visitaaponce.com

Terminal Kijing Bawa Manfaat bagi Kalbar

Terminal Kijing  Bawa Manfaat bagi Kalbar
Presiden Joko Widodo saat peresmian Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak(Setpres/Laily Rachev)



Direktur Utama PT Pelindo (Persero) Arif Suhartono mengatakan beroperasinya Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak akan memperkuat positioning Pelindo pasca merger untuk mendukung pertumbuhan dan hilirisasi industri berbasis CPO dan bauksit. 

Sehingga dapat memberikan multiplier effect dan menciptakan community development yang dapat meningkatkan perekonomian daerah dan nasional.  Saat ini, sejumlah perusahaan sedang membangun smelter (pemurnian) logam sebagai bagian dari proses hilirisasi.

Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak ini diproyeksikan untuk menggantikan Pelabuhan Dwikora, Pontianak yang sudah mencapai batas maksimum kapasitas dan memiliki keterbatasan lahan untuk pengembangan pelabuhan. Adapun utilisasi Dwikora sudah di atas 70 persen dari kapasitas 300 ribu TEUs (satuan unit kontainer ukuran 20 kaki). 

Ikhwal pembangunan Terminal Kijing berawal dari   13 April 2009 saat  Ria Norsan dilantik menjadi Bupati Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Tak lama setelah itu, Direktur Utama PT Pelindo II Richard Joost Lino menemui Norsan. Perusahaan pengelola pelabuhan milik negara itu berniat membangun pelabuhan samudera di Selat Karimata. 

Lokasi ini sangat strategis karena dekat dengan Singapura, Selat Malaka, dan Laut China Selatan yang menjadi salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.

Norsan menceritakan, pada saat itu, ada tujuh lokasi di Kalimantan Barat yang disurvei Pelindo II untuk dijadikan pelabuhan bebas. Survei itu antara lain melihat tingkat kedalaman, dan arus air. 

“Hasilnya, ada tiga lokasi yang cocok, yakni Kijing (Kabupaten Mempawah), Tanjung Gundul (Kabupaten Bengkayang), dan Kayong Utara (Kabupaten Ketapang). Dari tiga lokasi tersebut, akhirnya Kijing yang dipilih,” kata Norsan saat peresmian Kijing, Agustus lalu.

Lokasi Kijing yang terletak di Kecamatan Sungai Kunyit itu cukup  strategis. Draft di perairan ini rata-rata mencapai -15 meter sampai -20 meter yang memenuhi syarat untuk kapal-kapal besar. Draft tersebut juga setara dengan pelabuhan-pelabuhan besar di Indonesia seperti Tanjung Priok (Jakarta) dan Tanjung Perak (Surabaya). 

Selain itu, Kijing berada di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI 1) atau jalur pelayaran internasional yang meliputi Selat Sunda-Selat Karimata-Laut Natuna-Laut Cina Selatan. Kijing juga strategis karena terletak di tengah-tengah Provinsi Kalimantan Barat yang menjadi hinterland pelabuhan ini. Kijing pun terhubung dengan seluruh kabupaten-kota melalui jalan nasional dan jalan provinsi.

Manfaat Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak bagi Kalimantan Barat sudah dinikmati sejak 30 Agustus 2020. Pada tanggal itu, PT Wawasan Kebun Nusantara mengirim 5.000 ton CPO menggunakan kapal Golden Fortune. Berikutnya, pada 27 September 2020 giliran PT Energi Unggul Persada mengekspor 16 ribu ton CPO. Kedua perusahaan sama-sama mengekspor CPO ke India secara langsung tanpa transit ke pelabuhan lain.

“Karena ada permintaan pasar, kami mengajukan izin pengoperasian sementara ke Menteri Perhubungan untuk melakukan kegiatan ekspor sejak 2020. Sampai 2021, Kijing telah melayani ekspor CPO dan produk turunannya sebanyak 840 ribu ton,” kata Arif Suhartono. 

Sebelumnya, perusahaan-perusahaan sawit harus mengirim CPO ke Belawan, Medan atau Tanjung Priok. Dari sana, CPO baru ke negara tujuan seperti India, Pakistan, dan China.

Pembangunan Terminal Kijing memang tak terelakkan karena pertumbuhan ekspor CPO yang tergolong tinggi. 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat menunjukkan, volume ekspor CPO dari Kalimantan Barat pada 2021 mencapai 435.610 ton (US$457,01 juta), naik leboh dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya yang masih 191.450 ton (US$136,85 juta). Minyak sawit mentah merupakan komoditas ekspor terbesar dari Kalimantan Barat.

Selain CPO, Kalimantan Barat merupakan produsen Bauksit terbesar di Indonesia, 840 juta ton atau 67 % dari total cadangan bauksit di Indonesia. Pada 2021, Kalimantan Barat mengekspor produk logam sebesar US$452,33 juta. Selain itu masih ada Karet yang ekspornya pada 2021 sebesar US$153,66 juta.  “Pelabuhan baru ini diharapkan dapat mengakomodasi peningkatan kegiatan perekonomian dan industri di Kalbar,” kata Arif.  (RO/E-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat