt Bennett )

Tahukah Anda bahwa 70% permukaan Bumi merupakan lautan dan sekitar 97% air yang ada di Bumi tergolong asin sehingga tak biasa diminum. Lalu apa yang menjadi penyebab hal ini bisa terjadi?

Air laut asin karena mendapatkan sebagian besar garam yang berasal dari daratan. Menurut beberapa penelitian, diperkirakan jika garam di lautan dapat dihilangkan dan disebarkan secara merata di permukaan tanah bumi, akan membentuk lapisan setebal lebih dari 166 meter atau setara dengan gedung perkantoran setinggi 40 lantai.

Seperti dikutip Natural History Museum UK, hal ini berkaitan dengan proses siklus air, tepatnya pada proses presipitasi atau jatuhnya air hujan. Garam di lautan atau salinitas laut, terutama disebabkan oleh hujan yang mencuci ion mineral dari daratan menjadi air.

Air hujan yang jatuh ke daratan akan mengakumulasi karbon dioksida dari atmosfer. Asam karbonat yang berada di udara menjadi larut ke dalam air hujan dan membuat air tersebut sedikit asam.

Air hujan tersebut kemudian mengalir di permukaan dan juga di dalam tanah. Secara fisik aliran tersebut menyebabkan erosi batuan dan melarutkan garam dan mineral secara kimiawi memecah batuan dan membawa garam dan mineral bersama dalam keadaan terlarut sebagai ion, kemudian ion-ion garam dan mineral tersebut akan terbawa menuju ke sungai dan lautan.

Selama air belum mencapai laut, air masih bisa diminum walaupun mengandung mineral dan garam. Namun, ketika air sampai di laut, air ini sudah tidak bisa diminum.

Air laut mengalami proses biologis yang menyebabkan kalsium dan mineral lainnya larut. Mineral tersebut digunakan oleh berbagai organisme di lautan dan hanya menyisakan garam. Garam inilah yang terakumulasi dan membuat air laut asin.

Banyak ion terlarut digunakan oleh organisme di laut dan dikeluarkan dari air. Dan lainnya tidak digunakan dan dibiarkan untuk jangka waktu yang lama di mana konsentrasi mereka meningkat dari waktu ke waktu.

Bahkan perairan yang terisolasi bisa menjadi ekstra asin, atau hipersalin, melalui penguapan. Misalnya Laut Mati yang kandungan garamnya sangat tinggi sehingga meningkatkan kepadatan air. Sebab itu juga orang lebih mudah mengapung di Laut Mati daripada di lautan lain.

Selain itu, gunung berapi yang berada di bawah laut dan lubang hidrotermal di dasar laut juga dapat melepaskan zat garam ke lautan.

Situs Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) mengungkapkan dua ion yang paling sering hadir dalam air laut adalah klorida dan natrium. Keduanya membentuk lebih dari 90% dari semua ion terlarut dalam air laut.

Konsentrasi garam dalam air laut (salinitasnya) sekitar 35 bagian dari seribu bagian air laut, angka ini terlihat tidak signifikan untuk dilihat. Dengan kata lain, sekitar 3,5% dari berat air laut berasal dari garam terlarut.

Padahal dalam satu mil kubik air laut, berat garam natrium klorida akan menjadi sekitar 120 juta ton. Satu mil kubik air laut juga dapat mengandung hingga 25 pon emas dan hingga 45 pon perak. Sebagai informasi, satu mil kubik mengandung 1.101.117.147.000 galon air.

Meski demikian, sumber deposit garam tak hanya bisa didapatkan dari darat, namun bisa disumbangkan dari proses hidrotermal air laut dan aktivitas vulkanis walau jumlahnya tidak sesignifikan garam dari darat.

Hidrotermal air laut merupakan cairan yang datang dari celah dasar laut sehingga air laut yang asin akan memasuki celah tersebut dan mengalami pemanasan oleh api magma yang menyebabkan proses kimiawi.

Kandungan oksigen, magnesium, dan sulfat, serta menangkap mineral dan logam besi, zinc, dan tembaga dari batuan sekitarnya yang terdapat dalam air laut yang dipanasi tersebut cenderung akan hilang. Hal ini menyebabkan air laut yang kembali dari celah tersebut mendapatkan kandungan mineral dan garam lebih banyak.(M-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat