Ilmuwan Temukan Jejak Bebatuan yang Tersapu Gelombang di Planet Mars
![Ilmuwan Temukan Jejak Bebatuan yang Tersapu Gelombang di Planet Mars](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/02/564662f3e76a976f85674f02c3a6a39d.jpg)
ILMUWAN dari Badan Penerbangan Antariksa Amerika Serikat (NASA) membuktikan adanya air di Planet Mars.Curiosity, pesawat penjelajah milik NASA bahkan menemukan bebatuan yang tersapu bekas gelombang. Hal itu menjadi bukti di planet tersebut dulunya terdapat sebuah danau.
"Ini adalah bukti air dan gelombang terbaik yang pernah kami lihat di seluruh misi ini," kata Ashwin Vasavada, ilmuwan yang terlibat pada proyek di Jet Propulsion Laboratory NASA di California, Rabu (8/2)
Curiosity, yang telah menjelajahi Mars sejak 2012, memancarkan kembali gambar-gambar menakjubkan dari pola bergelombang di permukaan bebatuan yang disebabkan oleh gelombang yang diduga dari sebuah danau dangkal miliaran tahun lalu.
Pesawat Curiosity sebelumnya menemukan bukti bahwa danau pernah menutupi sebagian Mars dengan mineral asin yang tertinggal saat mengering.
Tetapi para ilmuwan NASA terkejut menemukan bukti nyata adanya air di Kawah Gale yang sekarang sedang dijelajahi pesawat penjelajah tersebut.
"Kami telah mendaki banyak endapan danau selama misi kami, tetapi belum pernah melihat jejak riak gelombang sejelas ini," kata Vasavada dalam sebuah pernyataan.
"Ini sangat mengejutkan karena area tempat kita berada mungkin terbentuk pada saat Mars semakin kering," katanya.
Curiosity menjelajahi kaki gunung setinggi tiga mil (lima kilometer) yang dikenal sebagai Gunung Sharp.
“Mesin penjelajah itu juga melihat puing-puing di lembah yang tersapu oleh tanah longsor basah di Gunung Sharp, “ kata NASA.
"Puing-puing tanah longsor ini mungkin merupakan bukti air terbaru yang pernah kita lihat," kata Vasavada. "Ini akan memungkinkan kami untuk mempelajari lapisan yang lebih tinggi di Gunung Sharp yang tidak dapat kami jangkau."
NASA mengatakan Gunung Sharp menjadi semacam "garis waktu Mars" (timeline) bagi para ilmuwan untuk mengukur usia planet tersebut dengan lapisan tertua berada di bawah dan termuda di atas.
“Hal ini memungkinkan kami untuk mempelajari bagaimana Mars berevolusi dari sebuah planet yang lebih mirip Bumi di masa lampau, dengan iklim yang lebih hangat dan air yang berlimpah, menjadi gurun beku seperti sekarang ini," katanya. (AFP/M-3)
Terkini Lainnya
Ini Perkembangan Nasib Dua Astronot NASA yang Terjebak di Stasiun Luar Angkasa ISS
Penemuan Meteorit Mars ALH84001: Wawasan Baru tentang Geologi dan Potensi Kehidupan di Mars
Uji Coba Starliner Boeing Berawak Berhasil Diluncurkan
Uji Coba Boeing Starliner Disetop Dramatis Empat Menit Sebelum Peluncuran
NASA Konfirmasi Serpihan Stasiun Luar Angkasa Jatuh ke Rumah Pria di Florida
NASA Mengumumkan Pesawat Penjelajah Menuju Bulan Jupiter
7 Fenomena Astronomi Ini Bisa Dilihat di Langit Indonesia sepanjang Juli 2024
Perbedaan antara Satelit Alami dan Buatan Manusia
Aktivis Iklim Greta Thunberg Dua kali Ditangkap saat Berunjuk Rasa di Belanda
Ilmuwan Jajaki Kehidupan di Bintang Kematian
Kenali Akibat Terjadinya Revolusi dan Rotasi Bumi, Apa Saja?
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap