visitaaponce.com

Analis Perkirakan Defisit APBN Tahun Ini dikisaran 1,72

Analis Perkirakan Defisit APBN Tahun Ini dikisaran 1,72%
Ilustrasi: KRL Commuter Line melintas dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta, Kamis (25/8/2022).(dok.ant)

CENTER for Indonesia Taxation Analysis (CITA) memproyeksikan defisit dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 akan berada di angka 1,72% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut lebih rendah dari yang diasumsikan dalam Peraturan Presiden 98/2022 yang sebesar 3,92% terhadap PDB.

"Penghitungan pemerintah atas proyeksi realisasi defisit anggaran tahun 2022 dalam APBN kami nilai terlalu moderat, mengingat kinerja penerimaan pajak tahun ini dapat dikatakan extraordinary (di luar kewajaran)," ujar peneliti perpajakan dari CITA Fajry Akbar melalui keterangan tertulisnya yang dikutip pada Kamis (22/12/2022).

CITA, lanjutnya, memproyeksikan akan ada tambahan pendapatan negara sebesar Rp325,49 triliun dari asumsi yang ada di APBN 2022. Itu terjadi lantaran penerimaan pajak tahun ini diperkirakan bakal melampaui target yang telah ditetapkan pemerintah.

Diproyeksikan penerimaan pajak bakal menyentuh Rp1.823,6 triliun, atau 122,80% dari target yang ditetapkan oleh pemerintah. Dus, pertumbuhan pajak tahun ini diperkirakan akan sebesar 42,64% dibanding realisasi penerimaan pajak tahun lalu, sekaligus menjadi yang tertinggi dalam dua dekade terakhir.

"Sampai akhir tahun, kami memproyeksikan akan ada tambahan penerimaan pajak sebesar Rp215,45 triliun dari outlook dalam APBN. Tentunya, angka riil penerimaan pajak tahun ini akan bergantung pada besaran restitusi dalam beberapa minggu terakhir," jelas Fajry.

Salah satu pendorong naiknya penerimaan pajak tahun ini ialah UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP). Sebab dalam UU itu terdapat Program Pengungkapan Sukarela (PPS) yang berhasil mengakomodasi penerimaan sebesar Rp60,1 triliun.

Sedangkan kenaikan tarif PPN sebesar 1% telah berkontribusi sebesar Rp53,4 triliun sampai 14 desember 2022. Itu juga diikuti oleh kenaikan harga komoditas yang turut mengerek penerimaan pajak tahun ini.

Kinerja penerimaan cukai juga meningkat signifikan. CITA memproyeksikan penerimaan cukai tahun ini sebesar Rp220,02 triliun atau sesuai dengan target Perpres 98/2022.

Kinerja tersebut, kata Fajry, patut diapresiasi karena penerimaan cukai mampu sesuai target di tengah turunnya produksi produk hasil tembakau. Kenaikan penerimaan juga lebih tinggi dibandingkan kenaikan tarif tertimbang, dengan begitu efektivitas tarif cukai dalam menghasilkan penerimaan yang saat ini melebihi 1%.

"Artinya, kenaikan tarif cukai rokok sebesar 1% mampu mendorong penerimaan Cukai Hasil Tembakau (CHT) lebih dari 1%. Ini hal yang sangat baik," tuturnya.

Selain itu, penerimaan kepabeanan juga tumbuh signifikan. Penerimaan Bea masuk diperkirakan akan sebesar Rp52,35 triliun, sedangkan penerimaan bea keluar sebesar Rp42,09 triliun. Kenaikan itu terdampak dari kenaikan beberapa harga komoditas seperti crude petroleum oil (CPO) dan batu bara.

Adapun dari sisi belanja negara, CITA mengasumsikan realiasasinya akan sesuai target Perpres 98/2022. Sementara itu, keseimbangan primer diproyeksikan akan kembali positif dengan nilai Rp66,39 triliun.

"Untuk itu, kami melihat arah APBN sudah kembali ke jalurnya. Kami menilai bahwa kinerja APBN tahun 2022 ini dapat menjadi pijakan kuat untuk APBN yang sehat dan berkelanjutan," pungkas Fajry. (OL-13)

Baca Juga: Pasokan Minyak Mentah AS Turun Harga Relatif Stabil

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat