visitaaponce.com

Ternyata Banyak Karyawan Gunakan Dana Pinjol Sebelum Gajian, Kenapa

Ternyata Banyak Karyawan Gunakan Dana Pinjol Sebelum Gajian, Kenapa?
Banyak karyawan terjerat Pinjol sebelum tanggal gajian datang(MI/AGUNG WIBOWO)

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyebut banyak karyawan yang menggunakan dana pinjol sebagai jembatan 'penyambung hidup' hingga hari gajian. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia juga di Singapura, Tiongkok, Thailand, Filipina.

Ketua Umum AFPI Entjik S. Djafar menerangkan menurut pandangan AFPI, besaran bunga 0,4% perhari tidak besar, terutama untuk peminjam dengan nominal kecil-kecil. 

Pengguna atau penerima manfaat kehadiran pinjol berizin OJK, dia katakan dari total 120 juta borrower, mungkin 70 juta borrower lebih banyak di pinjaman oleh peminjam produktif seperti pedagang dan warung kecil. Lainnya lebih banyak di karyawan. 

Baca juga: Lantik Lurah dan Camat, Heru Ingatkan Jangan Main Pinjol

"Saya sampaikan banyak karyawan anak muda yang pengalaman kerja di bawah 5 tahun, ketika dia gajian tanggal 25, lalu pada tanggal 10 bulan selanjutnya uang sudah habis. Sehingga karyawan banyak yang menggunakan pinjol untuk bridging (jembatani). Misalnya gaji Rp5 juta dia akan pinjol Rp1 juta untuk bensin dan makan sampai tanggal 25. Nanti di tanggal 25 dilunasi," kata Entjik dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (6/10).

Rupanya, fenomena ini juga terjadi di Singapura, Tiongkok, Thailand, Filipina. Ketika telah dilunasi, dan mengalami habis uang, karyawan akan mengajukan pinjaman lagi.

"Hebatnya fintech bisa ajukan pinjam jam berapa saja. Bila baru ingat tidak ada uang buat bensin, dia bisa pinjol tengah malam. Kalau track recordnya bagus, dalam waktu 5 menit uang sudah masuk ke rekeningnya, tergantung dari credit scoringnya. Kalau konsumen disiplin membayar, platform juga akan langsung kasih uang," kata Entjik.

Sehingga dia keberatan bila pinjol berizin disebut mengerikan. Di sisi lain, jutaan karyawan, klaimnya, telah dibantu oleh fintech. Realitanya konsumen setia pinjol dia katakan bisa sampai 70% yang setiap bulan dibantu untuk bridging biaya kehidupan.

"Berapa ratus ribu, juta karyawan yang terbantu bridging oleh pinjol. Apalagi anak muda sekarang zamannya belanja online. Pada tanggal 5 sudah habis uang gajinya. Edukasi AFPI terus menerus katakan pinjam sesuai kebutuhan jangan konsumtif. Kalau peminjam disiplin, dia sangat terbantu oleh pinjol. Banyak sekali yang sudah terbantu," kata Entjik.

Dia jabarkan banyak debitur seperti penjual bakso, dan penjual nasi uduk yang butuh pinjaman Rp1-2 juta per bulan, sebenarnya nilainya bunga akan lebih kecil bila dibandingkan keuntungan 1 bulan mereka.

"Dia mungkin pinjam Rp1 juta cuma bayar Rp40 ribu bunga per hari, tapi keuntungan penjualannya bisa hingga menjadi Rp2 sampai dengan 3 juta. Sehingga sebenarnya untuk pengusaha yang kecil, bunga 0,04% per hari tidak memberatkan," klaim Entjik.

Sebenarnya dari total portofolio AFPI, pada fintech peer-to-peer lending ini lebih banyak berjalan pinjaman produktif, yaitu sekitar hampir 60% digunakan masyarakat kecil untuk berdagang seperti penjual nasi uduk, pedagang bakso, warung kecil dan sebagainya.

"Sehingga menurut saya manfaat utk masyarakat tinggi hanya saja ada beberapa isu yaitu ilegal pinjol dimana bunganya tinggi dan perilaku konsumen borrower lebih banyak konsumtif. Sehingga itu yang menimbulkan berita negatif," kata Entjik. (Z-10)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat