Nilai Tukar Petani Catatkan Kenaikan Jadi 109,84 di Januari 2023
![Nilai Tukar Petani Catatkan Kenaikan Jadi 109,84 di Januari 2023](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/02/a4a11d0c0ec85df6cc3af3b055550e77.jpg)
BADAN Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadinya peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Januari 2023 sebesar 0,77% dari bulan sebelumnya menjadi 109,84.
Kenaikan itu terjadi karena indeks harga yang diterima petani lebih besar ketimbang indeks harga yang dibayarkan oleh petani.
"Indeks harga yang diterima petani naik sebesar 1,40%, lebih tinggi kalau dibandingkan dengan indeks harga dibayar petani yang mengalami kenaikan sebesar 0,63%," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Rabu (1/2).
Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan indeks harga diterima petani ialah gabah, bawang merah, cabai rawit, dan jagung. Sementara komoditas yang dominan mempengaruhi indeks harga dibayar petani ialah beras, rokok kretek filter, bawang merah, dan cabai rawit.
Baca juga:
Margo menambahkan, kenaikan NTP pada Januari 2023 utamanya didorong oleh kenaikan NTP subsektor tanaman pangan. Subsektor tersebut tercatat naik 2,07% dari 101,71 di Desember 2022 menjadi 103,82.
Kenaikan juga terjadi pada NTP subsektor hortikultura yang naik 1,96% dari 110,01 di Desember 2022 menjadi 112,17 di Januari 2023. Kemudian diikuti oleh NTP subsektor perikanan yang naik 0,35% dari 105,11 menjadi 105,48.
Sedangkan penurunan NTP terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, yakni sebesar 0,74% dari 126,82 di Desember 2022 menjadi 125,88 di Januari 2023. NTP subsektor peternakan juga mengalami penurunan 1,13% dari 101,51 menjadi 100,35.
BPS mencatat, kenaikan NTP terjadi di 20 provinsi dan 14 lainnya mengalami penurunan. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Barat, yakni naik 2,27% bila dibandingkan posisi Desember 2022.
Sementara penurunan NTP terdalam terjadi di provinsi Kalimantan Barat, yakni turun 2,11% dari posisi Desember 2022.
Sejalan dengan kondisi NTP, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) pada Januari 2023 juga mengalami peningkatan. Data BPS menunjukkan kenaikan NTUP di Januari tercatat sebesar 0,92% menjadi 109,95.
Kenaikan NTUP, kata Margo, terjadi karena indeks harga yang diterima petani masih lebih besar ketimbang indeks harga yang dibayarkan petani untuk biaya produksi dan penambahan barang modal.
"Indeks harga yang diterima petani naik sebesar 1,40%, itu lebih tinggi dari kenaikan indeks indeks untuk biaya produksi dan penambahan barang modal yang hanya naik sebesar 0,48%," terangnya.
Komoditas yang dominan mengerek peningkatan indeks harga diterima petani pada Januari 2023 ialah gabah, bawang merah, cabai rawit, dan jagung. Sementara komoditas yang dominan berpengaruh pada indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal petani ialah upah pemanenan, upah membajak, upah penanaman, dan urea.
NTUP subsektor tanaman pangan mencatatkan peningkatan sebesar 2,12% dari 102,5 di Desember 2022 menjadi 104,32 di Januari 2023. Kenaikan juga terjadi pada NTUP subsektor hortikultura sebesar 2,06% dari 110,86 menjadi 113,15.
Adapun peningkatan NTUP terjadi di 24 provinsi, tertinggi dialami oleh Banten yang perubahannya mencapai 2,36% dari Desember 2022.
Sementara 10 provinsi tercatat mengalami penurunan NTUP, di mana Kalimantan Barat mencatatkan penurunan terdalam, yakni turun 1,84% dari Desember 2022.
BPS juga menyampaikan hasil survei pada harga gabah dan beras di Januari 2023. Dari survei tersebut didapati ada penguatan harga gabah.
Harga gabah kering panen (GKP) tercatat mengalami kenaikan 3,79% dari Desember 2022 yang senilai Rp5.624 menjadi Rp5.837 di Januari 2023.
Kenaikan harga juga terjadi pada harga gabah kering giling (GKG) sebesar 5,43% dari Rp6.166 di Desember 2022 menjadi Rp6.501 di Januari 2023. Secara tahunan, BPS juga mencatat kenaikan untuk GKP dan GKG, masing-masing sebesar 16,52% dan 20,63%.
Kenaikan juga terjadi pada harga beras, baik di tingkat penggilingan, grosir, dan eceran. Harga beras di tingkat penggilingan tercatat naik 3,54% dari Rp10.604 di Desember 2022 menjadi Rp10.979 di Januari 2023.
Sementara harga beras di tingkat grosir tercatat naik 2,51% dari Rp11.363 di Desember 2022 menjadi Rp11.648 dan harga beras eceran tercatat naik 2,34% dari Rp12.096 menjadi Rp12.380.
Secara tahunan, BPS menunjukkan kenaikan harga beras, baik di tingkat penggilingan, grosir, dan eceran masing-masing sebesar 14,90%, 10,97%, dan 7,70%.
"Jadi kenaikan harga beras itu tertinggi terjadi di tingkat penggilingan," pungkas Margo. (Mir/OL-09)
Terkini Lainnya
Nilai Tukar Petani Turun Jadi 116,71 pada Mei 2024
Harga Gabah Turun, Nilai Tukar Petani April Merosot
Subsektor Hortikultura Sumbang Kenaikan Tertinggi pada NTP dan NTUP
Minim Cuan, Anak Muda Ogah Jadi Petani
BPS Sebut Usaha Pertanian Menurun, Ini Nih Biang Keroknya
BPS: Nilai Tukar Petani Bulan Oktober Capai 116,73, Naik 0,82 Persen
Produktivitas 1.000 Ha Lahan Pertanian di Cianjur tidak Terpengaruh Kemarau
Pesanan 2.000 Ekskavator Haji Isam Terbesar di Dunia, Tanda Kemajuan Pertanian Indonesia
Peluncuran Aliansi Kolibri Jadi Upaya Nyata Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian
Jhonlin Group Teken MoU dengan SANY Group
Jangkau Wilayah Terpencil, Legislator Apresiasi Distribusi BBM Sampai Pelosok
Jokowi: 70 Ribu Pompa Air Dibagikan untuk Atasi Kekeringan
Tantangan Pendidikan di Indonesia
Membenahi Pola Tata Kelola PTN-BH
Ngariksa Peradaban Nusantara di Era Digital
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap