visitaaponce.com

Subsektor Hortikultura Sumbang Kenaikan Tertinggi pada NTP dan NTUP

Subsektor Hortikultura Sumbang Kenaikan Tertinggi pada NTP dan NTUP
Hasil panen bawang merah di Desa Parububu 1 Kecamatan Tarutung.(MI/Januari Hutabarat)

NILAI Tukar Petani (NTP) pada Desember 2023 tercatat sebesar 117,76 atau naik 0,88% bila dibandingkan November 2023. Kenaikan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 1,29% lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar (Ib) petani yang mengalami kenaikan sebesar 0,40%.

"Empat komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan It nasional adalah bawang merah, kelapa sawit dan cabe rawit. NTP subsektor semua berada di atas 100 meskipun terdapat beberapa subsektor yang levelnya lebih rendah dari bulan sebelumnya," kata ucap PLT Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti saat Rilis Berita Resmi Statistik pada Selasa (2/1).

Peningkatan NTP tertinggi, ujar Amalia terjadi pada subsektor hortikultura, NTP hortikultura naik sebesar 5,51%. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 5,90% lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang mengalami kenaikan sebesar 0,37%.

Baca juga: Anies Serap Keluhan Kelangkaan Pupuk dari Petani Holtikultura di Pengalengan

"Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan It subsektor hortikultura adalah bawang merah, cabe rawit, tomat dan cabe merah," ujarnya.

Di sisi lain, penurunan NTP terdalam terjadi pada perikanan tangkap yang mana nilai tukar nelayan turun sebesar 1,02%. Penurunan ini terjadi karena indeks harga It turun sebesar 0,61% sedangkan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,41%. Komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan tangkap adalah ikan tongkol, ikan kembung, udang laut, dan selar.

Baca juga: Pemkab Purwakarta Gelar Festival Holtikultura

Berikutnya, nilai tukar usaha petani (NTUP) Desember 2023 tercatat sebesar 119,68 atau naik 1,17% bila dibandingkan November 2023. Kenaikan NTUP terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 1,29% lebih tinggi dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal yang mengalami kenaikan sebesar 0,12%

"Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan It nasional adalah gabah, bawang merah, kelapa sawit dan cabe rawit. Sementara itu komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) nasional adalah benih padi, upah pemanenan, upah penanaman, dan bibit bawang merah," terangnya.

Peningkatan NTUP tertinggi juga terjadi pada subsektor hortikultura yang mana naik sebesar 5,70%. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 5,90% lebih tinggi dari kenaikan BPPBM yang mengalami kenaikan sebesar 0,19%.

Adapun komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan BPPBM subsektor hortikultura adalah bibit bawang merah, bibit kentang, upah mencangkul, dan upah menuai atau memanen.

Sementara itu, NTUP terdalam terjadi pada perikanan tangkap. NTUP kegiatan perikanan tangkap turun sebesar 0,66%, penurunan NTUP pada perikanan tangkap terjadi karena It turun sebesar 0,61% sedangkan indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,05%.

Adapun komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan BPPBM subsektor perikanan tangkap adalah solar, upah penangkapan, es batu, dan sewa kapal motor. (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat