visitaaponce.com

Rayakan Hari Tempe Nasional, Merawat Warisan Budaya tak Benda

Rayakan Hari Tempe Nasional, Merawat Warisan Budaya tak Benda
KETUA Harian Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas) Andrian Lame Muhar(Dok.Ist)

KETUA Harian Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas) Andrian Lame Muhar mengungkapkan tempe telah diajukan untuk memperoleh predikat Warisan Budaya tak Benda dari Unesco. Hal itu diungkapnya usai menghadiri perayaan Hari Tempe Nasional yang digelar di Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur.

"Kita adakan di sana sekaligus deklarasi bahwa tempe itu akan menjadi Warisan Budaya tak Benda Indonesia yang sudah kita ajukan ke Unesco bulan Maret kemarin, dan insyaallah suratnya sudah keluar dari Unesco, Maret tahun depan," terangnya. 

Ia juga menggambarkan Sentra Industri Kecil Somber (SIKS) sebagai lokasi terintegrasi untuk pengrajin tahu dan tempe. Dengan dukungan air bersih dan pengolahan limbah, SIKS bisa menjadi percontohan daerah-daerah lain.

Baca juga : Harga Kedelai Impor Melejit, Perajin Perkecil Ukuran Tempe 

Selain itu, Andrian juga mengungkap alasan agar tempe segera memperoleh pengakuan dunia.

"Karena tahu sudah diambil negara lain, jadi kita hanya bisa mengajukan tempe, tempe itu adalah makanan super food di Indonesia," tambah Andrian.

Acara peringatan Hari Tempe Nasional juga menyoroti keberadaan bahan baku yang hingga saat ini masih menemui kendala.

Baca juga : Aprindo minta Pemerintah Jangan Persulit Impor Bahan Baku dan Bahan Penolong Produksi

"Kendala-kendala yang terjadi kita bahas semua di acara deklarasi, salah satunya pasokan kedelai sebagai bahan dasar tempe. Kedelai ini kita impor dari luar negeri, sedangkan makanan tempe ini adalah makanan murah meriah di Indonesia," katanya.

"Walaupun kita sudah berdiskusi bagaimana caranya untuk swasembada kedelai namun itu cukup sulit, tapi kita berusaha agar harga kedelai dan pasokan kedelai bisa stabil di Indonesia ," tuturnya.

Ia menerangkan bahan baku tempe yakni kedelai yang masih bergantung pada impor dari Amerika. Hal itu bisa berakibat pada kedelai di pasar tradisional.

Baca juga : Pamor Meningkat, Tempe Resmi Diajukan ke UNESCO

"Sekarang kedelai per hari itu turun. Tadi pagi kami telah mendapatkan info harga kedelai di harga Rp9.960 (per kg), tapi nanti ada di mana momen kedelai itu langka. Kalau stok di dalam negeri sudah habis dan kita mulai impor. Perjalanan impor itu cukup lama, apalagi adanya perang di luar negeri saat ini perjalanan kapal itu dapat semakin lama sekitar 6 bulan lamanya, harga pasti akan merangkak naik untuk bahan baku tempe yaitu kedelai," terangnya. 

Menurutnya, tempe sebagai pangan yang bergizi dan mempunyai protein tinggi tentunya ini menjadi favorit bagi masyarakat Indonesia. Tempe juga dinilai mudah dan murah pula di beli di pasar- pasar tradisional.

"Mengapa terkait, di Inkoppas karena tempe bahan pangan pokok yang banyak di jual di pedagang pasar… Kalau dari hulu mungkin koperasinya( KOPTI) tetapi di hilirnya tetap ketemu dengan Inkoppas dan anggota Koppas-Koppas yaitu para pedagang pasar, menjual cukup masif," ungkapnya.

Andrian juga mengungkap akan ada kesulitan jika tempe tidak mendapat perhatian serius sehingga berakibat pada kelangkaan.

“Kalau tempe sampai tidak dipedulikan pemerintah ini akan menjadi langka sehingga makanan yang seharusnya murah menjadi sulit,” pungkasnya. (Z-7)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat