visitaaponce.com

Inovasi Batik dan Tren Fesyen

Inovasi Batik dan Tren Fesyen
Kolektor Batik Hartono Sumarsono (kiri) dan Direktur Jakarta Center for Cultural Studies (JCCS) Lilawati Kurnia.(MI/Nike Amelia Sari)

KETEGANGAN relasi dan wacana seputar batik di Indonesia berusaha diretas dengan adanya forum diskusi bertajuk Multi Dimensi Batik: Identitas dan Modernitas dalam Sehelai Wastra" yang digelar oleh Jakarta Center for Cultural Studies (JCCS) berkolaborasi dengan kolektor batik, Hartono Sumarsono. Kegiatan tersebut menghadirkan pemateri Hartono Sumarsono dan Lilawati Kurnia selaku Direktur JCCS dan pemerhati batik.

Lilawati mengungkapkan acara tersebut sebagai wadah penyaluran ilmu dan wawasan seputar batik.

"JCCS punya tujuan supaya ilmu tidak hanya di dunia kampus, tetapi bisa disebarluaskan. Sehingga kami mengajak pihak-pihak lain seperti Pak Hartono, kita mengajak bekerja sama untuk mengadakan ini," kata Lilawati saat ditemui Media Indonesia usai diskusi yang diadakan di Galeri Hartono Sumarsono, Palmerah, Jakarta Barat, Sabtu (29/4).

Lilawati mengatakan tak sedikit kalangan muda yang menganggap batik hanya bagian dari tekstil. Padahal, batik mempunyai banyak hal yang bisa digali.

"Ada sejarah dan trennya dari masyarakat ketika itu. Jadi tidak hanya artistiknya bisa dilihat tapi ada makna dan simbol lain di dalamnya," ungkapnya.

Di sisi lain, ia juga melihat masih ada anak-anak muda yang mencintai batik dan bahkan sejumlah desainer muda berani mengangkat batik menjadi busana fesyen yang digemari. 

"Saya melihat ada desainer yang mengawinkan batik dengan rajutan, dengan sulaman. Jadi itu kemajuan zaman dan kita tidak bisa mengerem lalu mengatakan oh itu bukan batik. Kalau kita bilang seperti itu, batiknya mati karena nggak dapat platform," paparnya.

Kreativitas desainer muda mengangkat batik dalam karya busana fesyen tidak lah dibatasi. Sebab, busana batik juga mengikuti permintaan pasar. 

Dengan batik mengikuti perkembangan zaman, wastra tersebut masih bisa bertahan hingga saat ini.

"Kalau batik ingin dilestarikan sama dengan dulu seperti masa nenek moyang, ya nggak mungkin. Batik tetap harus mengikuti perkembangan," tukasnya.

Baca juga: Berawal dari Hobi, Cecelia Gunawan Hadirkan Kreasi Batik

Pandangan tersebut juga didukung oleh kolektor batik, Hartono Sumarsono.

"Kalau untuk batik diminati oleh generasi muda, itu harus ada sentuhan perancang (busana). Karena kalau perancang, dia akan buat suatu baju, walaupun dia nggak ngerti batik, masa bodo. Jadi dihantam saja perpaduannya sedemikian rupa sehingga bagus," tukasnya.

"Aku setuju sekali dengan itu. Kalau orang-orang yang benar-benar dengan tradisi batik, kadang-kadang dia nggak mau itu. Jadi kelihatan kuno," lanjutnya.

Hartono berharap dengan batik mengikuti perkembangan zaman, bisa terus lestari dan semakin dicintai masyarakat Indonesia.(M-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat