visitaaponce.com

Pembatik Mencatat Sejarah Lewat Karya

Pembatik Mencatat Sejarah Lewat Karya
Kolektor batik Hartono Sumarsono(MI/NIke Amelia Sari)

BATIK sebagai warisan budaya, yang tergolong pada Adi Wastra (hasil artistik yang tinggi), merespons modernitas dan tren budaya populer, salah satunya Batik Asian Games.

Organisasi yang berupaya meretas ketegangan relasi dan wacana di Indonesia, Jakarta Center for Cultural Studies (JCCS), berkolaborasi bersama kolektor batik Hartono Sumarsono menyelenggarakan diskusi bertajuk "Multi Dimensi Batik: Identitas dan Modernitas dalam Sehelai Wastra".

Menilik kilas balik dari batik, berbagai motif yang diciptakan pembatik mengandung ragam peristiwa yang kemudian dituangkan pada sehelai kain. Mengacu pada hal tersebut dapat dikatakan pembatik mencatat sejarah.

Hartono mengungkapkan terkait karya wastra yang bernama Batik Indonesia, istilah itu merujuk pada batik yang dibuat dengan motif Solo/Yogyakarta dengan pewarnaan pesisir.

"Pertama kali digagas oleh Go Tik Swan atas permintaan Presiden Soekarno," kata Hartono saat diskusi berlangsung di Galeri Hartono Sumarsono, Palmerah, Jakarta Barat, Sabtu (29/4).

Penulis buku Batik Betawi itu juga menyampaikan kreativitas tanpa batas pada karya batik yang dibuat pembatik Indonesia tampak dari sejumlah karya terdahulu yang mencatat sejarah. Salah satunya batik Ratu Sirikit.

Ratu Sirikit merupakan istri dari Raja Rama IX (Bhumibol Adulyadej). Mereka pernah mengunjungi Indonesia (Bali) pada tahun 1957. Selain itu, ada pula tokoh populer lainnya yang diangkat pembatik menjadi motif yakni Putri Michiko, istri Kaisar Akihito. Ia merupakan permaisuri pertama yang berasal dari keluarga non-bangsawan dan kalangan agama minoritas.

Baca juga:  Inovasi Batik dan Tren Fesyen

Tak hanya mengangkat tokoh populer, pembatik juga membuat motif yang terinspirasi dari acara-acara besar seperti Asian Games. Di Indonesia, pembatik menggambarkan stadion Gelora Bung Karno hingga Bundaran HI sebagai motif. Selain itu, pesta olahraga dunia lainnya yang diangkat pembatik ialah Thomas Cup dan Ganefo.

Di bidang lainnya, pembatik Indonesia dengan kreativitas tanpa batas juga menciptakan motif batik pesta rakyat Jakarta Fair atau yang sekarang dikenal dengan nama Pekan Raya Jakarta (PRJ), pertama kalinya diadakan di Monas tahun 1968.

Dalam mengungkap sejarah, pembatik juga mengangkat NASAKOM (Nasionalisme, Agama, Komunis) dan TRIKORA sebagai karyanya.

"Trikora dicetuskan oleh Presiden Soekarno dalam di Yogyakarta pada 19 Desember 1961 dengan tujuan merebut Irian Barat dari pemerintah Belanda," ungkap Hartono.

Pembatik juga mengangkat cerita rakyat, salah satunya Sangkuriang. Karya penemuan populer, seperti salah satunya dakocan, hingga karya musik populer seperti Serodja juga menjadi inspirasi pembatik. 

Dakocan adalah nama sebuah boneka yang diproduksi di Jepang. Tahun 1960, boneka ini laris di kalangan wanita muda yang memasangnya di lengan mereka sewaktu berjalan-jalan.

Hartono menyampaikan pembatik mencatat sejarah dengan menuangkan berbagai inspirasi yang diambil dari berbagai peristiwa. Sebab itu, menurutnya, patut batik dibanggakan dan dikenakan. 

Kebanggaan Hartono dengan batik membuatnya gemar memakai wastra tersebut. Ia berharap kegemarannya mengenakan dan mencintai batik juga menular ke banyak orang.

Hartono mengatakan saat ini tak banyak pembatik yang merespon cepat peristiwa untuk diangkat menjadi karya. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan batik sebagai fesyen juga memiliki pangsa pasar, sehingga disesuaikan dengan permintaan pasar.(M-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat