visitaaponce.com

Berwisata di Festival Barang Antik Surakarta

Pengantar: Pada 28 dan 31 Juli, Media Indonesia bekerja sama dengan Majelis Pendidikan Dasar Menengah dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen PNF) PP Muhammadiyah menggelar pelatihan Reporter Muda (Repmud). Sebanyak 35 siswa tingkat SMA/SMK mengikuti program ini. Setelah pelatihan, para siswa membuat berita hasil liputan masing-masing. Berikut adalah tulisan yang terpilih sebagai peringkat 7 tingkat SMA/SMK;

SIAPA sih di antara sobat muda yang masih suka mengoleksi atau membeli barang antik? Nah, bulan lalu tepatnya di tanggal 4-6 Agustus, terselenggara festival vintage di Balai Kota Surakarta yang digagas oleh Pemerintah Kota Surakarta sebagai bentuk dukungan pariwisata kreatif yang menampilkan peninggalan sejarah serta budaya.

Festival ini menampilkan aneka kuliner tradisional, mainan jadul, barang-barang kuno hingga motor antik. Pun dipamerkan sekaligus dijual barang barang lama/antik berusia ratusan tahun. Ada yang berasal dari tahun 1780-an seperti benggol dan album foto. Selain itu dijual juga barang-barang hiasan pajangan rumah seperti lukisan, keris, jam beker, telepon kuno, radio, aneka pajangan porselen hingga fesyen zaman dahulu seperti baju gaun, kebaya, jaket, sepatu boot, sepatu roda, kaca mata, celana, bahkan perabotan rumah jaman dahulu. Tak heran jika pengunjung yang datang bukan hanya orang tua tetapi banyak juga anak muda. Tak hanya menjual barang-barang lama, di acara festival vintage itu ada juga pertunjukan seni adat, tujuannya untuk mengenang zaman nenek moyang dan mengenalkan kepada anak zaman muda tentang tari-tarian adat yang diciptakan nenek moyang.

Kulinernya pun tak kalah ramai, para pedagang menjajakan panganan khas Jawa zaman dahulu. Mayoritas penjual adalah orang setempat, walaupun ada juga yang berasal dari Betawi. Kuliner di sana cepat habis terjual sehingga membuat para pedagang menyetok bahan-bahan makanan lebih banyak lagi untuk dijual, seperti yang dilakukan oleh Aulia Rahma, seorang penjual serabi yang juga pelajar kelas 12 di sekolah SMK 6 Surakarta.

Hal senada dikatakan juga oleh penjual es cendol durian, baru mendapat pengalaman berjualan dengan stok banyak hanya untuk tiga hari. Selama acara berlangsung, pedagang tak ingin membuat pembeli kecewa karena panganan yang dijual habis. Padahal tujuan pengunjung datang bukan hanya untuk membeli barang antik tetapi juga mencicipi masakan zaman dulu.

Wisata Kuliner

Salah satu pengunjung yang berasal dari Bekasi, Gia Winara, menuturkan sengaja datang ke festival tersebut dua hari berturut-turut untuk wisata kuliner. Momen langka itu bertepatan dengan kegiatannya mendampingi suami yang sedang bertugas di kota Solo.

”Saya senang sekali bisa datang ke event ini karena saya bosan hanya berdiam di hotel menunggu suami menyelesaikan tugasnya. Jadi mumpung pas sekali nih ada event gini, kan jarang juga jadi sayang kalau dilewatin, sekalian nostalgia jajan zaman saya waktu kecil,” kata Gia sembari antre membeli jajanan.

Bukan hanya camilan yang dijual, tetapi ada juga makanan berat seperti pecel gendar, tiwul, mie toprak dan lainnya. Paling menarik, ada penjual kerak telor, panganan dari Betawi, yang berbahan dasar nasi. Selain itu ada juga sego bothok, sambel welut, es potong jadul, teh telang, garang asem, carang gesing dan masih banyak lagi. Harganya pun tak terlalu, mulai dari Rp5 ribu-30 ribu per porsi.

Harga barang yang dijual juga masih terhitung pas sesuai dengan jenis barang dan lamanya tersimpan karena semakin lama akan semakin antik maka harganya pun tak kalah mahal. Contohnya seperti alat elektronik yang dibuat pada tahun 1980-an hingga 1990-an seperti setrika arang, televisi, radio, hp, kamera, turntable, di jual dengan harga kisaran Rp50 ribu - 270 ribu. Lalu ada juga mainan anak zaman dahulu seperti boneka dakron, boneka patung, mobil-mobilan, kereta-keretaaan, dakon, sepatu roda, catur, dan lainnya.

Pertunjukanya pun tak kalah seru dengan barang-barang yang dipamerkan kepada pengunjung, pertunjukan yang ditampilkan ada beberapa tarian jawa, lagu-lagu lama dan yang paling banyak menarik orang-orang adalah pertunjukan geng motor lama yaitu pertunjukan dari motor-motor lama yang masih disimpan lalu diperbaiki lagi mesin dan catnya. Kemudian akan dikendarai oleh orang-orang yang sudah dipilih khusus untuk mengendarai di acara event tersebut dengan rute yang tak terlalu jauh dari balai kota.

Selain dipakai saat pawai motor antik, sebagian motor-motor tersebut akan di jual kepada khalayak ramai. Tak hanya motornya saja, di sana juga jual perlengkapan bermotor zaman dahulu seperti helm, jaket, jok motor, spion, sarung tangan dan perlengkapan bermotor lainya. Motornya pun bukan motor buatan jepang seperti saat ini, kebanyakan motor zaman dahulu adalah buatan dari negara-negara Eropa seperti Inggris, Prancis, Austria, dan Amerika.

Balai kota Surakarta yang cukup luas mampu menampung ribuan orang. Merek bisa santai beristirahat sambil mencicip makanan yang mereka beli. Ketika memasuki waktu puncak, event akan semakin banyak didatangi orang hingga membuat kemacetan. Trotoar jalan hingga masuk ke sebagian badan jalan dipakai sebagai area parkiran mobil. Sedangkan pengendara motor disediakan tempat pakir di belakang balai kota dan ada halaman rumah yang memberi izin.(M-4)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat