Tim Peneliti Harvard Temukan Fakta Orang Kulit Putih Secara Implisit Cenderung Rasis
![Tim Peneliti Harvard Temukan Fakta Orang Kulit Putih Secara Implisit Cenderung Rasis](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/05/1b2ae543cc2956ef0a9fb826509827d7.jpg)
Semua manusia berasal dari spesies yang sama, Homo Sapiens. Kenyataan itu umumnya sudah disepakati bersama. Tetapi, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) pada Senin (22/5), menemukan kesenjangan yang menganga antara apa yang orang klaim percayai dan apa yang sebenarnya mereka anggap benar.
Sebuah tim dari Universitas Harvard dan Tufts mengumpulkan data dari lebih dari 60 ribu subjek yang mengambil bagian dalam 13 eksperimen yang menguji bias implisit mereka.
Mayoritas - lebih dari 90% - secara eksplisit menyatakan bahwa orang kulit putih dan orang non-kulit putih sama-sama manusia. Namun, secara implisit, peserta kulit putih AS, serta peserta kulit putih dari negara lain, secara konsisten mengasosiasikan atribut "manusia" (berlawanan dengan "binatang") dengan kelompok mereka sendiri lebih dari kelompok ras lain.
Sebaliknya, peserta kulit hitam, Asia, dan Hispanik tidak menunjukkan bias seperti itu. Mereka sama-sama mengasosiasikan kelompok mereka sendiri dan orang kulit putih dengan "manusia".
"Kesimpulan terbesar bagi saya adalah bahwa kita masih bergulat dalam bentuk baru dengan sentimen yang telah ada selama berabad-abad," kata penulis pertama Kirsten Morehouse, seorang mahasiswa PhD di Harvard, kepada AFP.
Sepanjang sejarah, dehumanisasi ras lain telah digunakan sebagai dalih untuk perlakuan yang tidak setara, mulai dari kebrutalan polisi hingga genosida.
Tes Asosiasi Implisit
Penelitian ini mengandalkan Tes Asosiasi Implisit (IAT), alat yang dikembangkan pada tahun 1990-an dan sekarang banyak digunakan di lapangan. Pengukuran berbasis komputer ini menguji kekuatan asosiasi antara dua konsep -- misalnya orang kulit hitam dan putih, atau gay dan orang normal -- dan dua atribut seperti baik atau buruk.
Para peneliti percaya tes IAT mengungkapkan sikap yang tidak ingin diungkapkan orang secara terbuka, atau bahkan mungkin tidak disadari pada tingkat sadar.
Di semua percobaan, 61% peserta kulit putih lebih mengasosiasikan diri mereka dengan "manusia" dan mengasosiasikan orang kulit hitam dengan "binatang".
Jumlah yang lebih besar lagi – 69% peserta kulit putih -- lebih banyak mengasosiasikan peserta kulit putih dengan manusia dan orang Asia lebih banyak dengan hewan, dan hasil yang sama terjadi pada orang kulit putih yang mengikuti tes kulit putih-Hispanik.
Efek ini berlaku lintas usia, agama, dan pendidikan responden, tetapi bervariasi menurut afiliasi politik dan jenis kelamin. Konservatif dan laki-laki yang mengidentifikasi diri sendiri mengungkapkan asosiasi "manusia = putih" yang sedikit lebih kuat.
Sebaliknya orang non-kulit putih justru tidak menunjukkan bias implisit yang mendukung kelompok ras mereka sendiri dibandingkan dengan orang kulit putih.
Namun mereka memang menunjukkan bias terhadap orang kulit putih sebagai lebih manusiawi ketika tes dilakukan antara orang kulit putih dan kelompok minoritas lainnya, misalnya orang Asia diminta untuk mengikuti tes yang menilai sikap mereka terhadap orang kulit putih versus orang kulit hitam.
Hirarki sosial
Morehouse mengaitkan temuan ini dengan fakta bahwa orang kulit putih dominan secara sosial dan ekonomi di Amerika Serikat, di mana 85% pesertanya adalah dari (8,5% berasal dari Eropa Barat).
Dia berteori meskipun Anda mungkin berharap semua ras menjadi lebih bias demi "kelompok" mereka sendiri, sentimen semacam itu mungkin dibatalkan oleh kedudukan mereka yang lebih rendah dalam masyarakat Amerika, yang menghasilkan netralitas secara keseluruhan.
“Fakta bahwa peserta "pihak ketiga" (non kulit putih) bias mendukung orang kulit putih ketika dinilai terhadap ras lain menunjukkan betapa kuatnya hierarki sosial ini," katanya.
Morehouse mengatakan bahwa meskipun hasilnya tidak nyaman bagi sebagian orang, kesadaran adalah langkah pertama yang dapat membantu individu mematahkan pola stereotip semacam ini.(AFP/M-3)
Terkini Lainnya
Kesepakatan Kontroversial: Harvard Berakhir dengan Demonstran Pro-Palestina
SMA Labschool Jakarta Wakili Indonesia di Ajang HMUN 2024
Guru Besar Psikologi Ukrida Jadi Pembicara di Harvard University
Bela Warga Gaza, Presiden Harvard Claudine Gay Diteror dan Dituduh Anti-Semitisme
Ilmuwan Temukan Kerangka Predator Purba yang Lebih Ganas dari Dinosaurus di Brasil
Praktik Diskriminatif di Harvard Digugat
Mengapa Nama Ibu tidak Tertulis di Ijazah?
Atletico Madrid Disanksi Penutupan Sebagian Stadion karena Pelecehan Rasial
Pemain Athletic Bilbao Nico Williams Alami Pelecehan Rasial di Markas Atletico Madrid
CONCACAF Lakukan Investigasi Penuh Terkait Insiden Rasial dalam Pertandingan Champions Cup
Mengenang Kematian George Floyd dan Perjuangan Melawan Stereotif Rasial
Lingkungan Perempuan Pancasila
Perang Melawan Judi Online
Ujaran Kebencian Menggerus Erosi Budaya
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap