visitaaponce.com

Airlangga Akui Ada Keterlambatan Distribusi Bahan Pangan

Airlangga Akui Ada Keterlambatan Distribusi Bahan Pangan
Cadangan beras di gudang bulog Pekalongan, jawa Tengan(MI/Supardji Rasban)

INDONEISA tengah dilanda kekurangan bahan pangan. Tidak hanya satu, tetapi banyak komoditas. Presiden Joko Widodo menyebut, di tengah masa panen raya, ada tujuh provinsi yang mengalami defisit beras. Demikian pula pada komoditas jagung yang stoknya menipis di sebelas provinsi.

Kekurangan pasokan tidak hanya terjadi pada produk tanaman pangan. Hal serupa juga menimpa komoditas hortikultura seperti cabai besar, cabai rawit dan bawang merah. Stok cabai besar defisit di 23 provinsi, stok cabai rawit defisit di 19 provinsi dan stok bawang merah diperkirakan juga defisit di satu provinsi.

Yang paling parah, pasokan bawang putih langka di 31 provinsi serta gula yang juga minim di 30 provinsi.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui ada keterlambatan dalam proses penyediaan dan distribusi pangan.

"Seperti bawang putih, pemerintah sudah mengimpor. Izin impor sudah cukup besar tapi realisasi yang masuk baru 72.400 ton. Barang baru akan masuk akhir bulan ini. Kita harap nanti stok akan semakin meningkat di pasar," ujar Airlangga usai mengikuti rapat terbatas, Selasa (28/4).

Baca juga : Airlangga : Stok Beras di Beberapa Daerah Terbatas

Di dalam negeri sendiri, panen bawang putih sudah berlangsung di Temanggung, Jawa Timur. Namun, jumlah dari hasil panen itu tidak akan cukup. Pasalnya, produksi bawang putih nasional hanya berkisar 25 ribu ton per tahun atau hanya 5% dari total kebutuhan yang mencapai 500 ribu ton per tahun.

Begitu pula untuk komoditas gula pasir. Airlangga mengatakan Perum Bulog telah meneken kontrak untuk pengadaan sekitar 50 ribu ton gula pasir.

Dari jumlah sebanyak itu, 21 ribu ton didatangkan dari luar negeri dan 29 ribu ton bersumber dari pabrik gula dalam negeri.

Ada pula gula rafinasi sebanyak 192 ribu ton yang akan dialihkan dan diolah menjadi gula pasir.

"Ini hanya masalah repackaging dan izin peredaran," tuturnya. (OL-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat