visitaaponce.com

Pemerintah Tawarkan SBN Ritel dengan Tingkat Kupon di Atas 6

Pemerintah Tawarkan SBN Ritel dengan Tingkat Kupon di Atas 6%
Potret pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta.(Antara)

PEMERINTAH mulai menawarkan Surat Berharga Negara (SBN) ritel perdana tahun ini. Obligasi tersebut yakni Saving Bond Ritel (SBR) seri SBR012-T2 dan SBR012-T4 yang akan ditawarkan secara daring.

Bentuk dan karakteristik SBN ritel tersebut yakni merupakan obligasi negara tanpa warkat; tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder; tidak dapat dicairkan sampai dengan jatuh tempo, kecuali pada masa pelunasan sebelum jatuh tempo (Early Redemption).

Masa penawaran untuk dua seri SBR itu dimulai sejak 19 Januari hingga 9 Februari 2023. Tanggal penetapan hasil penjualan dari obligasi tersebut ialah pada 13 Februari dengan setelmen di 15 Februari 2023.

Sementara tanggal jatuh tempo pada SBR012-T2 ialah pada 10 Februari 2025 dengan nilai pemesanan mulai dari Rp1 juta hingga Rp5 miliar. Sedangkan seri SBR012-T4 jatuh tempo pada 10 Februari 2027 dengan nilai pemesanan mulai dari Rp1 juta hingga Rp10 miliar.

Baca juga: Sejak Awal Tahun IHSG Masih Tumbuh 4,09%

Adapun jenis kupon yang ditawarkan oleh dua seri SBN ritel tersebut ialah mengambang dengan tingkat kupon minimal (floating with floor) dengan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate.

Pembayaran kupon untuk kedua seri SBR itu dilakukan setiap tanggal 10 tiap bulannya. Tingkat kupon untuk SBR012-T2 yakni untuk periode 3 bulan pertama adalah sebesar 6,15%, berasal dari suku bunga acuan yang berlaku pada saat penetapan kupon yaitu sebesar 5,50% ditambah spread tetap 65 bps (0,65%).

Tingkat kupon berikutnya akan disesuaikan setiap 3 bulan pada tanggal penyesuaian kupon sampai dengan jatuh tempo. Penyesuaian Tingkat Kupon didasarkan pada suku bunga acuan ditambah spread tetap 65 bps (0,65%).

Kemudian tingkat kupon sebesar 6,15% adalah berlaku sebagai tingkat kupon minimal (floor) dan tingkat kupon minimal tidak berubah sampai dengan jatuh tempo.

Sedangkan tingkat kupon untuk seri SBR012-T4 yakni untuk periode 3 bulan pertama adalah sebesar 6,35%, berasal dari suku bunga acuan yang berlaku pada saat penetapan kupon yaitu sebesar 5,50% ditambah spread tetap 85 bps (0,85%).

Tingkat Kupon berikutnya akan disesuaikan setiap 3 bulan pada tanggal penyesuaian kupon sampai dengan jatuh tempo. Penyesuaian tingkat kupon didasarkan pada suku bunga acuan ditambah spread tetap 85 bps (0,85%).

Baca juga: Presiden Ungkap Gonta-ganti Nama Kebijakan Bikin Ruwet Investasi

Kemudian tingkat kupon sebesar 6,35% adalah berlaku sebagai tingkat kupon minimal (floor) dan tingkat kupon minimal tidak berubah sampai dengan jatuh tempo.

Masyarakat yang ingin membeli SBN ritel tersebut dapat menghubungi 29 mitra distribusi yang telah ditetapkan melayani pemesanan pembelian secara langsung melalui sistem elektronik (layanan online).

29 mitra distribusi tersebut terdiri dari 18 bank umum, yakni PT Bank Central Asia Tbk; PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk; PT Bank CIMB Niaga Tbk; PT Bank OCBC NISP Tbk; PT Bank Commonwealth; PT Bank Panin Tbk; PT Bank Danamon Indonesia Tbk; PT Bank Permata Tbk; PT Bank DBS Indonesia.

Kemudian PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk; PT Bank HSBC Indonesia; PT Bank UOB Indonesia; PT Bank Mandiri (Persero) Tbk; PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk; PT Bank Maybank Indonesia Tbk; PT Bank Victoria International Tbk; PT Bank Mega Tbk; dan Standard Chartered Bank, Indonesia.

Lalu 5 perusahaan efek, yakni PT BRI Danareksa Sekuritas; PT Phillip Sekuritas Indonesia; PT BNI Sekuritas; PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk; dan PT Mandiri Sekuritas.

Baca juga: Suku Bunga Acuan Naik jadi 5,75%, BI Kejar Penurunan Inflasi

Kemudian 6 perusahaan teknologi finansial, yaitu PT Bareksa Portal Investasi; PT Investree Radhika Jaya; PT Bibit Tumbuh Bersama; PT Mitrausaha Indonesia Grup (modalku); PT Nusantara Sejahtera Investama (FUNDtastic+); dan PT Star Mercato Capitale (Tanamduit).

Direktur Mandiri Sekuritas Theodora Manik mengatakan, pihaknya memperkirakan pasar obligasi Indonesia di 2023 akan lebih baik dibanding 2022. Itu karena tingkat inflasi dalam negeri mulai menunjukkan perlambatan dan siklus kenaikan suku bunga mendekati puncaknya.

Karenanya, menurut dia, ini merupakan momen yang tepat bagi masyarakat untuk berinvestasi di pasar obligasi negara. "Berinvestasi di SBR juga berarti memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan ekonomi nasional karena dana yang terkumpul akan digunakan pemerintah sebagai pemenuhan target APBN," tutur Theodora.

"Dana SBR012 yang terkumpul akan digunakan untuk program pemerataan pembangunan, pendidikan, dan kesehatan di Indonesia," pungkasnya.(OL-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat