visitaaponce.com

Tren Sustainable Beauty untuk Perlambat Kerusakan Lingkungan

Tren Sustainable Beauty untuk Perlambat Kerusakan Lingkungan
Jumpa pers Base, di Jakarta, Senin (5/6).(Dok. Base)

ISU sustainable atau berkelanjutan telah merambah ke berbagai lini kehidupan, termasuk bidang kecantikan, mulai dari perawatan kulit (skin care) hingga tata rias wajah (make up).

Dari waktu ke waktu, industri yang lekat dengan kaum hawa ini terus berkembang dan kerap kali memunculkan berbagai tren seperti clean beauty, green beauty/vegan beauty, blue beauty, hingga conscious beauty lewat inovasi produk-produk yang mengusung tema ramah lingkungan.

Pada dasarnya, konsep dari berbagai tren itu tidak hanya sekadar pada produk yang terbuat dari bahan natural, tetapi juga mengacu pada tanggung jawab dan dampaknya bagi lingkungan, mengurangi sampah (zero waste), hingga diproses dengan menggunakan energi terbarukan. Itu sebabnya produksi, bahan, kandungan, kemasan, dan sistem pengirimannya harus terpenuhi.

Vegan beauty atau green beauty merupakan produk kecantikan yang seutuhnya mengandung bahan-bahan dari tumbuhan tanpa unsur kimia, sedangkan clean beauty merujuk pada produk berbahan aman serta non-toxic bagi makhluk hidup dan lingkungan.

Sementara itu, blue beauty adalah produk kecantikan dengan misi menggunakan kemasan yang aman dan dapat terurai serta mudah didaur ulang, misalnya seperti kaca dan kertas untuk melindungi lautan.

Konsep berkelanjutan itu turut memantik kehadiran jenama lokal “BASE”  sejak 2019 untuk memberikan udara segar lewat berbagai produk perawatan kulit dan kesehatan yang berbasis vegan and clean beauty.

Awalnya, BASE melakukan survei kepada 700 responden di 30 kota di Indonesia, kemudian mereka menemukan bahwa banyaknya produk skincare membuat konsumen bingung menentukan mana yang cocok.

“Meski banyak pilihan produk kecantikan yang dijual secara online dan retail, ternyata setelah diteliti, ada keinginan konsumen untuk memperoleh produk kecantikan yang aman dan efektif untuk diri sendiri maupun lingkungan,”  jelas Ratih Permata Sari selaku Co-Founder dan Chief Product Officer (CPO) Base Skincare saat konferensi pers di kawasan Cipete, Jakarta Selatan pada Selasa (30/5).

Ratih menjelaskan bahwa pada awal berdiri, BASE menjawab solusi kebutuhan konsumen dengan menghadirkan edukasi kecantikan lewat sistem fitur Smart Skin Test yang tersedia di website dengan berbasis teknologi algoritma.

Hal itu bertujuan untuk mengenal dan menganalisis jenis kulitnya serta memperkenalkan bahan baku vegan dan kandungan vegan yang sesuai untuk kondisi kulit masing-masing individu.

“Kami sediakan berbagai macam produk skincare dengan bahan-bahan alami untuk berbagai jenis kulit. Sebelum membeli, konsumen wajib untuk mengambil “skin test” yang tersedia di website resmi Base. Ini berfungsi agar Base bisa memberi rekomendasi terkait bahan perawatan apa yang paling mendekati kecocokan pada kulit konsumen,” jelasnya.

Mengenal Produk BASE

Base sebagai jenama skincare lokal yang berkomitmen menerapkan prinsip sustainability dari hulu ke hilir di dalam produk-produknya. Tidak hanya sekadar memberikan kampanye mengenai sustainability, namun, kata Ratih, prinsip tersebut berupaya untuk diterapkan mulai dari perancangan produk hingga akhirnya sampai ke tangan konsumen.

Ratih mengatakan, seluruh produksi BASE diawali proses riset melalui kerja sama dengan partner laboratorium di Indonesia, Inggris, dan Korea Selatan.

“Ada empat pilar yang terus kita pegang dalam memproduksi berbagai produk Base yaitu harus aman untuk konsumen, harus efektif menjawab permasalahan konsumen, menerapkan nilai-nilai sustainability, dan kita juga menjunjung transparansi produk. Ini adalah acuan utama yang kita gunakan setiap kali mengembangkan berbagai produk,” ungkapnya.

Untuk memastikan tingkat efektivitas produk, Base menggunakan metodologi bioteknologi dan green chemistry dalam memproses bahan bakunya. Salah satu perhatian utama dalam formula BASE adalah keamanan kandungan yang digunakan dengan menggunakan bahan-bahan bersertifikat COSMOS dan secara resmi sesuai dengan standar level internasional yang dikembangkan oleh ECOCERT, Prancis.

“Adanya sertifikat tersebut menjamin bahwa kandungan telah memenuhi kriteria organik dan natural dengan praktik sustainability tertinggi. Ketika menjalankan bisnis dari awal, kami mau berkomitmen bahwa jangan sampai kami ikut andil dalam kerusakan lingkungan."

Ratih menjelaskan teknik bioteknologi bisa menjanjikan suatu revolusi pada hampir semua aspek kehidupan, salah satunya bidang kecantikan. Melalui penggunaan bioteknologi, Base bisa mendapatkan ekstrak bahan pada level yang paling efektif dengan menggunakan bahan alami seminimal mungkin.

“Dengan bantuan teknologi yang ramah lingkungan, bahan-bahan tanaman yang kita ambil dari alam tidak terlalu banyak namun dapat menghasilkan ekstrak yang berlimpah,” jelasnya.

Ratih mengungkapkan, ada banyak keuntungan yang didapatkan ketika menggunakan tanaman sebagai bahan untuk pembuatan produk kecantikan. Sebab satu tumbuhan memiliki banyak kandungan phytochemical atau fitokimia (bahan kimia alami) yang memberikan nutrisi dan memiliki manfaat melawan jamur, bakteri, dan infeksi.

“Komposisi fitokimia dinilai sama kuatnya dengan senyawa kimia biasa, disebut sebagai keajaiban kimiawi dan dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan berbagai produk skincare dan makeup layaknya senyawa kimia buatan,” katanya.

Lebih lanjut, Ratih menjelaskan bahwa salah satu produk Base yang menjadi best seller adalah sunscreen yang terbuat dari ekstraksi wortel dan mengandung Beta-Karoten hasil rekayasa dari bioteknologi. Kandungan itu dapat diubah menjadi vitamin A di dalam tubuh dan memainkan peran positif pada kulit setara dengan senyawa kimiawi seperti retinol.

“Sebuah wortel mengandung 50% fitokimia yang memiliki beragam manfaat salah satunya mengandung vitamin A. Jika diminum sangat bermanfaat untuk kesehatan mata dan jika diaplikasikan ke tubuh, akan memperbaiki kesehatan dan tekstur kulit. Lain halnya jika kita menggunakan bahan sintetik kimia, kandungan manfaat dari fitokimia yang didapat lebih sedikit,” jelasnya.

Menuntut Transparansi

Di zaman teknologi digital yang menuntut transparansi data, konsumen juga semakin sadar akan sumber informasi terkait bahan dan kandungan dalam produk kecantikannya. Untuk menjawab kebutuhan konsumen dalam hal transparansi produk, Base membuat inovasi melalui Product Impact Labelling sehingga konsumen dapat mengetahui formula produk, bahan dasar kemasan, hingga dampak produk tersebut untuk lingkungan.

“Masyarakat juga kita suguhkan transparansi bahan, produksi, hingga pengemasan serta distribusi yang juga sangat ramah lingkungan. Informasi itu kita sertakan di website jadi konsumen tahu dari mana dan bagaimana produk BASE berasal dan seperti apa proses bahan-bahan itu dibuat,” jelasnya.

Bagi Ratih, pertumbuhan produk kecantikan sejatinya bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, pertumbuhan berimbas positif dalam menggerakkan roda ekonomi negara. Di sisi lain, pertumbuhan ini memberikan beban yang signifikan bagi lingkungan dari sampah kosmetik yang dihasilkan, baik ketika proses produksi maupun ketika produk digunakan konsumen.

“Data menunjukkan bahwa sampah fisik maupun kimia menjadi penyumbang sampah terbesar bagi lingkungan yang banyak dihasilkan dari para konsumen dan perusahaan FMCG. Jadi bagaimana kita sebagai perusahaan dalam proses tahap pembuatan produk, tidak merusak lingkungan,” ungkapnya.

Selain itu, Ratih juga menegaskan bahwa penggunaan bahan-bahan yang terkandung dalam skin care yang bersifat less toxic bagi kesehatan seharusnya menjadi perhatian bersama. Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang dan negara-negara lainnya mengeluarkan batasan-batasan tertentu mengenai kandungan bahan yang diperbolehkan maupun yang dilarang dalam produk kosmetik.

“Jadi kita selalu berpacu pada hasil jurnal-jurnal terbaru dalam menggunakan bahan-bahan dalam produk. Base juga sangat memperhatikan supply chain dan menuntut para supplier untuk terbuka terhadap proses pembuatan bahan-bahan organik tersebut, mulai dari proses tanam hingga panen yang bebas dari bahan kimia dan tidak ada perbudakan manusia,” jelasnya. (M-2) 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irana Shalindra

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat