visitaaponce.com

Populasi Underbanked Perlu Terus Didorong Manfaatkan Fitur Perbankan

INDONESIA memiliki populasi underbanked dan unbanked yang terbilang masih cukup besar.

Menurut Sukiwan, Chief Business Officer Superbank, ada banyak nasabah underbanked yang sudah mengetahui konsep perbankan, tapi masih belum memahami cara kerjanya secara penuh atau belum bisa mendapatkan akses perbankan secara keseluruhan.

Misalnya saja, banyak nasabah memiliki rekening, tapi tidak dapat mengajukan, memiliki pinjaman atau memanfaatkan fitur-fitur perbankannya secara keseluruhan.

Baca juga: OJK: Stabilitas Jasa Keuangan Terjaga, Kinerja Intermediasi LJK Meningkat

Hal ini disampaikan oleh Sukiwan dalam workshop jurnalis bertemakan “Geliat Perbankan Digital Indonesia: Dampak, Potensi, dan Tantangan” yang diadakan oleh Superbank baru-baru ini di Jakarta.

Masih Banyak Warga Belum Miliki Rekening Bank

Di tahun 202, sebanyak 81% dari total keseluruhan populasi Indonesia masih tidak memiliki rekening atau tidak menggunakan layanan bank.

Penetrasi untuk layanan finansial di tahun yang sama pun masih terbilang rendah, dengan Indonesia mencatat tingkat penetrasi asuransi sebesar 2% dan penetrasi biro kredit di kisaran 20-25%.

Baca juga: Dukung Transisi Energi, Indonesia Amankan Dukungan Bank dan Lembaga Internasional

Di saat yang bersamaan, pasar perbankan Indonesia memiliki keunggulan yang cukup besar untuk meraup potensi keuntungan.

Sukiwan mengungkapkan bahwa potensi keuntungan dapat mencapai US$ 16 miliar.

Keuntungan ini bisa meningkat jika kelompok underbank dan underserved bisa diberdayakan lebih lanjut.

Sukiwan menilai, ada beberapa tantangan utama yang dihadapi oleh kalangan underbanked.

Beberapa di antaranya, kesulitan dalam mengatur keuangan mereka, kesulitan mendapatkan akses ke pinjaman karena beberapa keterbatasan yang mereka miliki, seperti penghasilan yang tidak menentu, serta adanya kesan bahwa bank tidak bersahabat.

Baca juga: OJK Ajak Mahasiswa Melek Keuangan Syariah

Beberapa faktor tersebut menimbulkan rendahnya ketertarikan masyarakat terhadap perbankan.

Selain itu, cara kerja bank yang dinilai rumit juga menjadikan masyarakat awam kehilangan ketertarikan terhadap fitur-fitur serta keseluruhan aksesibilitas yang ditawarkan oleh bank.

Tantangan-tantangan itulah yang ingin diatasi oleh Superbank sebagai pendatang baru di ranah perbankan digital Indonesia.

“Secara umum, tingkat literasi keuangan di kota-kota besar sudah cukup baik, tapi masih terdapat kekurangan di kota-kota tier 2 dan 3," jelasnya.

"Kami hadir dengan misi untuk meningkatkan literasi keuangan di Indonesia, dengan memperluas akses kredit bagi UMKM dalam memajukan bisnis, menyediakan solusi inovatif untuk konsumer ritel, dan mempercepat kolaborasi lewat ekosistem grup kami yang luas,” papar Sukiwan.

Dukungan Ekosistem bagi Superbank

Workshop ini juga dihadiri oleh Andya Daniswara, SVP Business Development EMTEK Group, yang merupakan salah satu pemegang saham Superbank.

Andya menyampaikan bahwa layanan keuangan adalah salah satu bidang yang ingin dipenetrasi oleh EMTEK Group sedari awal.

Menurutnya, EMTEK memiliki ekosistem yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan bisnis Superbank.

Baca jugaDatangi Kampus Prasmul, AAUI Dorong Literasi Keuangan di Kalangan Perguruan Tinggi

Selain Superbank, ekosistem EMTEK juga terdiri dari banyak perusahaan yang menyediakan layanan berbasis digital, termasuk perusahaan media, e-commerce Bukalapak, dan perusahaan teknologi terkemuka Grab.

Grab, misalnya, memiliki 32 juta pengguna yang aktif melakukan transaksi melalui aplikasi dan 4 juta merchant terdaftar hingga hari ini.

“Visi dan misi EMTEK Group sejajar dengan visi dan misi Superbank untuk UMKM. Bicara seputar merchant, ada data transaksi untuk penjualan,” ujar Andya.

Dari sisi platform, Andya melanjutkan bahwa ekosistem grup yang mendukung Superbank juga memiliki data-data komprehensif yang dapat dimanfaatkan oleh bank tersebut untuk meraih pasar.

Andya mengungkapkan bahwa data-data yang dimiliki oleh ekosistem EMTEK dan Grab telah terintegrasi dengan Superbank, dan dapat digunakan untuk melakukan credit scoring untuk pengajuan pinjaman bagi para nasabah yang memenuhi syarat dan memiliki kapasitas.

Komitmen Superbank untuk Masyarakat

Dalam kesempatan yang sama, Melisa Hendrawati, Direktur Keuangan Superbank, menyampaikan bahwa Superbank sedang menjalani transformasi menjadi sebuah bank digital.

“Sesuai dengan namanya, kami berharap Superbank bisa membuat user kami menjadi ‘super’ juga," katanya.

"Kami akan memfokuskan tahun 2023 untuk mempelajari tantangan-tantangan yang dihadapi pasar perbankan digital, serta apa yang menjadi kendala bagi para pengguna,” ungkap Melisa.

Dengan begitu, Superbank dapat menghadirkan solusi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.

Ia menambahkan bahwa Grab dan EMTEK turut membantu Superbank dalam memberikan market insight sebanyak mungkin untuk menyesuaikan produk dengan kebutuhan nasabah, termasuk UMKM dan merchant yang terdapat dalam ekosistem keduanya.

Peran Media Beperan Edukasi Masyarakat

Maria Yuliana Benyamin, Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia, yang turut menjadi salah satu pemateri dalam workshop tersebut, melihat bahwa masifnya penetrasi layanan digital dalam industri keuangan melahirkan beragam inovasi teknologi untuk merevolusi perbankan digital.

Menurutnya, media dan perbankan digital memiliki perjuangan yang sama, sebab konsumen pada kedua industri ini memiliki pola yang sama dalam mengakses produk masing-masing.

“Baik nasabah perbankan maupun pembaca berita menginginkan kenyamanan, kecepatan, serta kemudahan dalam mengakses layanan,” kata Maria.

Baca juga: Literasi Keuangan Dianggap Mampu Melindungi Masyarakat Digital

Meski demikian, cepatnya arus informasi dapat menyebabkan masyarakat kesulitan dalam menyaring informasi yang masuk.

Di samping itu,konsep perbankan digital yang masih tergolong baru menyebabkan masyarakat awam belum dapat membedakan bank tradisional dengan bank digital.

Maria menekankan pentingnya peran media sebagai corong informasi dalam mengedukasi dan meningkatkan literasi keuangan di kalangan masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Sukiwan dan Melisa juga menyampaikan pandangan serupa. Sukiwan berharap, media dapat memainkan peran pentingnya dalam mengedukasi dan membentuk persepsi publik terhadap bank sehingga bank dapat memberikan solusi yang tepat bagi masyarakat.

“Kami menekankan pentingnya edukasi agar masyarakat bisa melek secara finansial. Namun, kami

tidak bisa melakukan ini sendiri. Kami berharap dapat bergabung dalam upaya bersama dan aktif berkontribusi meningkatkan literasi keuangan masyarakat di Indonesia,” tutup Melisa. (RO/S-4)

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat