HKTI Ungkap Lima Persoalan Sektor Pertanian
![HKTI Ungkap Lima Persoalan Sektor Pertanian](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2021/05/2bf5a7a9cc51959d7b856275b16fa91c.jpg)
KETUA Himpunan Kerukunan Petani Indonesia (HKTI), Moeldoko menyampaikan ada lima persoalan yang dihadapi petani Indonesia. Kelima masalah utama yang krusial di sisi hulu adalah lahan, permodalan, manajerial, teknologi, dan harga pascapanen.
Pernyataan itu diungkapkan Moeldoko dalam acara Indonesia Food Summits 2021 yang digelar Media Group, Selasa (25/5). Ia menjelaskan, selama ini ketersediaan lahan untuk bertani semakin sedikit. Bahkan, saat ini Indonesia dihadapkan dengan kondisi paradoks.
Baca juga: Food Summit 2021:Kompleksitas Pangan Nasional dari Hulu ke Hilir
Hal itu disebabkan, lahan pertanian di Pulau Jawa semakin sedikit, namun jumlah penduduknya semakin banyak. Sebaliknya, di luar pulau Jawa, masih banyak lahan namun penduduknya sedikit.
Kemudian, ia juga mengatakan para petani juga masih sulit dalam mengakses permodalan. Adanya kebijakan pemerintah yang menggelontorkan KUR senilai Rp50 triliunh, ternyata belum bisa diserap petani. Hal ini disebabkan, masih banyak petani yang unbankable. Sehingga para petani memilih kredit lewat pengepul.
Meski demikian, Moeldoko menyampaikan keberadaan crowdfunding di era keterbukaan saat ini sangat membantu petani mengakses permodalan. “Namun, sekarang ada alternatif lain lewat crowdfunding,” kata Moeldoko.
Selain itu, petani juga dihadapkan dengan manajerial yang belum tertata. Menurutnya, para petani masih belum bisa memetakan permodalan hingga biaya produksi setiap panen.
Persoalan lainnya yang menyebabkan biaya produksi mahal adalah petani yang belum bisa mengadopsi teknologi terbaru. Menurut Moeldoko, setiap panen petani sudah merugi 10% karena masih menggunakan cara konvensional. Padahal, hal tersebut sebenarnya bisa diatasi dengan menggunakan harvester.
“Harvester mampu menekan kerugian 10% tadi menjadi 3 hingga 4%,” katanya.
Persoalan krusial lainnya adalah harga ketika panen raya yang sering kali anjlok. Ia mengkritisi pemerintah yang menetapkan harga eceran beras medium dan premium yang belum menyejahterakan para petani. (A-1)
Terkini Lainnya
Ketahanan Pangan Hadapi Tantangan Perubahan Iklim
Perwira Siswa Seskoad Lakukan Kuliah Kerja Lapangan di Purwakarta
Dialog Kebangsaan Diklat Polri, Mentan Amran: Semua Turun Tangan Urus Pangan
Konversi Lahan Tambang untuk Pertanian demi Ketahanan Pangan
Hadapi Ancaman Kekeringan, Cianjur tak Khawatir Ketersediaan Pangan
UKP Beri Bantuan Santri di Serang untuk Wujudkan Ketahanan Pangan
Paman yang Bunuh dan Perkosa Keponakan Ditangkap
Hiu Paus Sepanjang 4 Meter Tersesat di Pesisir Demak
Datang Petugas Damkar Menangkap, Ternyata Ular Mainan
PKS Beri Rekomendasi Anwar-Reny Maju Pilkada Sulawesi Tengah
Hilang Tiga Hari, Bocah Perempuan Ditemukan Tewas Tenggelam di Sungai
Ahmad Luthfi Tanggapi Kaesang Unggul Menurut Survei Pilgub Jateng
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap