visitaaponce.com

Ini Penyebab Investasi ESDM pada 2022 tak Capai Target

Ini Penyebab Investasi ESDM pada 2022 tak Capai Target
Menteri ESDM Arifin Tasrif saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi VII DPR.(Antara)

MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan realisasi investasi di bidang ESDM sepanjang 2022 sebesar US$26,8 miliar atau sekitar Rp401,2 triliun.

Jumlah tersebut sekitar 86% dari target yang ditentukan pada 2022, yakni US$31 miliar. Penyebab utama capaian investasi ESDM di bawah target ialah kinerja sektor minyak dan gas bumi (migas) yang stagnan. Kondisi itu akibat sejumlah proyek hulu migas yang belum berjalan pada tahun lalu.

"Realisasi investasi pada 2022 memang lebih rendah. Di sektor migas terjadi stagnasi, karena beberapa kegiatan investasi di sektor migas belum berjalan. Misalnya, faktor unplanned shutdown," papar Arifin dalam konferensi pers, Senin (30/1).

Baca juga: Bauran EBT Indonesia di 2022 hanya Capai 14,11%

Adapun realisasi investasi migas sepanjang 2022 mencapai US$13,9 miliar, atau lebih rendah dari target sebesar US$17 miliar. Sementara itu, faktor positif yang mendorong pencapain realisasi investasi ESDM berasal dari sektor mineral dan batu bara (minerba), yang menyumbang investasi senilai US$5,6 miliar.

"Sektor minerba memberikan kontribusi signifikan, karena banyak kegiatan investasi di bidang smelter," jelasnya.

Pada tahun ini, Arifin memasang target investasi ESDM lebih tinggi, yakni menjadi US$33,5 miliar. Hal itu didukung target penambahan investasi sektor lainnya, yang diproyeksikan merangkak naik pada 2023.

Baca juga: Capaian Lifting Migas 2022 di Bawah Target, SKK: Banyak Kendala

Investasi migas ditargetkan bisa meraup US$17,4 miliar dan sektor minerba sebesar US$7,7 miliar. Kemudian, sektor listrik senilai US$6,6 miliar dan investasi energi baru terbarukan (EBT) bisa mencapai US$1,8 miliar.

Untuk pencapaian penerimaan negara bukan pajak (PNBP) bidang ESDM, lanjut Arifin, naik signifikan hingga 138% dari target Rp254 triliun, dengan mengantongi Rp351 triliun. Raihan positif tersebut didapat dari windfall profit komoditas. 

Misalnya, harga batu bara yang sempat mencapai titik tertinggi dalam sejaraH dengan US$400 per metrik ton. Namun, pada tahun ini, target PNBP lebih kecil dibanding tahun lalu sebesar Rp219 triliun.

"Untuk tahun ini, kita antisipasi kemungkinan adanya penurunan harga komoditas. Kita patok angka yang sedikit konservatif," tutup Arifin.(OL-11)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat