Dunia yang Kian Antroposentik di Mata Iwan Suastika
![Dunia yang Kian Antroposentik di Mata Iwan Suastika](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/08/93e9efebe7dbbe64c889bec8683ef0a1.jpg)
Seniman kelahiran Yogyakarta Iwan Suastika menggelar pameran tunggal bertajuk The Man Who Carried A Mountain. Pameran tersebut berlangsung di D Gallerie, Jakarta Selatan pada Sabtu, 12 Agustus—12 September. Di pameran tunggalnya, Iwan ingin mengajukan gagasan terkait fenomena perubahan lingkungan dan sosial yang disebutnya kian antroposentrik.
Ada sekitar 16 karya di atas kanvas yang Iwan suguhkan pada pameran ini. Corak karyanya menampilkan sosok-sosok yang mengenakan semacam modifikasi helm luar angkasa. Sosok-sosok tersebut hadir di berbagai latar. Mulai dari menuntun Kuda diiringi para ikan, bermain piano, dan seperti menunjukkan gerak tari di antara komputer tabung.
Kurator pameran Ignatia Nilu mengungkapkan latar transformasi alam menjadi gagasan yang mewarnai karya-karya Iwan. Dengan ide utama perihal kian antroposentiknya dunia saat ini, Ignatia menyebut revolusi industri menjadi titik awal dunia memasuki babak baru peradaban antroposen tersebut.
“Bahkan setelahnya kedatangan Christopher Columbus di Amerika memulai pertukaran orang, tanaman dan penyakit. Para peneliti mengatakan kedatangan orang Eropa di Amerika 100 tahun sebelumnya adalah awal dari transformasi global yang besar. Sehingga perdagangan global terjadi secara ekstensif pasca-ekspedisi Colombus,” kata Ignatia dalam siaran pers yang diterima Media Indonesia, Senin, (14/8).
“Mungkin banyak yang memperhatikan telah terjadi migrasi cepat dari berbagai spesies. Jagung dari Amerika Tengah ditanam di Eropa Selatan, Afrika dan Tiongkok. Kentang dari Amerika Selatan ditanam di Inggris, dan sepanjang Eropa hingga Tiongkok. Spesies sebaliknya, gandum datang ke Amerika Utara dan gula datang ke Selatan Amerika dan pencampuran spesies yang nyata di seluruh dunia. Suatu kenyataan yang tengah menempatkan Bumi pada lintasan evolusi baru," tambah Ignatia.
Iwan lalu menerjemahkan gagasan tersebut dengan menampilkan sosok manusia dan kehidupan ‘non-manusia’ di Bumi. Kehadiran sosok manusia digambarkan berada di puncak peradaban.
“Sementara entitas non-manusia lainnya berada pada orbit peradaban manusia. Konsekuensinya manusia wajib memikul tanggung jawab besar yang bersumber dari hasratnya sendiri. Sekaligus untuk membatasi ambisinya yang mungkin belum disadarinya—Hasrat antroposentrik,” ungkap Iwan.
Iwan merupakan lulusan desain komunikasi visual grafis ISI Yogyakarta. Ia pernah menerima penghargaan Silver Award oleh UOB Painting of the year 2014.(M-3)
Terkini Lainnya
Grey Art Gallery Bandung Tampilkan Karya Peter Rhian Gunawan
Kopi yang Menggoreskan Fantasi
De Braga By Artotel dan Chad Williem Menjelajah Masa Kecil dalam Pameran Lamun Namun
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Karya 66 Pelukis
De Braga By Artotel Gandeng Bill Mohdor Gelar Artventure
Artjog 2024 Mampir di Salihara Jakarta
Pameran Seni Rupa Metropolitan Melodies Gorta X 2Madison Digelar 18-30 Mei 2024 di 2Madison Gallery Jakarta
Sinergi Seni dan Kecerdasan Buatan, Wajah Baru Kreativitas di Era Digital
Art Jakarta Gardens Suguhkan Karya Seni Patung
Francoise Gilot, Perempuan yang Memanah Hati Picasso Tutup Usia
New York, jadi Pusat Perdagangan Benda Seni Ilegal
Pameran Seni Erlangga Art Awards 2022 Telah Dibuka
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap