visitaaponce.com

Surplus Dagang Dorong Ketahanan Ekonomi Nasional

Surplus Dagang Dorong Ketahanan Ekonomi Nasional
Ilustrasi: pekerja berjalan di area bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (16/9/2022).(ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

SURPLUS neraca dagang pada Januari 2023 dinilai dapat mendorong ketahanan perekonomian nasional di tengah ketidakpastian global. Karenanya, pemerintah memastikan akan berupaya menjaga kinerja perdagangan Indonesia tetap dalam kondisi yang baik.

"Pemerintah akan terus mengupayakan untuk meningkatkan daya saing produk ekspor, termasuk melalui dorongan hilirisasi sumber daya alam, serta mendorong diversifikasi negara tujuan ekspor, termasuk ke negara-negara potensial," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu melalui siaran pers, Kamis (16/2).

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca dagang Indonesia pada bulan pertama tahun ini diketahui sebesar US$3,87 miliar. Itu sekaligus melanjutkan surplus neraca perdagangan hingga 33 bulan berturut-turut sejak bulan Mei 2020.

Penyumbang surplus terbesar ialah Amerika Serikat, Filipina, dan India dengan komoditas utama bahan bakar mineral, produk sawit, serta mesin. "Angka ekspor dan impor masih cukup tinggi, bahkan paling tinggi jika dibandingkan angka pada bulan Januari tahun-tahun sebelumnya," kata Febrio.

Nilai ekspor Indonesia pada Januari 2023 tercatat tumbuh 16,37% (year on year/yoy) atau mencapai US$22,31 miliar. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan ekspor baik komoditas migas maupun nonmigas, yang masih masing-masing meningkat sebesar 65,03% (yoy) dan 13,97 (yoy).

Baca juga: Tren Penyusutan Surplus Dagang Diprediksi Berlanjut

Beberapa komoditas utama yang mendukung positifnya kinerja ekspor di antaranya logam mulia dan perhiasan permata serta karet dan barang dari karet.

Ekspor ke negara mitra dagang utama juga tetap mencatatkan pertumbuhan yang kuat. Ekspor produk nonmigas ke Tiongkok yang mencapai 25,2% dari total ekspor non-migas tumbuh sebesar 49,4% (yoy).

Diikuti dengan ekspor nonmigas ke kawasan ASEAN (18,9% dari total ekspor nonmigas) dan India (6,5% dari total ekspor nonmigas) yang masing-masing tumbuh 17,5%, dan 30,5% secara tahunan.

"Walaupun PMI Manufaktur beberapa negara mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok masih ada dalam zona kontraksi, ekspor masih tumbuh tinggi di awal tahun ini," terang Febrio.

Sementara itu, impor bulan Januari 2023 tercatat sebesar US$18,44 miliar atau tumbuh 1,27% (yoy). Dilihat dari penggunaannya, baik impor barang konsumsi, barang modal, dan bahan baku penolong masih tumbuh positif, masing-masing sebesar 1,09% (yoy), 5,66% (yoy) dan 0,41% (yoy).

"Pertumbuhan semua jenis impor yang konsisten positif di semua jenis menunjukkan bahwa aktivitas produksi di dalam negeri masih terus ekspansif yang sejalan dengan indikator PMI yang meningkat di bulan Januari,” lanjut Febrio.

Sementara dilihat dari jenis komoditasnya, impor didominasi oleh komoditas utama, termasuk mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya.

"Ke depan, Pemerintah tetap mewaspadai potensi tekanan dari perlambatan ekonomi global, sebagaimana tercermin dari masih terkontraksinya PMI Manufaktur negara mitra dagang," pungkas Febrio. (OL-17)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat