visitaaponce.com

Pameran Bunga di London Ubah Stigma Tanaman Liar Menjadi Bernilai

Tanaman jelatang, dandelion, dan semak belukar yang dulu dianggap sebagai tanaman liar atau yang biasa disebut gulma, kini mendapat tempat yang membanggakan di Chelsea Flower Show di London. Hal tersebut disebabkan adanya kesadaran para tukang kebun yang semakin mem=erhatikan keanekaragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan.

Seperti dilansir dari AFP pada Selasa (23/5), Chelsea Flower Show merupakan pameran keindahan bunga dan taman yang digelar selama lima hari di bulan Mei di halaman Royal Hospital Chelsea. Pameran tahunan yang didukung oleh kerajaan Inggris ini telah berlangsung sejak tahun 1912 dan mampu menyedot ribuan pengunjung.

Sekitar 145 ribu pengunjung, termasuk Raja Charles III dan Ratu Camilla, diperkirakan akan menghadiri pameran hortikultura 2023 ini. Selain dapat menikmati pilihan desain taman khusus yang menampilkan tema dan tren tertentu, para pengunjung juga dapat melihat berbagai macam bunga yang indah dan warna-warni.

Bukan sekadar pameran untuk publik, acara ini juga diadakan untuk memberi apresiasi kepada para pegiat taman dan tanaman. Pada tahun 2022, penghargaan medali emas kerajaan diberikan kepada sebuah taman penangkaran yang konsisten melaksanakan pelestarian alam setelah reintroduksi berang-berang di wilayah barat daya Inggris.

Sementara pada pameran tahun ini, tidak kurang dari sepertiga dari 12 taman utama dalam kompetisi menampilkan gulma seperti jelatang, knapweed, dandelion, chickweed, atau buttercup yang sering dianggap sebagai momok dan merusak taman sehingga banyak dibasmi oleh berbagai tukang kebun.

Seorang Arsitek lanskap yang telah memenangkan 6 medali emas Chelsea Flower Show, Cleve West pada tahun ini sudah memasukkan 19 spesies gulma ke dalam proyek desain tamannya yang dibuat untuk Centrepoint Association, sebuah badan amal yang menyediakan akomodasi dan dukungan bagi para tunawisma berusia 16–25 tahun.

“Taman yang dibangun di sekitar sisa-sisa rumah tua dan kusam dari abad ke-19 itu merupakan metafora yang sempurna bagi para tunawisma muda. Taman dan tumbuhan gulma itu dirawat dengan sangat baik oleh badan amal tersebut,” jelasnya.

Penjaga keanekaragaman hayati

Menurut West gulma bukan lagi dipandang sebagai tanaman liar tetapi sudah memainkan peran sangat penting dalam memperbaiki lahan taman. Ketika lahan terganggu, gulma adalah elemen pertama yang akan hilang. Bisa dikatakan bahwa kehadiran gulma merupakan tolak ukur bahwa taman itu dalam keadaan baik.

“Gulma juga bisa dikatakan sebagai tanaman perintis yang bisa memperbaiki tanah karena memiliki aktivitas mikroba di dalam tanah yang membantu membuat tanah menjadi sehat, subur dan menyediakan makanan bagi penyerbuk awal, bahkan menjadi rumah bagi beberapa invertebrata. Jadi mereka memainkan peran yang sangat penting dalam pelestarian keanekaragaman hayati,” kata West.

West mengaku bahwa itu pertama kalinya ia menanam gulma di kebun untuk sebuah kompetisi. Dia mengatakan bahwa begitu terpesona oleh semua bentuk pelestarian keanekaragaman hayati yang terus dikampanyekan. “Ini bisa menjadi peluang bagi para tukang kebun untuk menyediakan ruang bagi keanekaragaman hayati dalam rangka pelestarian,” imbuhnya.

Ada pula arsitek Jilayne Rickards yang telah merancang taman "Fauna dan Flora" dengan suasana alam yang begitu kental seperti lingkungan di pegunungan Virunga, Rwanda. Tempat penangkaran alami bagi gorila yang memiliki air terjun spektakuler.

“Onak, semak belukar, dan jelatang ini adalah habitat khas bagi gorila,” ujarnya tentang spesies gulma yang ia tanam di Cornwall, barat daya Inggris.

“Kami menghabiskan banyak waktu untuk mencabuti tanaman-tanaman ini dari kebun kami, tanpa menyadari jumlah satwa liar dan keanekaragaman hayati yang sebenarnya banyak ditopang oleh tanaman ini,” lanjutnya.

Sementara itu, taman lain yang dirancang oleh arsitek lanskap Tom Massey dengan kubah laboratorium, dikhususkan untuk memahami peran dan fungsi tentang serangga. Di sini, gulma mendapat tempat tersendiri, termasuk jenis dandelion dan semanggi.

Namun, konsep merayakan gulma pada pameran yang terkenal dengan kreativitas dan ketelitian taman-tamannya yang indah ini juga mendapat kritik tajam dari beberapa pihak. “Perang melawan taman tradisional akan menjadi nuklir,” demikian koran The Daily Telegraph menyimpulkan tren taman yang ramah gulma terbaru.

Ahli kebun, Alan Titchmarsh mengatakan kepada majalah Country Life bahwa tujuan dari acara unggulan Royal Horticultural Society adalah untuk memberikan penghargaan atas kesempurnaan berkebun.

Akan tetapi Titchmarsh mengungkapkan bahwa tujuan itu kini mulai berubah arah oleh kebutuhan untuk menunjukkan bahwa para tukang kebun bukanlah orang tradisionalis yang berorientasi pada materi saja melainkan bersemangat untuk mendukung pelestarian lingkungan.

Meski begitu, gulma belum berhasil mendominasi taman yang ada dalam acara tersebut. Dari total 36 kebun, hanya sekitar 12 kebun menggunakan gulma dalam tamannya. Selebihnya  didominasi dengan 3.000 tanaman yang berbeda dengan jenis tanaman terkecil yang bisa diletakkan untuk memperindah balkon serta ratusan tanaman pot berukuran mini.

Uniknya, pameran ini akan menyajikan tema yang beragam, mulai dari tanaman yang dapat diolah dan dimakan hingga jenis tanaman yang bisa dijadikan pengobatan herbal dan kesehatan. Semua taman akan didaur ulang dan disumbangkan misalnya ke rumah sakit atau komunitas tertentu.(M-3)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat