Belajar dari Gempa Turki, Masalah Teknis dan Sosial Seputar Konstruksi Bangunan
![Belajar dari Gempa Turki, Masalah Teknis dan Sosial Seputar Konstruksi Bangunan](https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/800x467/news/2023/02/ec7d4ed68a05eea30f3502fee9f4f936.jpeg)
PAKAR Konstruksi dan Struktur yang sekaligus dosen Teknik Sipil Universitas Andalas, Dr.Eng.Ir Febrin Anas Ismail, M.T. mengungkapkan, sebagian besar bangunan yang runtuh pada gempa Turki merupakan bangunan yang telah dibangun sejak lama.
Diperkirakan, bangunan tersebut dulu dibangun tanpa mempertimbangkan ancaman gempa yang mungkin akan terjadi, dan tidak didesain dengan kapasitas beban yang cukup.
“Mungkin karena pada saat itu gempa jarang terjadi, ilmu tentang gempa juga belum begitu berkembang pada saat pembangunannya, peraturannya pun belum, sehingga bangunannya belum sesuai standar terbaru,” jelas Febrin.
Padahal menurut beliau, konstruksi bangunan harus diawasi secara tegas dengan kontrol melalui regulasi yang ketat, untuk dapat mengurangi potensi kerugian apabila terjadi bencana.
Di Indonesia sendiri misalnya, peraturan konstruksi bangunan terkait gempa sudah berkali-kali di revisi, dan dalam peraturan terbaru pada tahun 2019, standar minimal kapasitas beban pada bangunan yang akan dibangun telah meningkat hingga 4 kali lipat dibanding dengan peraturan sebelumnya pada tahun 2000-an.
Hal itu dilakukan karena kajian-kajian yang berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan kegempaan semakin banyak dan semakin dalam.
“Apalagi teknologi sekarang sudah sangat canggih. Bukan hanya konstruksi ke atasnya saja, sudah ada juga teknologi dimana di pondasi itu diberi alat peredam guncangan, sehingga lebih kuat lagi,” tambah pria yang juga merupakan salah satu anggota Majelis Wali Amanat Universitas Andalas itu.
Tujuan dari regulasi adalah sebagai kontrol konstruksi bangunan dalam menghadapi bencana seperti gempa. Febrin menjelaskan, untuk bangunan baru, ada Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang bisa didapat apabila konstruksi sudah sesuai dengan peraturan dan memenuhi persyaratannya teknis.
Sementara untuk bangunan-bangunan yang sudah berdiri sejak lama, beliau mengatakan bahwa perlu dilakukan evaluasi, pengecekan, serta penguatan bangunan. Namun, persoalan meyakinkan masyarakat untuk itu melakukan hal tersebut menjadi tantangan baru yang harus dihadapi.
“Persoalannya bukan cuma teknologi, tapi juga persoalan sosial, yaitu bagaimana meyakinkan warga untuk memperkuat bangunan, yang mana ini terkait dengan biaya. Terlebih apabila gempanya belum terjadi, sehingga mungkin saja menjadi pertanyaan oleh masyarakat, apakah ini benar dan harus dilakukan, sehingga tidak semudah itu. Walaupun di negara maju seperti Turki atau di negara berkembang seperti Indonesia, sama saja problemnya,” paparnya.
Ketegasan dari pemerintah dan kesadaran dari masyarakat adalah dua hal yang sangat esensial dalam hal ini. Sosialisasi perlu dilakukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat sehingga tingkat partisipasi dalam mitigasi gempa meningkat. (RO/OL-7)
Terkini Lainnya
Pengukuran Emisi Karbon Salah Satu Poin Bangunan Hijau
Pemkot Jakpus Kirim Satgas Periksa Bangunan Langgar Izin di Menteng
Mendorong Praktik Pembangunan Berkelanjutan dengan Bangunan Hijau
Efisensi Naik, Rerata Intensitas Energi Indonesia Capai 3%
Tahap 1 dan 2 Habis, Northridge Ultimate Business Center BSD Ditawarkan
Toko Bangunan Sebelah Kantor Kelurahan Bhaktijaya Depok Dilumat Api
Laba Raksasa Reasuransi Jerman Munich Re Jatuh akibat Gempa
Kemenkes Berikan Penghargaan Kepada Tim RDK Dompet Dhuafa
Perjuangan Erdogan untuk Tetap Berkuasa setelah 20 Tahun
Makin Agresif, Tiongkok juga Perkuat Hubungan Bilateral dengan Suriah
Kasau Apresiasi Satgas TNI AU Misi Kemanusian Gempa Turki
Erdogan Beri Nama Bayi Korban Gempa Turki
Pemilu Iran: Pertarungan Dua Kubu Politik yang Sangat Berjarak
Spirit Dedikatif Petugas Haji
Arti Penting Kunjungan Grand Syaikh Al-Azhar
Pancasila, Perempuan, dan Planet
Eskalasi Harga Pangan Tengah Tahun
Iuran Tapera ibarat Masyarakat Berdiri di Air Sebatas Dagu
Polresta Malang Kota dan Kick Andy Foundation Serahkan 37 Kaki Palsu
Turnamen Golf Daikin Jadi Ajang Himpun Dukungan Pencegahan Anak Stunting
Kolaborasi RS Siloam, Telkomsel, dan BenihBaik Gelar Medical Check Up Gratis untuk Veteran
Ulang Tahun, D'Cost Donasi ke 17 Panti Asuhan Melalui BenihBaik.com
Informasi
Rubrikasi
Opini
Ekonomi
Humaniora
Olahraga
Weekend
Video
Sitemap