visitaaponce.com

Dolar masih Tinggi, Perajin Tahu Antisipasi Naiknya Harga Kedelai

Dolar masih Tinggi, Perajin Tahu Antisipasi Naiknya Harga Kedelai
Ilustrasi. Pekerja memproduksi tahu di kawasan Matraman, Jakarta, Sabtu (4/11/2023).(ANTARA/ARIF PRADA)

PARA perajin tahu di Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng) mulai menyiapkan langkah-langkah kalau kurs dolar Amerika Serikat (AS) tidak turun. Karena sampai sekarang nilai rupiah terhadap dolar AS anjlok di kisaran Rp16.100 hingga Rp16.200. Jika tidak turun, maka kemungkinan akan berdampak pada naiknya harga kedelai. Padahal, kedelai yang digunakan para perajin adaah kedelai impor.

Salah seorang perajin asal Kecamatan Kalibening, Banbahwa situasi ini memaksanya berpikir keras. Saat ini, ia masih tidak berencana menaikkan harga atau mengubah ukuran tahu karena masih menggunakan stok kedelai lama.

"Ke depan belum bisa dipastikan. Jika nilai tukar dolar AS terus meningkat, kami harus mencari strategi agar produksi tahu tidak 
terhenti," katanya pada Selasa (23/4).

Baca juga : Harga Kedelai Impor Melejit, Perajin Perkecil Ukuran Tempe 

Dia menambahkan bahwa menaikkan harga tahu bukanlah pilihan yang mudah karena tentu akan ada penolakan dari penjual dan konsumen. Oleh karena itu, strategi yang paling mungkin adalah mengurangi ukuran tahu.

"Kami masih menggunakan stok kedelai yang telah dibeli sebelumnya. Waktu itu saya membeli kedelai dengan harga Rp11 ribu per kilogram. Kedelai yang kami gunakan untuk pembuatan tahu adalah kedelai impor," jelasnya

Perajin tahu lainnya, Waslam, 58, juga berencana mengantisipasi jika harga kedelai naik seiring dengan pelemahan rupiah terhadap dolar AS. "Jika kedelai naik menjadi Rp15 ribu per kilogram, lebih baik mengurangi  ukuran tahu daripada menaikkan harga," ucapnya.

Kepala Bidang (Kabid) Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Disprindagkop UMKM Banjarnegara Budi Wahyono mengatakan meskipun sebagian besar UMKM di Banjarnegara masih mengandalkan bahan baku lokal,  beberapa di antaranya bergantung pada bahan impor.

"Ada UMKM yang mengimpor bahan seperti logam, peralatan rumah tangga, plastik, tekstil, dan komponen elektronik. Termasuk juga makanan dan buah-buahan," kata Budi. (Z-6)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Editor : Budi Ernanto

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat