visitaaponce.com

OJK Sektor Jasa Keuangan Indonesia Tetap Stabil

OJK: Sektor Jasa Keuangan Indonesia Tetap Stabil
Logo OJK(Dok MI)

KETUA Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan sektor jasa keuangan Indonesia masih tetap stabil. Itu didukung oleh permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga.

"Sehingga meningkatkan optimisme bahwa sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik," ujarnya dalam konferensi pers secara daring, Senin (30/10).

Mahendra menambahkan, tantangan eksternal ekonomi Indonesia masih menjadi perhatian bagi OJK. Apalagi divergensi kinerja perekonomian global masih terus berlanjut.

Baca juga: Pinjaman Pribadi Marak di Jawa Barat, OJK: Mirip Praktek Rentenir

Amerika Serikat, misalnya, mencatatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2023 sebesar 4,9%, diiringi dengan pasar tenaga kerja terus membaik dan tekanan inflasi persisten tinggi.

Hal tersebut mendorong meningkatnya sell-off di pasar obligasi AS, sejalan dengan meningkatnya ekspektasi suku bunga higher for longer dan juga peningkatan supply UST untuk membiayai defisit AS.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Harus 5-7% untuk Indonesia Jadi Negara Maju

Sementara itu, risiko geopolitik global semakin meningkat seiring dengan konflik Israel dan Hamas, yang berpotensi mengganggu perekonomian dunia secara signifikan apabila terjadi eskalasi di Timur Tengah.

Di Eropa, kata Mahendra, kinerja ekonomi diprediksi masih mengalami stagflasi. Sementara itu di Tiongkok, pemulihan ekonomi masih belum sesuai ekspektasi dan kinerja ekonomi yang masih di level pandemi meningkatkan kekhawatiran bagi pemulihan perekonomian global.

"Kenaikan yield surat utang di AS meningkatkan tekanan outflow dari pasar emerging markets termasuk Indonesia, mendorong pelemahan terutama di pasar nilai tukar dan pasar obligasi secara cukup signifikan. Volatilitas di pasar keuangan, baik di pasar saham, obligasi, dan nilai tukar juga dalam tren meningkat," tuturnya.

Sedangkan di perekonomian domestik, tingkat inflasi tercatat sebesar 2,28% (yoy), sejalan dengan ekspektasi pasar sebesar 2,2% (yoy). Namun, perlu dicermati tren kenaikan inflasi bahan makanan terutama komoditas beras dan gula di tengah potensi penurunan produksi global akibat El Nino.

Secara umum, daya beli masih tertekan tercermin dari inflasi inti yang kembali turun, serta penurunan indeks kepercayaan konsumen serta kinerja penjualan ritel yang rendah. "Namun demikian, kinerja sektor korporasi relatif masih baik terlihat dari PMI Manufaktur yang terus berada di zona ekspansi dan neraca perdagangan yang masih mencatatkan surplus," pungkas Mahendra. (Mir/Z-7)

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat