visitaaponce.com

Membaca Perkembangan Perfilman Negara-negara Asia lewat JAFF ke-18

Membaca Perkembangan Perfilman Negara-negara Asia lewat JAFF ke-18
Direktur JAFF, Ifa Isfansyah.(MI)

SEBANYAK 205 film dari 25 negara Asia Pasifik mengikuti Jogja-NETPAC Asian Film Festival. Ajang tahunan yang sudah menginjak edisi ke-18 ini pun terlihat kian semarak dan matang dalam penyelenggaraannya sejak dibuka di pelataran XXI Empire Yogyakarta, Sabtu (25/11) malam.

Selama delapan hari, berbagai acara, dari pemutaran film, penjurian, hingga diskusi, memeriahkan gelaran JAFF ke-18, baik secara luring maupun daring, dari 25 November hingga 2 Desember. Film pembuka pameran pada JAFF kali ini adalah Auto-BioPamphlet yang disutradarai sineas India, Ashish Avinash, sedangkan film penutupnya adalah 13 Bom di Jakarta yang disutradarai Angga Dwimas Sasongko.

Direktur JAFF, Ifa Isfansyah mengakui, pada gelaran JAFF ke-19, antusiasme sineas dan para pecinta film luar biasa.

“Saat kami buka penjualan tiket beberapa waktu lalu, traffic sampai sempat tersendat karena banyaknya antrian," terang dia, Senin, (27/11).

Baca juga: unger Games Bertahan di Puncak Box Office

Bahkan, beberapa penayangan langsung terjual habis hanya dalam beberapa jam. Fakta tersebut membuatnya semakin yakin dengan masa depan industri perfilman di tanah air.

Antusiasme para pencinta film menyambut JAFF semakin bersemangat. Kebutuhan para pembuat film dan pencinta film untuk menikmati film di layar lebar, berdialog dan berjejaring secara langsung, sungguh terasa begitu semarak dan bergairah.

"Saya yakin, budaya sinema kita akan terus berkembang dan bertumbuh,” papar dia.

JAFF tahun ini mengusung tema ”Luminescence”. Lebih dari sekadar permata yang tersembunyi, sinema Asia terus memendarkan karakter dan keindahannya sendiri ke seluruh penjuru dunia.

Baca juga: Film Gampang Cuan Segera Tayang di Malaysia, Brunei Darussalam. dan Singapura

Direktur Kebudayaan, Kemendikbudristek RI, Hilmar Farid menyampaikan apresiasi atas kinerja JAFF yang terus produktif. Ia pun dapat menangkap semangat yang dibawa oleh JAFF ke-18.

"JAFF ini hadir untuk mengapresiasi setiap karya karena kilau internalnya, bukan karena nama besar pembuatnya atau adanya pengakuan yang sudah terlebih dahulu diberikan," terang Hilmar.

JAFF menjadi ajang untuk memperkaya masyarakat melalui pemutaran film, kritik, diskusi, workshop, hingga pertemuan informal yang hangat di sela berbagai macam kegiatan.

Pameran Konvergensi Seni dan Instalasi Film

Selain pemutaran, Jogja-NETPAC Asian Film Festival ke-18 juga mengadakan pameran berjudul Intersection: within the spirit of nature, and where we find ourselves. Pameran kolaborasi ini menampilkan konvergensi seni dan instalasi film dalam sebuah pameran yang menyatukan sinema Asia dengan praktik artistik multimedia dari tujuh perupa asal Indonesia, Thailand,

Tiongkok, India, Malaysia, dan Singapura yang terlibat dalam lokakarya intensif di hutan Amazon di bawah bimbingan sutradara ternama, Apichatpong Weerasethakul pada Juni 2022.

Pameran tersebut melampaui label pameran seni semata karena merupakan ekspedisi yang melihat kompleksitas alam, spiritualitas, dan penemuan diri. Setiap karya memperlihatkan keterhubungan yang dalam antara manusia dan dunia alam, dengan Amazon sebagai latar belakangnya.

(Z-9)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat