Tinggal di Pinggiran Kota belum Tentu Bebas Depresi
![Tinggal di Pinggiran Kota belum Tentu Bebas Depresi](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/06/b01e73c113ff5959d55de06dcc930974.jpg)
Keadaan hiruk pikuk kota yang sangat sibuk, ramai, padat, dan lekat dengan kriminalitas yang tinggi kerap kali membuat sebagian besar orang berpikir bahwa pindah tempat tinggal dari wilayah pusat kota ke wilayah pinggiran kota merupakan solusi ideal untuk membuat hidup lebih bahagia dan sehat.
Akan tetapi, hasil penelitian ternyata tidak sepenuhnya sejalan dengan pemikiran tersebut. Sebuah studi terbaru dari Universitas Yale, Amerika Serikat mengungkapkan fakta baru bahwa mereka yang tinggal di pinggiran kota justru berisiko mengalami depresi lebih besar.
Penelitian yang diterbitkan di jurnal Science Advances itu mengungkapkan bahwa depresi disebabkan karena jumlah penduduk di pinggiran kota lebih sedikit bahkan sepi, sehingga dapat mengurangi kesempatan seseorang untuk bersosialisasi dan mendapatkan rasa kebersamaan. Hal ini berdampak mengurangi tingkat kesehatan mental.
Peneliti utama Dr Karen Chen mengatakan banyak faktor penentu lingkungan yang dapat memengaruhi anjloknya kesehatan mental jika tinggal di pinggiran kota. “Orang-orang di pinggiran kota akan cenderung malas bepergian karena jarak tempuh yang jauh. Akhirnya mereka jarang pergi ke toko-toko lokal, restoran dan kafe, seperti yang mereka lakukan di kota untuk sekadar menyegarkan pikiran,” jelasnya seperti dilansir Daily Mail UK , pada Selasa (6/6).
Tim peneliti internasional ini menggunakan citra satelit dan kecerdasan buatan untuk memetakan pertumbuhan wilayah perkotaan di Denmark selama 30 tahun. Kemudian, mereka menganalisis lebih dari 75.000 penduduk yang mengalami depresi dan lebih dari 750.000 penduduk yang tidak mengalami depresi, dengan memperhatikan lokasi dan prevalensi penyakit mental per kapita.
Meskipun geografis pedesaan tampaknya tidak meningkatkan risiko terkena depresi, orang-orang di wilayah pinggiran kota dengan kondisi padat dan tidak memiliki ruang terbuka hijau, justru memiliki risiko paling tinggi terkena depresi.
Para peneliti menyimpulka seseorang yang tinggal di pinggiran kota seperti itu memiliki risiko 10-15 % lebih tinggi untuk menderita depresi dibandingkan dengan penduduk di pusat kota.
“Hasil penelitian menunjukkan tidak ada korelasi yang jelas bahwa daerah pusat kota yang padat berdampak pada depresi. Hal ini mungkin karena pusat kota yang padat dapat memberikan lebih banyak kesempatan untuk berjejaring sosial dan berinteraksi yang mungkin bermanfaat bagi kesehatan mental,” ujar Chen seperti dilansir dari New York Post.
Menurut Chen tingkat kepadatan tertentu yang tertata di wilayah perkotaan sangat diperlukan untuk menciptakan komunitas yang hidup sehingga dapat mendukung bisnis dan transportasi umum. Sementara pada saat yang sama memungkinkan sebuah restorasi dengan manfaat ruang terbuka. “Hal ini menunjukkan betapa manusia memang diciptakan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan banyak orang,” kata Chen.
Penelitian ini juga menambahkan bahwa secara umum, mereka yang tinggal di gedung-gedung setinggi lebih dari 10 meter seperti rumah susun, akan minim mengalami depresi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di rumah-rumah tapak di wilayah pinggiran yang sepi. Alasannya, mereka yang tinggal apartemen atau rusun masih dapat bersosialisasi, ketimbang mereka yang di desa terpencil. (M-3)
Terkini Lainnya
31 Makna Mimpi Gigi Copot Menurut Ahli dan Islam
Ini Dampak Judi Online terhadap Kesehatan Mental
Psikolog Forensik Desak Polri Buka Data Anggota Kecanduan Judi Online
Ini Penyebab Anda Sulit Berhenti Merokok
Diri Sendiri Musuh Utama Perokok Sulit Berhenti
Resep Sosial untuk Mengatasi Kesepian di Kalangan Remaja
Disintegrasi Adalah: Pengertian, Bentuk, dan Dampak
Dr Ignas Kleden, Sastrawan dan Pemikir Hebat Indonesia, Tutup Usia
Membedakan Permainan Kartu dengan Aktivitas Judi Online
Sosiolog: Dorongan Konsumtif yang Berlebih Sebabkan Masyarakat Gemar Berutang
Permasalahan yang Muncul dalam Keberagaman Ekonomi di Indonesia dan Solusinya
Ini Pengertian Dinamika dalam Ilmu Sosiologi
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap