visitaaponce.com

Hanya Turun 0,1, Pemerintah Diminta Koreksi Target Capaian dan Kawal Intervensi Stunting

Hanya Turun 0,1%, Pemerintah Diminta Koreksi Target Capaian dan Kawal Intervensi Stunting
Petugas kesehatan mengukur tinggi badan balita saat pelayanan posyandu di Kantor kelurahan Maliaro, Kota Ternate(ANTARA FOTO/Andri Saputra)

KETUA Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI) sekaligus Konsultan Penanganan Stunting Anung Sugihantono mengatakan pemerintah perlu mengoreksi target capaian penurunan angka stunting atau tengkes. Pemerintah menargetkan stunting dapat turun hingga 14%. Namun, realisasinya berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI), prevalensi stunting 2023 masih 21,5%, hanya turun 0,1% dari tahun 2022 dari target 3,8%.

"Kalau bicara (target) 2024, untuk sampai 14% tidak mungkin. Jadi kalau bicara RPJMN (rencana pembangunan jangka menengah nasional) 2019-2024 yang bisa dilakukan mengoreksi target capaian," terang Anung yang pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan itu, Kamis (25/4).

Anung menambahkan hal yang perlu dipersiapkan untuk penanganan stunting adalah intervensi yang lebih baik. Tetapi ia menegaskan sukses atau tidaknya intervensi yang dilakukan, tergantung pada menteri kesehatan serta program presiden terpilih.

Baca juga : Pemberian ASI Eksklusif Sangat Penting untuk Cegah Stunting

"Tergantung siapa menterinya dan apa arahan presidennya," imbuh Anung.

Capaian penurunan angka stunting di daerah berbeda-beda. Di Provinsi Papua Barat, Nusa Tenggara Barat Papua, dan Papua Selatan misalnya penurunan stunting mencapai sekitar 5%.

Anung mengatakan strategi pemerintah sudah benar. Tetapi, menurutnya hal yang perlu konkrit dilakukan adalah pengawalan intervensi. Dia menilai ada ketidakseriusan karena penanganan stunting tidak bisa disamaratakan. Perlu pendekatan yang berbeda-beda.

Baca juga : Anggota Komisi IX DPR: Intervensi Stunting Harus Komprehensif

"Saya melihat tidak serius. Semua (menanggulangi stunting) dengan cara yang seragam. Padahal stunting itu persoalan personal, jadi perlu customize dalam penyelesaiannya," terang Anung.

Selain itu, Anung berpendapat intervensi stunting saat ini lebih fokus menyasar anak yang sudah lahir. Padahal, menurutnya intervensi untuk mencegah stunting bisa dilakukan mulai dari pemberian edukasi soal stunting pada calon pengantin, ibu hamil hingga pengendalian kelahiran yang berkaitan dengan angka pemakaian kontrasepsi (CPR).

"Kita terlalu fokus di yang sudah lahir. Tidak ada yang serius menggarap calon pengantin, ibu hamil termasuk menurunkan CPR-nya. Jadi kalaupun yang sudah lahir tertangani, masih akan ada stunting baru karena (bayi) yang lahir dengan berat badan kurang 2500 gram masih tinggi, yang lingkar kepalanya <48cm banyak. Jadi enggak mungkin akan turun stunting," papar Anung. (Ind/Z-7)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat