Peneliti Ungkap Cara Sederhana untuk Cegah Kematian Jutaan Bayi Per Tahun
![Peneliti Ungkap Cara Sederhana untuk Cegah Kematian Jutaan Bayi Per Tahun](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/05/03fb30f454284245ba64be66af7d4c59.jpg)
Penelitian global terbaru yang diprakarsai Universitas Tampere Finlandia telah mengeluarkan langkah-langkah perawatan kesehatan yang sederhana dan murah untuk wanita hamil. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi aspirin (dosis rendah) yang dapat mencegah kematian lebih dari satu juta kelahiran bayi lahir saat baru lahir di negara berkembang setiap tahun.
Tim peneliti lebih lanjut memperkirakan bahwa seperempat bayi di dunia lahir dalam kondisi prematur atau kurus (kurang berat badan). Banyaknya kasus tersebut menandakan bahwa bahwa hampir tidak ada kemajuan sains yang dibuat pada bidang kesehatan Ibu dan bayi.
Seperti dilansir dari AFP pada Selasa (8/5), para peneliti menyerukan kepada pemerintah dan organisasi masyarakat untuk meningkatkan perawatan para perempuan hamil dan bayi selama masa kehamilan dan kelahiran di 81 negara yang berpenghasilan rendah dan menengah.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Lancet ini juga menguraikan setidaknya ada delapan langkah sederhana yang terbukti dan mudah diterapkan untuk mencegah lebih dari 565.000 kematian bayi yang baru lahir di negara-negara tersebut.
Sejumlah langkah itu termasuk memberikan suplemen mikronutrien, protein dan energi, aspirin dosis rendah, hormon progesteron, pendidikan tentang bahaya merokok, pengobatan malaria, sifilis, dan bakteri dalam urin.
Para peneliti mengungkapkan jika dalam sebuah kasus kelahiran, dokter tidak segera menjepit tali pusat bayi, akan mengakibatkan kematian lebih dari 475.000 bayi baru lahir. Tentunya hal tersebut dapat dicegah dengan pemberian steroid untuk wanita selama masa kehamilan.
Meskipun terkesan mudah, faktanya dibutuhkan dana yang tak sedikit untuk menerapkan perubahan ini. Tim peneliti mengaku proses adaptasi ini akan menelan biaya sekitar US$1,1 miliar atau setara dengan Rp16 triliun.
“Ini adalah sebagian langkah kecil dari apa yang telah diproyeksikan program kesehatan lainnya,” kata Per Ashorn, penulis studi utama dan profesor di Universitas Tampere Finlandia.
Sementara itu, penulis studi lain, Joy Lawn dari London School for Hygiene and Tropical Medicine mengatakan kepada AFP bahwa para peneliti menggunakan definisi baru untuk bayi yang lahir prematur atau kurus.
Dia mengatakan secara tradisional menurut seorang dokter asal Finlandia pada tahun 1919, jika bayi lahir dengan berat di bawah 2,5 kilogram (5,8 pon), bayi tersebut masuk dalam golongan bayi prematur atau memiliki berat lahir rendah.
“Ungkapan itu memang sangat blak-blakan, tetapi apa yang dikatakan itu tetap menjadi tolok ukur selama lebih dari satu abad, meskipun banyak bukti bahwa bayi-bayi itu tidak semuanya lahir dalam kondisi yang sama,” kata Lawn.
Secara kuantitatif, para peneliti menganalisis database yang mencakup 160 juta kelahiran bayi dalam kondisi hidup dari tahun 2000 hingga 2020 untuk mengetahui seberapa sering bayi lahir prematur atau “terlalu cepat dan terlalu kecil”. Ternyata hasilnya cukup mengejutkan peneliti.“ Kami menemukan bahwa hasil ini jauh lebih umum setelah Anda mulai memikirkannya dengan cara yang lebih beragam,” jelas Lawn.
Para peneliti memperkirakan terdapat 35,3 juta atau setara dengan satu dari empat bayi yang lahir di seluruh dunia pada tahun 2020 tergolong dalam bayi prematur atau terlalu kecil. Peneliti mengklasifikasikan mereka dengan istilah baru yaitu “bayi baru lahir kecil yang rentan”.
Sementara itu, Lawn mengungkapkan sebagian besar bayi yang lahir prematur itu ada di wilayah Asia selatan dan Afrika sub-Sahara. Meskipun demikian, Lawn menekankan bahwa setiap negara akan terkena dampaknya kesehatan ibu dan bayi tak diperhatikan.
Lawn mengakui bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, seperti keluarga yang miskin dan minimnya partisipasi suara perempuan dalam mendapatkan hak kesehatan menjadi salah satu alasan mengapa tak ada kemajuan yang signifikan terhadap kesehatan Ibu dan bayi, bahkan datanya cenderung stagnan.
Salah satu contoh kasus yang ada misalnya, wanita hamil dari kalangan Afrika-Amerika di negara Amerika Serikat menerima hak perawatan dan kesehatan yang lebih rendah daripada kelompok lain.(France24/M-3)
Terkini Lainnya
Pemkot Denpasar Dukung RSIA Turunkan Kematian Ibu dan Anak
Adele Memanjakan Penggemar Muda di Residensi Las Vegas
Pengesahan UU KIA, Ini Respons Pakar Keluarga IPB University
Amankah Menyusui Jika Ada Darah Dalam ASI? Simak Penjelasannya
DPR Sahkan UU Kesejahteraan Ibu dan Anak, Puan: Untuk Indonesia Emas 2045
Molor 3 Bulan, RUU KIA Akhirnya Disahkan Jadi Undang-Undang
Angka Stunting di Kota Padang Tembus 1.598 Kasus
Sukses Tangani Stunting, Pemkab Klungkung Terima Penghargaan dari Kemenkes
5,8 Juta Balita Alami Masalah Gizi
Pemkot Bandung Targetkan Angka Tengkes 14% Tahun ini
Kolaborasi Turunkan Angka Stunting lewat 100 Hari Pendampingan Gizi
Pemerintah Perlu Ambil Peran untuk Ciptakan Keluarga yang Positif
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap