visitaaponce.com

Dunia yang Kian Antroposentik di Mata Iwan Suastika

Dunia yang Kian Antroposentik di Mata Iwan Suastika
Salah satu karya Iwan Suastika(dok: Iwan Suastika )

Seniman kelahiran Yogyakarta Iwan Suastika menggelar pameran tunggal bertajuk The Man Who Carried A Mountain. Pameran tersebut berlangsung di D Gallerie, Jakarta Selatan pada Sabtu, 12 Agustus—12 September. Di pameran tunggalnya, Iwan ingin mengajukan gagasan terkait fenomena perubahan lingkungan dan sosial yang disebutnya kian antroposentrik.

Ada sekitar 16 karya di atas kanvas yang Iwan suguhkan pada pameran ini. Corak karyanya menampilkan sosok-sosok yang mengenakan semacam modifikasi helm luar angkasa. Sosok-sosok tersebut hadir di berbagai latar. Mulai dari menuntun Kuda diiringi para ikan, bermain piano, dan seperti menunjukkan gerak tari di antara komputer tabung.

Kurator pameran Ignatia Nilu mengungkapkan latar transformasi alam menjadi gagasan yang mewarnai karya-karya Iwan. Dengan ide utama perihal kian antroposentiknya dunia saat ini, Ignatia menyebut revolusi industri menjadi titik awal dunia memasuki babak baru peradaban antroposen tersebut.

“Bahkan setelahnya kedatangan Christopher Columbus di Amerika memulai pertukaran orang, tanaman  dan penyakit. Para peneliti mengatakan kedatangan orang Eropa di Amerika 100 tahun sebelumnya adalah awal dari transformasi global yang besar. Sehingga perdagangan global terjadi secara ekstensif pasca-ekspedisi Colombus,” kata Ignatia dalam siaran pers yang diterima Media Indonesia, Senin, (14/8).

“Mungkin banyak yang memperhatikan telah terjadi migrasi cepat dari berbagai spesies.  Jagung dari Amerika Tengah ditanam di Eropa Selatan, Afrika dan Tiongkok. Kentang dari Amerika Selatan ditanam di Inggris, dan sepanjang Eropa hingga Tiongkok. Spesies sebaliknya, gandum datang ke Amerika Utara dan gula datang ke Selatan Amerika dan pencampuran spesies yang nyata di seluruh dunia. Suatu kenyataan yang tengah menempatkan Bumi pada lintasan evolusi baru," tambah Ignatia.

Iwan lalu menerjemahkan gagasan tersebut dengan menampilkan sosok manusia dan kehidupan ‘non-manusia’ di Bumi. Kehadiran sosok manusia digambarkan berada di puncak peradaban.

“Sementara entitas non-manusia lainnya berada pada orbit peradaban manusia. Konsekuensinya manusia wajib memikul tanggung jawab besar yang bersumber dari hasratnya sendiri. Sekaligus untuk membatasi ambisinya yang mungkin belum disadarinya—Hasrat antroposentrik,” ungkap Iwan.  

Iwan merupakan lulusan desain komunikasi visual grafis ISI Yogyakarta. Ia pernah menerima penghargaan Silver Award oleh UOB Painting of the year 2014.(M-3)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat