visitaaponce.com

Kementan Siapkan Benih Sumber Kedelai Adaptif Lingkungan Tropis

Kementan Siapkan Benih Sumber Kedelai Adaptif Lingkungan Tropis
Petugas Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) menunjukkan benih kedelai hitam di Desa Kebonwari, Pasuruan, Jatim.(MI/Bagus Suryo)

KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) menyiapkan benih kedelai sumber yang sudah adaptif terhadap berbagai kondisi agroklimat di lingkungan tropis. Benih tersebut dinilai memiliki keunggulan dan mampu menghasilkan produk di atas rerata.

Peneliti ahli utama Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Balitbang Kementan M Muchlish Adie menuturkan, secara hitung-hitungan, satu ton benih sumber kedelai untuk 20 hektare, atau per hektare membutuhkan 50 kg

"Selama ini setiap tahun kami menyebarkan 30 ton benih sumber kedelai berbagai varietas, untuk dikembangkan kembali para penangkar benih, sebelum menjadi benih siap tanam untuk kedelai konsumsi," ujar Muchlishmelalui keterangannya, Sabtu (26/2).

Muchlish mengaku optimistis target pemerintah dalam memenuhi kebutuhan kedelai lokal dapat diwujudkan secara cepat, namun tetap bertahap. Asalkan, kata dia, semua pihak ikut terlibat dan mendukung kemampuan bangsa sendiri dalam menghasilkan produksi berkualitas.

"Kedelai itu asal usulnya memang dari daerah sub tropis, di mana dari semua tanaman pangan, yang pertama di lepas itu kedelai tahun 1918. sampai sekarang sudah hampir 100 tahun dan sudah cocok sekali dengan kondisi Indonesia," jalasnya.

"Kami sudah mengembangkan 114 varietas kedelai yang cocok dengan kondisi iklim kita. Kalau banyak orang yang menilai hasilnya gagal karena kondisi sub tropis, saya kira itu salah besar," Muchlish.

Baca juga: 

Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, dia juga optimistis dengan pemetaan lokasi penangkar benih yang tersebar di beberapa propinsi, mampu menyuplai benih dan biasanya pada puncak pertanaman kedelai di bulan Juni-Juli adalah masa optimal pertanaman.

"Bulan Januari hingga Maret biasanya masa penyiapan benih. Nanti pada Juni-Juli puncaknya produksi kedelai. Sentra kedelai di 10 provinsi saya yakin bisa bagus produksinya," terang Muchlish.

Untuk mendapatkan produksi kedelai yang optimal, menurut Muchlish, terletak pada strategi populasi benih yang ditanam pada satu hektare lahan.

Idealnya petani menanam dengan populasi 250 ribu tanaman dalam satu hektare, dan ini di beberapa wilayah seperti Kendal dan Nganjuk berhasil baik.

"Yang sering terjadi populasinya hanya 150 ribu tanaman, dan akhirnya tidak maksimal. Untuk itu kami dari Balitbangtan perlu melakukan pendampingan pada petani," ujarnya.

Selain itu, keberadaan sumber benih mandiri sangat diperlukan di sentra pertanian kedelai. Hal tersebut untuk mengurangi ketergantungan pada benih luar daerah, serta kemampuan memenuhi kebutuhan lokal.

"Kalau bisa setiap provinsi mampu menyediakan benih sendiri. Kita bisa kok menyuplai benih sumbernya. Kan kita punya BPTP di setiap provinsi, di mana selalu ada penangkarnya yang bisa menjadikan benih sumber," katanya.

Disisi lain, Muchlish menilai pentingnya keterlibatan _offtaker_ dalam mewujudkan kedelai lokal yang berkualitas tinggi. Merekalah yang nantinya akan membantu petani dan juga Negara dalam mengelola pertanian khusus kedelai secara bagus.

"Harus ada keterlibatan offtaker karena negara tidak memiliki banyak uang untuk benih BR (benih tanam konsumsi). Petani perlu diberikan jaminan harga yang baik sehingga terus bersemangat bertani. Pola tanam diatur dengan baik dan menguntungkan petani," pungkas Muchlish. (Mir/OL-09)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat