visitaaponce.com

QRIS Makin Dorong Adopsi Transaksi Nontunai di Indonesia

QRIS Makin Dorong Adopsi Transaksi Nontunai di Indonesia
Pengguna Linkaja menunjukkan QR Code untuk transaksi(Antara/Indrianto Eko Suwarso)

Layanan keuangan digital BUMN LinkAja menilai bahwa kehadiran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) semakin menjadi pendorong utama dari adopsi transaksi nontunai (cashless) di Indonesia.
  
Menurut Chief of Finance & Strategy Officer LinkAja Reza Ari Wibowo, hal tersebut pun didukung dengan banyaknya layanan keuangan digital
Indonesia seperti e-wallet  yang memberikan kenyamanan bagi pengguna, baik sebagai konsumen maupun pegiat usaha termasuk UMKM.
  
"E-wallet sudah menjadi alternatif pembayaran terbesar setelah cash bagi UMKM. Banyak yang memakai (e-wallet) karena cukup nyaman. Selain itu, lebih mudah bagi UMKM maupun user (konsumen) untuk melakukan pembayaran dengan  QR code,"  kata Reza dalam diskusi daring, Kamis.
  
Sebagai informasi, QRIS adalah standardisasi pembayaran menggunakan metode  QR Code dari Bank Indonesia agar proses transaksi menjadi lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya.

Lebih lanjut, Reza mengatakan terdapat beberapa hal pendorong lainnya dari adopsi transaksi nontunai di Indonesia. Selain masifnya edukasi dari pemegang kebijakan maupun platform keuangan digital terkait, Reza menilai posisi UMKM yang berada di antara konsumen dan produsen atau prinsipal merupakan faktor utama.
  
"UMKM adalah retail. Posisinya berada di antara user  dan  principal. User  lebih dulu terdigitalisasi melalui e-commerce dan lainnya, dan mereka melakukan pembayaran secara digital," ujar Reza.
  
"Di sisi lain,  principal  atau produsen sudah membuat produk mereka semakin mudah diakses. Rantai pasoknya menjadi digital, dan UMKM berada di tengah keduanya. Karena ada tuntutan itu, mereka akhirnya  shifting  ke digital dan merasakan kenyamanannya," imbuhnya.
  
Reza memaparkan, menurut data LinkAja, pada 2021, terdapat kenaikan transaksi digital lebih dari 200 kali lipat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Selain itu, adopsi QRIS dari sisi pengguna pun naik signifikan hingga 600 %. Sementara dari sisi  merchant yang mengadopsi
QRIS di ekosistem LinkAja meningkat 280%  year-on-year.

"Sejalan dengan prioritas pemerintah bahwa QRIS menjadi agenda penting dalam adopsi cashless  di Indonesia, LinkAja mendukung dan aktif dalam melakukan peningkatan adopsi QRIS dalam ekosistem LinkAja. Kami kolaborasi dengan berbagai elemen seperti BUMN dan privat, karena kita tidak bisa sendirian melakukannya," kata dia.

Sementara itu, Head of Research ASEAN DealStreetAsia Andi Haswidi mengatakan, surveinya menemukan bahwa 48 % pedagang UMKM yang telah mengadopsi dompet digital telah menempatkan stiker QRIS di konter pembayaran mereka atau langsung di kios mereka.

UMKM yang berlokasi di kota-kota  tier  1 menunjukkan 63 % adopsi penggunaan QR ini, dan hanya 6 % pedagang yang tidak mengetahui apa itu kode QR dan manfaatnya.

"Untuk sistem yang diluncurkan kurang lebih 2 tahun lalu, 48 persen ini menurut saya sangat bagus  progress-nya, diterima baik oleh merchant . Ini tidak lepas dari para pemain, karena kompetisinya memang di sini, dimana semua transaksi dari  e-wallet  mana pun bisa gunakan kode QR," kata Andi. (Ant/E-1)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Raja Suhud

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat