visitaaponce.com

Ingin Nikmati Bonus Demografi Berinvestasilah di SDM

Ingin Nikmati Bonus Demografi? Berinvestasilah di SDM
Ilustrasi(Dok MI)

INDONESIA diprediksi akan mengalami puncak bonus demografi pada 2030 mendatang. Itu dapat menjadi peluang untuk memperkuat daya tahan perekonomian melalui sumber daya manusia yang produktif, sehat, dan cakap.

Karenanya, investasi pada SDM menjadi krusial dan perlu untuk dipertebal. 

"Investasi sumber daya manusia melalui layanan kesehatan yang merata dan berkualitas dan meningkatkan kualitas pendidikan. Saat ini murid kita bersekolah tetapi belum tentu belajar," ujar Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Teguh Dartanto saat dihubungi, Selasa (31/10).

Baca juga : Survei PISA 2022, Skor Indonesia Turun, Pemerintah Harus Benahi Sistem Pendidikan

Sektor pendidikan menurutnya menjadi investasi SDM yang penting. Sebab, Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara tetangga. Padahal melalui pendidikan bermutu dan berkualitas, SDM di Tanah Air dapat menjadi unggul.

Ketertinggalan di sektor pendidikan terlihat dari kemampuan membaca dan berhitung anak-anak Indonesia yang jauh berada di belakang Vietnam. Hasil Program Penilaian Pelajar Internasional (Programme for International Student Assessment/PISA) untuk Indonesia mengonfirmasi hal itu.

Pada 2018, misalnya, survei PISA 2018 menempatkan Indonesia di urutan ke-74 alias peringkat keenam dari bawah. Kemampuan membaca siswa Indonesia di skor 371 berada di posisi 74, kemampuan Matematika mendapat 379 berada di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 berada di posisi 71.

Baca juga : Agus Yudhoyono Jalani Sidang Proposal Disertasi di Unair, Angkat Isu Bonus Demografi

Skor PISA tersebut bahkan tidak mencapai skor rata-rata negara Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD).

"Hasil PISA Test untuk Indonesia, menunjukkan bahwa untuk mengejar rata-rata OECD Indonesia membutuhkan waktu 43 tahun untuk kemampuan berhitung dan 73 tahun untuk kemampuan membaca," kata Teguh.

Karenanya, lanjut dia, diperlukan kebijakan radikal di bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas membaca dan berhitung anak-anak. Itu menurutnya merupakan modal utama dalam upaya peningkatan kualitas SDM di Tanah Air.

Baca juga : Pemerintah Perlu Bangun Lembaga Khusus Pengembangan Vokasi

Di samping level perekonomian yang tinggi, negara yang dikategorikan maju ialah negara yang memiliki SDM bermutu di dalamnya. Perbaikan dan dorongan untuk meningkatkan daya saing SDM menjadi keniscayaan.

"Itu diperlukan, sehingga SDM kita akan meningkat dan bisa menjadi dasar Indonesia menjadi lebih produktif dan bisa menggapai mimpi Indonesia 2045," ujar Teguh.

Perluas kesempatan bekerja di sektor formal

Selain mengoptimalisasi kualitas SDM, Indonesia juga perlu memperluas kesempatan bekerja di sektor formal. Jangan sampai nantinya SDM yang memiliki kompetensi dan kualitas bekerja di sektor informal yang kurang memiliki daya tahan.

Baca juga : Siapapun Presiden Terpilih, Pembangunan SDM harus Jadi Prioritas

Jika sektor informal lebih luas dibanding sektor formal, kata Teguh, maka diperlukan sistem perlindungan sosial sektor ketenagakerjaan yang dapat membuat pekerja sektor informal merasa aman.

"Salah satu yang bisa dilakukan adalah memberikan Subsidi kepada pekerja informal Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM). Negara membutuhkan sekitar Rp5.31 triliun per tahun utk memberikan perlindungan 26,73 juta tenaga kerja," terang Teguh.

Dua hal itu perlu menjadi fokus utama bagi pemerintah. Apalagi ada ambisi untuk menjadi negara maju di 2045. "Daripada berobsesi untuk menjadi negara kaya di tahun 2045, pemerintah sebaiknya fokus untuk memperbaiki kondisi SDM dengan sebaik-baiknya," kata Teguh.

Baca juga : Wujudkan Indonesia Emas 2045 dengan Generasi Sehat Cerdas

"Berdasarkan hasil perhitungan kami, tanpa ada extra ordinary policy maka mimpi 2045 menjadi negara kaya kelihatan memiliki potensi besar untuk tidak tercapai," pungkasnya. (Z-4)

 

 

Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat