visitaaponce.com

Pemerintah Didorong Percepat Intervensi Terkait Harga Beras

Pemerintah Didorong Percepat Intervensi Terkait Harga Beras
Intervensi pemerintah diperlukan untuk menekan harga beras(MI/ Djoko Sardjono)

HARGA beras terus merangkak naik seiring berkurangnya produksi di musim gadu dan imbas El Nino. Intervensi pemerintah diperlukan segera agar harga komoditas itu tak kian menambah berat beban masyarakat.

Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, percepatan realisasi penugasan impor beras hingga 2 juta ton kepada Bulog untuk 2023 menjadi opsi yang dapat ditempuh. "Jika itu bisa dilakukan, semoga pasokan lebih memadai," kata dia saat dihubungi, Minggu (11/9).

Sejauh ini, Bulog telah berhasil mengamankan sekitar 1,54 juta ton beras impor. Dus, masih ada kuota sekitar 400 ribu ton untuk memenuhi penugasan impor yang diberikan tahun ini.

Baca juga: Tinjau Gudang Bulog Bogor, Presiden Jokowi Pastikan Stok Beras Aman

Selain mempercepat realisasi impor, kata Khudori, intervensi bantuan sosial berupa beras juga dinilai dapat mengerem kenaikan harga beras. Hal itu menurutnya tercermin dari pelaksanaan bansos serupa di periode Maret-Mei 2023.

Saat itu, harga beras relatif stabil. Inflasi beras juga berada dalam level yang rendah. Penyaluran bansos beras juga dibarengi dengan pelaksanaan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pasar (SPHP) atau operasi pasar di wilayah-wilayah dengan harga beras tinggi.

Baca juga: Cek Ketersediaan Beras, Jokowi Sebut Pemerintah Salurkan Bantuan Pangan Antisipasi Inflasi

Dua intervensi tersebut, kata Khudori, relevan untuk dilakukan segera agar harga beras yang tinggi tak berimbas langsung ke masyarakat. Sedangkan dalam jangka pendek, pemerintah didorong untuk mempercepat pelaksanaan tanam baru.

"Mempercepat tanam di wilayah yang ada air, membantu pompa, bantuan bibit berumur genjah dan lainnya, juga perlu dipastikan berjalan baik di lapangan. Termasuk menyiapkan 500 ribu hektare penanaman baru. Ini mesti dikawal dengan baik," terang Khudori.

Hal itu bertujuan sebagai langkah mitigasi bila El Nino memberikan dampak yang cukup berat. "Setidaknya, tetap ada produksi yang mengompensasi. Tapi ini semua masih akan bisa dipetik hasilnya November atau Desember nanti. Hasilnya pun belum bisa diperkirakan seperti apa," terang Khudori.

Dia mencatat kenaikan harga beras terjadi merata di berbagai wilayah. Beberapa daerah nonprodusen, terutama di Indonesia timur, bahkan cukup tinggi. Harga gabah dan beras terus naik.

"Harga gabah jauh di atas HPP yang dipatok Rp5.000/kg. Di beberapa daerah harga menembus Rp7.000/kg, bahkan Rp7.300/kg. Harga beras medium pun sudah melewati HET (Harga Eceran Tertinggi)," jelas Khudori.

Menurutnya, penggilingan dan pedagang beras terjepit dari dua sisi sekaligus, yakni harga bahan baku gabah yang tinggi dan harga jual beras yang dipatok dengan HET. Ketika harga gabah naik, margin keuntungan turun, bahkan bisa merugi. Ketika segala cara untuk bertahan tidak menolong, berhenti produksi jadi keniscayaan.

Sementara mulai Oktober nanti Indonesia bakal memasuki musim paceklik. Itu berarti produksi beras akan jauh lebih kecil lagi. Itu diprediksi akan berlangsung hingga Januari 2024 tanpa adanya anomali cuaca berlebih.

Namun karena ada El Nino, periode paceklik berpotensi bisa bertambah panjang hingga satu atau dua bulan. "Artinya musim paceklik jadi lebih lama. Ini potensial terus mengerek harga gabah dan beras lebih tinggi. Seberapa tinggi? Tergantung sejauh mana intervensi pasar yang dilakukan pemerintah," pungkas Khudori. (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat